Penulis: Ning Evi Ghozaly

Ada yang aneh ketika untuk pertama saya menapak bumi Miftahul Ulum, pertengan 2018 lalu. Saya selalu butuh waktu lama untuk memutuskan mendampingi satu lembaga, dengan berbagai pertimbangan dan istikharah panjang. Ini, sangat tiba-tiba.

Tentu, sebagaimana biasa ketika saya hadir di majlis ilmu, saya membawa sekeranjang cinta. Saya bungkus rapi, saya letakkan di sudut hati.

Gus Fawaiz dan Ning Nadz mengajak saya bertemu keluarga dan semua pimpinan lembaga. Saya mendengar alasan mereka mengabdi, menyimak asbab mereka bertahan. Selain alasan akademik dan sosial, semua menyampaikan hal utama, demi hidmah pada Kai, KH. Jazari Marzuki pendiri dan pengasuh YPP. Miftahul Ulum.

::

Saya terpana. Terlebih ketika saya sowan maqbarah beliau di samping pesantren. Ada desir halus merambati dinding hati. Saya belum pernah bertemu langsung, tapi menyebut asmanya dalam lantunan tahlil, membuat saya terbekap haru.

Dan begitu saya menatap wajah teduh beliau di dinding ruang makan, saya terdiam lama. Wajah penuh cahaya yang saya lihat di mimpi pertama setelah istikharah sebelumnya. Allah, saya menangis tanpa suara.

Saya jadi paham mengapa semua santri memilih bertahan meski bisa saja mereka pergi saat waktu lulus telah tiba. Saya jadi mengerti ketika para alumni dari segala penjuru, berjuang hadir di haul sang murobbi. Ada alasan besar yang tak akan terpatahkan, cinta.

Maka selanjutnya, saya ringan menepis keraguan. Saya buka bungkus cinta yang saya simpan di hati, menyiraminya dengan doa agar tumbuh dan berkembang setiap hari. Saya lalu menyanggupi setiap amanah dari Miftahul Ulum dengan senang. Tidak lagi dalam rangka kunjungan, tapi kembali sowan untuk pulang. Demi rindu hidmah pada sang murobbi. Demi cinta yang akan selalu bertemu dengan cinta.

• Bandar Lampung, 7 November 2023 –

Ditulis sebagai persembahan cinta kagem KH. Jazari Marzuki, pendiri YPP Miftahul Ulum, Banyuwangi. Dimuat dalam buku Berkah Cinta Sang Murobbi, yang launching tepat di acara haul beliau, Desember 2023, hal 5.