Penulis: Ning Evi Ghozaly

Kemarin saya bertanya pada tour leader kami, “Dimana makam Imam Jazuli?”

Seorang ulama yang bernama lengkap Abu Abdullah Muhammad bin Sulaiman bin Abu Bakar al-Jazuli berasal dari kampung Jazulah. Pengarang banyak kitab besar. Teladan yang memberi contoh langsung bagaimana seharusnya thalabul ilmi, riyadloh dan menebar kebaikan.

Sekian tahun lalu, saya gemetar menerima ijazah Dalailul Khairat, salah satu karya agung beliau. Entah bagaimana menggambarkan dahsyatnya hati saya saat itu, hingga saya menangis ketika melafalkan kata qobiltu di hadapan guru saya.

::

Dan kemarin, saya berada dekat dengan tempat beliau bersemayam. Marrakesh, Maroko yang juga dikenal dengan nama Kota Merah. Cinta yang membuncah membuat saya nekad ijin sowan dan bersimpuh depan maqbarahnya meski sebentar.

Namun sebagaimana perjalanan rombongan dengan jadwal pasti yang rapi, saya tidak mendapat kesempatan indah itu. Tentu saya sedih, tapi ya harus tetep legowo. Belum ditaqdir, nggak papa. Alhamdulillah meski hanya bisa merapal fatihah dan berharap salam rindu saya sampai.

Ah, melow banget rasanya. Saya sampe mbrebes mili diam-diam. Apalagi ketika membaca pesan kakak adik saya, “Kalau bisa ziarah ke Imam Al-Jazuli ya.” Terus komen Yai Faizi dan Mbak Isyana. Duh.

Spontan saya berdoa semoga suatu saat saya kembali bersama keluarga. Padahal selama ini, selain Mekkah Madinah, hanya Turkey yang ingin saya kunjungi lagi dan lagi.

::

Semalam kami sampai Casablanca lagi, hari ini menuju Rabat. Terima kasih pada semua teman seperjalanan, terutama tiga sahabat sekaligus pemimpin saya di foto ini, Prof. Kadir, Prof. Nanik dan Bu Alvi. Biasanya kami ke luar secara privat, tapi karena kali ini dari GM hanya berempat akhirnya gabung dengan 14 teman baru yang semua asyik. Alhamdulillah.

Banyak cerita, banyak pelajaran. Banyak keindahan. Ijin saya menuliskannya di sini tiap luang ya, Gaes. Semoga panjenengan sehat semua 🙂

📷 Benteng Qudais, 17.11.2023