GURU SAYA (9)
4 mins read

GURU SAYA (9)

Penulis: Ning Evi Ghozaly

Kang Munif Chatib adalah penggagas Sekolahnya Manusia, pendiri School Of Human, salah satu konseptor Indonesia Mengajar sekaligus guru saya dalam bidang parenting dan pendidikan, termasuk konsep Multiple Intelligence. Sebagian besar materi pelatihan dan seminar yang saya oyong-oyong ke seluruh penjuru negeri ini, ya dari kucuran ilmunya. Maka tiap mau menyampaikan materi, salah satu nama yang saya sebut dan saya kirim fatihah adalah Kang Munif.

Iya, saya pernah mengikuti Diklat Kepala Sekolah sampai 8 level dengan pemateri utama Kang Munif Chatib. Kang Munif juga membuat program Guardian Angel yang setiap angkatan selalu penuh diikuti oleh para pengelola lembaga pendidikan, konsultan, kepala sekolah maupun praktisi pendidikan. Dan saya tidak pernah mengenal kata cukup untuk menadah ilmunya.

Dulu, saat saya mendapat amanah dari Gubernur Lampung 2 periode untuk melatih kepala sekolah, pengawas dan guru se-propinsi, saya meminta Kang Munif untuk menjadi salah satu guru yang hadir memberi pencerahan. Bayangkan, setiap tahun lho kami munyer bertemu 14 kabupaten kota dengan sekian ribu peserta. Artinya, sekian kali pula saya mendengarkan materi yang sama. Persis. Pleg ketipleg. Saya sampai hapal urutan slide dan ice breakingnya. Begitu itu lho, saya nggak pernah bosen.

Bahkan selanjutnya, atas ijin semua yang ‘berwenang’ tiap pkl.06.00 sampai 07.00 saya mendapat kuliah rutin tentang pendidikan dan sistem persekolahan. Mulai dari PPDB, materi pelatihan budaya akademik, pembiayaan pendidikan, strategi pembelajaran, desain sekolah unggul, segala macem kurikulum sampai evaluasi pembelajaran dan konsep komitmen, rapor guru hingga penilaian kinerja. Pokok semua. Entah berapa ‘ribu’ SKS sudah. Matur nuwun sanget, Kang Munif Chatib.

::

Pandemi. Putus kontak. Tapi tentu, saya masih rajin membaca buku-bukunya, membuka kembali materi bahan kuliah dan tentu, tetap rutin mengirimkan doa dan fatihah. Hanya saja, saya tidak berani lagi slonang slonong kirim WA atau tilp. Apalagi setelah dapat kabar beliau gerah.

Pekan lalu pas saya menginap di rumah Mbak Ana dan Pak Heri, “Kolam Koi ini terinspirasi dari rumah Pak Munif Chatib yang di Cibubur lho. Kapan itu kami sowan ke sana.”

Wah alhamdulillah Kang Munif sehat. Mau nekad tilp, urung. Lha kok tadi pagi dapat WA dari istrinya, mendarat di Lampung untuk memberi materi di hotel Swiss Bell. Lak ya girang banget saya rek. Langsung nyamber, “Jam berapa luang dan bisa saya culik, Kak Diyah?”

Pkl 15.00 katanya. Sat set wat wet saya tilp Mudir, pinjam mobil dan driver di luar jadwal rutin. Mengajak semua kepala unit yang masih muda dan unyu-unyu untuk bertemu sowan Kang Munif Chatib, mendengar dhawuhnya. Minimal sungkem dan mengharap doa ples satu dua kalimat motivasi saja. Karena tentu, profesi guru yang setiap saat bergelut dengan amanah dan murid, sesekali butuh asupan doa dan pencerahan dari orang yang pas. Apalagi guru yang 24 jam di pesantren atau lembaga berboarding ya.

::

Dengan terpaksa pkl 14.00 saya pamit pada tamu-tamu yang saya tadzimi di rumah. Segera meluncur ke Swiss Bell. Misi penculikan berlanjut ke Pindang Uwo, Pramuka. Menunggu semua dhahar, lalu kami menyimak ngendikannya. Tentang pesantren, sekolah, PBL di Finlandia yang ternyata masih di awang-awang, tentang standar penilaian kinerja dan tentu tentang harapan beliau. Semua saya rekam. Jedug-jedug tiap ganti tema langsung saya merasa ngepot, “Ini bisa jadi satu tulisan. Dua judul. Eh tiga ding, empat, lima.”

Daging semua. Diantara yang kamplengable adalah ngendikannya, “Salah satu penyakit guru itu, sombong. Nggak mau belajar lagi.” Wuah rasanya, pletaaaak.

“Kalau mau memperbaiki kondisi guru seperti kasus X dan Y tadi, bisa dengan dua cara. Lewat jalan tol atau jalan biasa. Tapi jika sekian persen guru tidak lanjut dalam satu tahun, begini alat ukur untuk lembaga dan cara instrospeksinya…”

“Mengurus pesantren itu sama dengan mengelola 3 institusi yakni sekolah, hotel dan restoran.”

::

Seger, otak dan hati serasa abis dicas. Semangat membara. Biasanya sih semangat kayak begini bertahan 3 pekan. Setelah itu, kembali nglokro. Hayo, siapa yang kayak saya 😅

Pokok ini hari yang kereeeen banget. Alhamdulillah. Semoga hari-hari panjenengan juga selalu indah ya ❤️

.

  • Rajabasa, 28 Juni 2022 –

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *