Risalah Cinta Ning Evi Ghozaly

MENGHIDUPKAN SANG GURU

0

Penulis: Ning Evi Ghozaly

“Pada siapa isi kepala saya ini harus saya titipkan?” ngendikan Kang Munif Chatib pada istrinya. Pandemi menghantarkannya terkena C-19. Fisik dan pikirannya yang selalu melanglang, ‘terpasung’ keharusan untuk diam. Sebelumnya, dalam kondisi sakit pun masih bisa menulis dan menyelesaikan buku. Menumpahkan ide dan kreatifitas lewat kalimat demi kalimat, tapi kali ini virus telah merebut keleluasaan geraknya. Merenggut sebagian kenikmatan hidupnya. Dampaknya, kesulitan menemukan media transfer ilmu pada kami, pada semua muridnya, pada seluruh yang membutuhkan.

::

Kemarin sore Ust Herdin Nurdin menceritakan tentang itu. Tentang hari-hari terakhir sang guru pada saya dan kepala sekolah Ppm Annida ketika menjemput di bandara. Saya memang belum taziyah, hanya bisa mendengar kisah dari Ust. Herdin Nurdin.

Ya. Kami pernah berempat menjadi tim yang solid, Kang Munif Chatib, saya, Ust Herdin Nurdin dan Pak Andi Budimanjaya. Bertahun-tahun kami keliling 14 kabupaten kota untuk memenuhi amanah Gubernur Lampung, melatih pengawas, kepala sekolah dan guru.

Diantara kegiatan rutin itu, saya selalu “memaksa” diri mengikuti pelatihan dan seminar beliau. Mecah celengan jago untuk mengejar Kang Munif Chatib dimana pun, menimba ilmunya yang tak pernah berhenti menyumber. Jadi meski kadang kami berpartner, saya tetap lah muridnya. Selamanya.

“Bu Evi Ghozaly pembelajar sejati,” selalu itu yang beliau sampaikan. Pada yang ditemui, bahkan beberapa kali nama saya disebut dalam bukunya. Sungguh pujian yang terlalu berlebihan, tapi sanggup menyemangati saya dan teman-teman.

Kini kami tinggal berdua, saya dan Ust Herdin Nurdin. Pak Andi Budimanjaya telah berpulang dua tahun lalu. Disusul Kang Munif Chatib kemarin lusa, hanya beberapa hari sebelum hari lahirnya.

::

“Ohya kata Kak Diyah, sehari sebelum Pak Munif wafat ingin bertemu Umi Evi lagi ya? Jam berapa pun mau menunggu Umi Evi selesai acara, untuk ke rumah Rajabasa?” Ust Herdin bertanya. Pertanyaan yang terasa seperti teror. Makjleb, dan cukup “menyakitkan” karena membuat saya kembali menyesal tidak bisa khurmat Kang Munif Chatib.

Ah sudahlah. Semua sudah digariskan. Yang terpenting kini, bagaimana menghidupkan Kang Munif Chatib dengan berbagai cara. Terus menebar ilmu yang pernah kami terima, menjaga niat dan meneguhkan tekad yang pernah diajarkan, melanjutkan cita-cita dan kebaikannya, menggali inspirasi dan meluaskan kreatifitas sebagaimana amanahnya dan melanggengkan doa-doa untuknya. Semampu yang kami bisa. Bukan kah hanya itu yang bisa dilakukan murid setelah guru pergi? Bismillah. Biaunillah.

::

Tiga hari ini ada pelatihan untuk guru PPM Annida dan SD Islam Pelangi, dua lembaga dalam naungan yayasan Alfian Husin. Motivasi, Kurikulum Merdeka, Manajemen kelas, Kepemimpinan Sekolah, Strategi Pembelajaran, hingga mengasah personality dan komitmen lewat diskusi dan out bond. Saya dan Ust. Herdin Nurdin kebagian dua hari. Semalam Ust Herdin menginap di rumah kami. Setiap cerita apa, selalu kembali tersebut nama Kang Munif Chatib. Kok rasanya, sang guru masih ada di samping kami ya.

Sebelum memulai materi, kami mengirim doa dan fatihah untuknya. Semoga Allah mengampuni semua salahnya, menerima amal baiknya, menyelamatkan akhiratnya dan menguatkan keluarganya.

Selamat ulang tahun, Kang Munif Chatib. Semoga senantiasa dalam maghfirah dan ridla Allah.
.

Jati Agung, 06 Juli 2022.
.

📷 Kami bersama semua guru PPM Annida dan Pelangi.

GURU SAYA (9)

Previous article

Anak Cerminan Orang Tua

Next article

You may also like

Comments

Comments are closed.