Pesantren dalam Cinta Alumni
Penulis: Ustadzah Nur Hidayati, S.Pd
Bengkak, Miful News–Sabtu (02/11/2019), Aula Tahfidz Asrama Putri Miftahul Ulum Bengkak diselimuti kenangan para alumni. Dipandu oleh Ning Evi Ghozali, mereka (para alumni) berbagi kisah-kisah silam. Kebanggaan dan kecintaan mereka pada Miftahul Ulum MU terbungkus indah dalam setiap kisah yang diceritakan.
Sejak acara dimulai pada pukul 08.00 WIB hingga usai, para alumni tampak sangat antusias. Tempat acara yang sedikit berdesakan tidak berpengaruhsama sekali. Mereka tahu inilah tempat mereka kembali, tempat mengeruk barokah kiai.
Pertemuan kali ini memang dikhususkan untuk para alumni. Semua alumni yang paling senior hingga yang baru saja boyong (keluar) dari pesantren, baik yang pernah mukim maupun yang tidak.
Kesempatan menjadi santri tentu patut disyukuri. Sebagaimana disampaikan oleh Ning Evi bahwasanya banyak sekali orang yang tidak memiliki kesempatan untuk nyantri seberapapun inginnya mereka. Dan juga, barokah doa guru dan kiai di pesantren jauh lebih berharga dari apapun maka bersyukurlah atas segala nikmat tersebut.
Abuya KH. Moh. Hayatul Ikhsan, M.Pd.I selaku pengasuh Miful dawuh (berkata, red) pada saat sambutan di pembukaan acara bahwasanya tidak ada yang namanya mantan santri. “Alumni bukan berarti mantan santri. Selamanya kalian adalah santri (مازلت طالباً),” pungkas beliau.
Dipandu oleh Ning Evi, acara terus berlanjut lancar meriah. Sebelum menyampaikan maksud pertemuan kali ini, beliau terlebih dahulu menyapa dan meminta beberapa orang alumni untuk sekedar menyampaikan pesan kesan selama nyantri di MU. Pada kesempatan itu, semua alumni menerawang jauh menghadirkan kenangan-kenangan masa lalu. Jelas saja, cerita-cerita itu mengundang gelak tawa dan semburat air mata penuh haru.
Saat ditanya tentang pengalaman masing-masing selama berada di pondok, rupanya beberapa dari mereka men-deklamasi-kan diri sebagai santri yang sedikit nakal. Berbagai pelanggaran juga pernah dilakukan. Satu hal sangat patut kita garis bawahi adalah cara alm. KH. Ach. Djazari Marzuqi untuk mengatasi kenakalan-kenakalan mereka. Alih-alih men-ta’zir mereka yang melanggar, beliau justru memperbanyak munajat, berdoa kepada Allah agar memberikan hidayah pada mereka yang “spesial”.
“Begitulah seorang murobbi, marahnya tak pernah sampai menancap di hati,” ujar Ning Evi. Hal senada juga disampaikan oleh Abuya Hayat bahwa kasih sayang orangtua dan guru kepada anak dan santri seperti kasih sayang Nabi Muhammad saw. kepada umatnya.
Menjelang penghujung acara, para alumni ditegaskan untuk ikut serta mensukseskan kemajuan perkembangan MU. “Untuk membalas budi jasa alm. KH. Ach. Djazari MQ, tidak akan pernah cukup apapun yang kalian lakukan. Setidaknya, ikutlah bersumbangsih untuk kejayaan warisan beliau ini. Semoga ikhtiyar ini menjadi amal jariyah kita semua,” pungkas doa beliau.(Miful/NH)