
NGAJI ONLINE, IMAMU MIFUL USUNG TEMA ISLAM NUSANTARA
Penulis: Ust. Moh. Kholil
Bengkak, MIFUL News – Streaming on youtube, acara yang digelar oleh Pengurus IMAMU MIFUL (Ikatan Mahasiswa dan Alumni Muda Miftahul Ulum) bekerja sama dengan pihak media Miftahul Ulum yang lebih dikenal dengan sebutan MM (Miful Media). “Kegiatan tersebut bertujuan untuk mengisi pembelajaran di hari libur sekolah bagi santri mukim. Selain itu, juga di fasilitasi bagi alumni dan simpatisan via online agar bisa bersama-sama belajar,” jelas Aris Boy, saat didatangi awak media. Rabu malam Kamis (18/07/2020) kemarin.
Acara yang dibungkus Ngaji Online Spesial dengan tema “Bagaimana Pandangan Fiqih Terkait Islam Nusantara” dimoderatori oleh Ustadz Moh. Zainur Rifqi. Pada acara pembuka ia sedikit memberikan penjelasan tentang tema yang diusung, systematika forum, dan pemaparan curiculum vitae serta riwayat hidup narasumber.
Tepat Pukul 20.00 WIB acara dimulai di Masjid Nurul Ulum. Objek dari kegiatan tersebut ialah semua santri putra dan putri mulai kelas X Aliyah sampai yang lulus, juga semua warganet yang aktif via youtube di akun resmi YPP. Miftahul Ulum. Acara yang dinarasumberi oleh Putra kedua dari pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Ulum, Gus Alif Saiful Arif berjalan dengan tertib dan menyenangkan. Terbukti dari awal penyampaian semua santri menyimak dengan seksama dan aktif bertanya ketika sesi dialog dan tanya jawab.
Sebagai ummatan wasaton, kira-kira bagaimana cara atau sikap untuk menghadapi budaya-budaya yang baru menurut pandangan fiqh? Dalam penerapan dakwah ada prinsip-prinsip dakwah yang harus diperhatikan. Di antaranya ialah melihat budayanya, jika budayanya bertentangan dengan syariat maka harus diubah dengan yang tidak bertentangan. Caranya dikompromikan, sebisa mungkin budaya itu tetap ada. Namun, hal-hal yang melanggar syariat itu ditiadakan. Istilahnya, Almuhafadzotu ‘ala qodimis sholih wal ukhdu bil jadidil ashlah, menjaga budaya yang lama dan mengambil budaya baru yang lebih baik harus ada attawazun bainal qodim wal jadid. Jadi, harus ada keseimbangan antara yang baru dengan yang lama sehingga terhindar dari kepincangan dalam beragama dan berbudaya,” terang narasumber yang pernah aktif di sarang seni tersebut. (Miful/MKh)