
ANDALKAN ALLAH, BUKAN AMAL
Oleh: Fawaizul Umam*
من علامة الإعتماد على العمل نقصان الرجاء عند وجود الزلل
Di antara tanda-tanda orang yang selalu mengandalkan amal perbuatan ialah berkurangnya harapan kepada Tuhan tatkala melakukan kesalahan.
Saat seorang hamba menabalkan diri sebagai penempuh jalan spiritual (salik), di saat itu pula aneka godaan tak akan pernah henti mengampirinya. Bukan musibah yang akan menghancurkan himmah-nya. Seorang salik berpantang takluk oleh musibah. Juga bukan anugerah yang akan menghalangi jalannya. Anugerah justru ia lihat sebagai cara Allah menguji keseriusannya mendekat.
Salah satu godaan besar yang kerap menghantui salik ialah kecenderungan untuk bergantung pada amal perbuatan. Perasaan telah banyak beramal baik sering membuatnya terjatuh pada perasaan telah aman tenteram. Bermodal perasaan itu ia merangkai harapan akan jaminan Tuhan, diam-diam merindukan pengistimewaan dari-Nya. Ia pun kian rajin beribadah, beramal perbuatan baik sebanyak mungkin. Namun, tatkala ia selip sekali saja, melakukan kesalahan atau lalai mengerjakan ritual tertentu, mendadak ia kehilangan seluruh harapan. Rasa salahnya seketika mengubur seluruh harapan beserta semua detail kerinduan pada Tuhan. Ia terpuruk, kehilangan harapan, lalu menghentikan perjalanan. Terduduk lesu dan perlahan mencopoti semua kemampuan dan keinginan untuk mendekati sang Tujuan.
Sikap sedemikian, kata Ibn Athaillah, adalah sebagian tanda bahwa sang salik selalu dan terlalu mengandalkan amal perbuatan. Ia mengalami putus harapan di saat tergelincir melakukan kesalahan. Begitu hilang harapan, ia berpotensi semakin jauh terperosok ke dalam kesalahan-kesalahan berikutnya yang lebih besar dan akhirnya ia bakal semakin kehilangan harapan. Pada gilirannya, semakin jauhlah ia dari jalan spiritual yang dipilihkan Tuhan.
Berkurangnya harapan adalah malapetaka besar bagi seorang salik. Bergantung pada Allah SWT dan mengandalkan-Nya dalam menyikap setiap urusan adalah karakter orang-orang arif dan bertauhid lurus. Sebaliknya, bergantung pada selain Allah atau mengandalkan mahkluq, termasuk amal perbuatan, adalah karakter orang-orang bodoh dan lalai, demikian disebut Muhammad bin Ibrahim al-Ma’ruf pada syarahnya atas kitab al-Hikam karya Ibn Athaillah al-Sakandary.
Tegas kata, jadikanlah Allah sebagai satu-satunya alasan, satu-satunya motivasi, satu-satunya sosok untuk diandalkan, satu-satunya tempat menyandarkan diri. Janganlah berputus asa dari rahmat Allah karena rahmat-Nya lebih luas daripada laknat-Nya, samudra ampunan-Nya jauh lebih luas daripada amarah-Nya. Bukankah Allah telah meminta kita untuk tak berputus harap seraya menjanjikan ampuan (Qs. 39: 53)?
Teruslah tempuh jalan spiritualmu, peliharan selalu harapan, dan biarlah rahmat Allah yang mengusap perasaan bersalahmu.
Malam Ahad, 20 Maret 2021
*Wakil Pengasuh YPP Miftahul Ulum Bengkak Wongsorejo Banyuwangi