Anak Cerminan Orang Tua
Penulis: Ibnu Sulaim
Dari akad yang terucap
Penuh janji yang kian didekap
Erat, tanpa dusta dalam cinta
Terjalin indah dalam rumah tangga
Sebelum anak cucumu lahir
Luangkan waktumu untuk berzikir
Agar anak cucumu terdidik dengan baik
Dalam naungan agama tanpa licik
Namanya Pak Dullah. Seorang tokoh masyarakat yang dikenal bijak dalam menyampaikan beberapa kajian agama. Membimbing tak kenal lelah, demi mengkokohkan Agama Allah. Beliau juga dikenal ramah ketika berkumpul dengan masyarakat sekitarnya. Sehingga tak jarang, banyak orang yang bersimpati terhadapnya guna mengisi doa-doa tahlil untuk orang mati dan hajatan lainnya.
Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, Fuad, anak Pak Dullah, diam-diam sering bikin ulah terhadap orang-orang setempat. Berkelahi, suka caci maki, kadang juga suka mencuri. Merusak nama baik keluarganya yang terlanjur disanjung orang-orang setempat. Namun, hal itu didiamkan oleh Pak Dullah yang berulang kali mengingatkan, tapi tak juga ada perubahan.
“Fuad, ke sini!” Pemuda bernama Fuad itu menghampiri seseorang yang memanggilnya di salah satu warung di kampungnya. “Kamu ini, bukannya ke masjid ikut pengajian bapaknya, malah santai-santai di sini. Mana tidak pakai peci lagi,” lanjut orang itu menegur Fuad.
“Males, Kang. Bapak, ya, Bapak. Aku, ya, aku. Enggak bisa disamakan, Kang,” katanya penuh pembelaan terhadap dirinya sendiri.
“Malu-maluin keluargamu saja kamu ini, Fuad, Fuad! Awas kamu, tak aduin sama Pak Dullah.”
Fuad tidak menanggapi teguran dari orang itu. Fuad melanjutkan permainan reminya bersama tiga pemuda yang lain. Sementara, orang yang barusan menegur Fuad, tiada henti kian bergerutu atas tingkah laku Fuad yang sama sekali tidak sejalan dengan Pak Dullah, orang tua Fuad.
Beberapa menit kemudian, pengajian di masjid selesai. Orang yang barusan menegur Fuad beranjak pergi dari warung, yang katanya mau ke rumah Pak Dullah hendak mengadukan anaknya yang suka membantah kalau diingatkan.
“Pak Dullah!” panggil orang itu terhadap sosok lelaki dengan penampilan putih-putih, tepat depan rumahnya. Pak Dullah seketika menghentikan langkahnya yang mau masuk rumah.
“Ada apa?” Seketika, tanpa basa-basi lagi, Pak Dullah menerima laporan dari orang tersebut kalau anaknya terlalu nakal, kasihan kalau sampai merusak nama baik keluarganya.
“Banyak percumanya juga kamu, ya, Pak Dullah. Dibela-belain mengisi pengajian setiap hari, sampai anaknya tak terurusi. Kasihan sekali.”
Lelaki dengan penampilan putih-putih itu, seketika langsung kaget setelah mendengar apa yang diucapkan oleh orang tersebut.
“Kok, bisa, ya? Dari mana Bapak tahu? Kalau yang aku lakukan selama ini hanya sia-sia,” ucap Pak Dullah, rupanya kebingungan.
“Dalam hadis yang diriwayatkan oleh At-Tabrani dari Ali bin Abi Thalib RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Didiklah anak-anakmu atas tiga hal: mencintai nabimu, mencintai ahli baitnya dan membaca Alquran. Sebab, orang yang mengamalkan Alquran nanti akan mendapatkan naungan Allah pada hari ketika tiada naungan kecuali dari-Nya bersama para nabi dan orang-orang yang suci.”
Pak Dullah hanya mengernyit mendengar potongan hadis yang diucapkan oleh lelaki paruh baya itu, seperti setengah menyindir akan tingkahnya yang kurang berhati-hati dalam mendidik anaknya. “Bukankah, sebelum kita memperbaiki banyak orang, yang menjadi tugas pertama adalah memperbaiki peradaban rumah tangga. Lalu, kalau apa yang kamu lakukan itu tidak sia-sia, apa alasanmu mendiamkan sikap anakmu yang terbengkalai?” lanjutnya terus memberikan peneguran terhadap Pak Dullah.
Siapa sangka? Setelah peneguran tersebut, Pak Dullah mengelus dada tentang keburukan yang terjadi dalam keluarganya. Terlebih sikap Fuad, anaknya, yang dengan suka rela melakukan apa-apa tanpa memakai etika.
“Terima kasih, ya, Pak, atas tegurannya. Insyaallah, ke depannya aku perbaiki semaksimal mungkn. Maafkan etika Fuad, anakku, yang mungkin membuat Bapak risi,” kata Pak Dullah dengan ramahnya, yang kemudian ditanggapi dengan anggukan saja. Lalu, orang itu langsung pergi tanpa permisi sekali pun.
_
Karena, sebaik apapun kita sebagai orang tua dalam melakukan kebaikan, kalau anaknya sering kali dilantarkan, semua kebaikan orang tua seakan percuma. Karena seyogianya, baik-buruk orang tua itu ternilai dari bagaimana cara dia mendidik anak cucunya. Bukan hanya kepribadiannya sendiri.