Risalah Cinta Ning Evi Ghozaly

EMANG BOLEH BEGINI

0

Penulis: Ning Evi Ghozaly

Pasca pandemi, jadwal saya diatur jauh lebih ketar dan sedikit oleh Abi, suami dan manajer yang sabar dan baiknya se-Asia Tenggara haha. Tiga atau maksimal empat hari keluar rumah. Itupun yang dua hari pasti untuk memenuhi undangan dari lokasi jauh yang kadang sudah minta lebih dari 24 purnama lalu.

Saya paham. Abi dan anak-anak memang mengkhawatirkan kondisi saya. Lha gimana, sekali turun bisa berjam-jam perjalanan. Berangkat ba’da Subuh, nyampe rumah abis maghrib. Padahal berbagi materi di lokasi cuma dua jam. Belum kalau acara di satu pulau, nyebrang laut. Tidak bisa diduga waktunya. Krik krik.

::

Kunjungan ke sekolah yang saya dampingi masing-masing dua kali sebulan. Maksimal itu. Saya jadi konsultan resmi di empat sekolah. Jadwal lain, pelatihan di dalam kota, ropat rapat dan supervisi. Keluar Lampung maksimal 10 hari sebulan. Selebihnya, ya kerja dari rumah: buat materi, ngezoom atau meeting lewat WA. Kalau terpaksa harus tatap muka di luar jadwal, harus dilaksanakan di rumah saya.

Maka kadang tetangga nanya, kemarin ada mobil dari pondok pesantren X dan sekolah Y parkir depan rumah. Sambang ya? Yang sering sih Pelangi, Annida, kadang STIT Darul Fatah dan dua sekolah lain. Trus saya jadi repot mosak masak nyiapin makanan. Nggak papa. Kata Abi, yang penting saya sehat dan seneng.

::

Yang penting sehat dan seneng itu bukan tanpa dampak. Saya jadi sering mengecewakan orang lain. Pekan lalu Bunyai Binti Amana dari yayasan Tri Bakti At Taqwa ngendikan, “Kapan saget mrika, Ning Evi? Ketemu santri, guru dan wali santri nggih.”

Saya diam. Santrinya ribuan. Itu berarti lebih dari 3 sesi kan? Yang jemput saya biasanya berangkat jam 12 malam. Nglewati jalannya amboi berliku. Juwauh. Trus kalau saya sanggupi, ada sekolah lain dalam kecamatan yang sama. Darul Quran, Gus Hamdan sudah sejak 2021 mengundang dan belum saya datangi. Kalau saya datang di salah satunya, satunya denger bagaimana.

Sejam setelah saya mireng ngendikan Bunyai Binti Amana, samping saya Bunyai Ani ngendikan, “Januari saget ke Yasmida nggih, Ning Evi.” Sambil nyodorin donat dan es teh tarik dalam botol, itu pas saya haus-hausnya di tengah lautan ibu Muslimat. Tuh kan saya jadi pakewuh ya haha.

Asli, kalau sudah Bunyai dan Yai yang ngendikan itu, saya sami’na wa atho’na. Wong yang ingin ngalap berkah itu saya kok. Kadang tak rewangi sowan-sowan ke pesantren di Jawa khusus untuk ngalap berkah. Kalau kemudian disumanggakkan berbagi materi dengan santri, wuah seneng banget. Saya yang butuh nadah manfaat seperti itu, saestu.

::

Sik,sik. Saya nulis ini kesannya jadi kemenyek poll ya. Nggaya banget. Terserahlah apa pendapat orang. Bukan, saya bukan pengin nunjukin saya sibuk. Tapi saya kerja bukan semata untuk uang. Di empat lembaga itu, saya sudah dibayar dengan sangat pantas dan mahal. Cukup. Sangat lebih. Jadi waktu saya yang lain ya harus untuk hidmah. Ilmu saya hanya sak uplik, nggak ada sepersekian tetes. Tapi ilmu kan harus dizakati, itu amanah Abah dan Umik kami dulu. Zakatnya ilmu ya ngajar dan hidmah. Nggak pake itung-itungan. Saya pasti menghindari ngrepoti dalam bentuk apapun di pesantren tertentu. Wong saya yang butuh ngalap berkah.

Iya. Dulu saya ngoyo. Semua undangan dan permintaan saya iyain, saat itu memang sehat bugar. Waktu luang. Suka tantangan. Sekarang saya harus manut Abi dan anak-anak. Harus merasa nyaman dimanapun. Harus ikhtiar sehat. Harus seneng. Otak saya sudah nggak kuat mikir berat. Saya nggak mau peran. Saya nggak mau berkonflik.

  • Ssst tapi kalau nonton dan rekreasi mah suka. Itulah yang bikin Abi kasih banyak waktu kosong –

::

Maka yang saya denger ya yang diucapkan orang depan saya aja. Yang lewat belakang, nggak saya anggep. Nggak saya pikir. Fokus saya ke diri sendiri dan keluarga. Fokus ke amanah Abah Umik termasuk bantu saudara dan ponpes kakak adik, ke Al Ghozali, ke anak-anak asuh. Tentu, saya juga harus fokus ke lembaga yang sejak awal ada akad dan tanggung jawab yang sudah saya sanggupi. Yang tupoksi saya disetujui oleh pimpinan berwenang saja. Sejak beberapa tahun terakhir, saya tidak berani merimprovisasi dan berinovasi, khawatir salah. Kalau mau usul apa dan apa, langsung aja. Agar semua aman dan nyaman. Boleh kan begini. Boleh donk.

Jadi mohon maaf untuk semua yang pernah dan akan kecewa karena keterbatasan saya. Mohon ridla panjenengan semua ya. Selamat Jumah berkah.
.

  • Rajabasa, 8 Desember 2023 –

RAPORTAN MADIN MIFTAHUL ULUM, Fara Raih Nilai Summa Cumlaude

Previous article

CINTA BERTEMU CINTA

Next article

You may also like

Comments

Comments are closed.