DARI JALAN YANG TAK TERDUGA
3 mins read

DARI JALAN YANG TAK TERDUGA

Penulis: Ning Evi Ghozaly

Saat mondok dulu, sering banget mengalami kejadian ajaib terkait rizki. Pas bokek dan butuh beli sesuatu, tiba-tiba nemu uang di slempitan tumpukan baju. Saat laper dan nggak pegang uang, eh ada teman sekamar disambang orang tuanya lalu kami diberi jajanan atau diajak makan.

Setelah kuliah juga begitu. Abah pernah dhawuh, “Gantian ya Nak, bantuan biaya kuliah cukup satu semester. Setelah itu untuk adik-adik. Berdoa mawon insyaAllah ada rizki dari jalan lain.” Alhamdulillah, dapat beasiswa Supersemar. Pas skripsi dan kebutuhan makin banyak, anak-anak SD SMP yang minta ikut les ke saya, nambah. Bisa ngajar dua sekolah. Ikut lomba nulis, menang. Bisa wisuda mpun.

Setelah menikah dan ngalami hidup misykin banget, ya masih bisa makan meski kadang harus ngramban. Tetap bisa ketawa dan pede. Lalu nekad bangun rumah padahal gaji suami pas-pasan dan saya nggak ada pemasukan. Pas butuh kramik, panen cabe dengan harga melonjak meski setelahnya sepetak tanah sewaan diambil yang punya. Pas butuh masang genteng, motor kami sukses kejual haha.

::

Rizki min haitsu la yahtasib, dari jalan tak terduga. Belum lagi yang berbentuk lain: ketemu orang baik pas kepepet, ada yang berkenan mendampingi pas anak-anak harus kuliah di Malang, sakit kecetit dengan diagnosa dokter apa dan apa, eh ada yang jemput dan tiap hari nemeni terapi. Alhamdulillah.

Terakhir kemarin. Saya baru sadar kalau uang di tas kecil cangklong tinggal 17 ribu. Mau sambat, malu. Padahal mendadak harus keluar karena ada masalah yang perlu diselesaikan. Untuk bayar gocar ke tempat tujuan aja kurang. Mau ambil ATM, isinya tinggal 50 ribu. Harus ada yang transfer 10 ribu dulu supaya bisa keluar haha.

Akhirnya bla bla selesai. Lha kok pas mau pulang, “Ini bonus tahunan untuk Bu Evi. Jangan liat jumlahnya ya, nggak banyak. Sekedar wujud terima kasih dan penghargaan kami saja.”

Asli saya kaget karena nggak ngarep, apalagi kok amplopnya tebel yak. Dan begitu saya intip, jumlah uang sama persis dengan banyaknya pengeluaran saya selama ikhtiar berobat, terapi, wisuda anak dan (paling banyak) keperluan selama di Malang. Gusti Allaaaaah, saya nangis. Matur nuwun sanget.

::

Jadi keinget cerita Gus Baha, “Suatu saat Nabi Musa bertanya pada Allah. Gusti, kok panjenengan bisa memberi rizki manusia sedunia ini dengan tenang. Caranya dospundi? Lalu Allah memerintahkan Nabi Musa untuk memukul satu batu. Dipukul prak pecah. Diminta mukul lagi, lagi, lagi. Sampai pukulan ketujuh, ketemu hewan kecil seperti uget-uget. Hewan tersebut tidak sendiri dan hidup semua. Nabi Musa heran, bagaimana hewan ini bernapas dan makan di dalam batu. Ngendikan Allah, “Saya tidak lupa (pada semua hamba). Jadi hewan dalam batu pun bisa berkembangbiak…”

Maka sungguh, tak hanya di surga yang penuh kemewahan, di dunia pun saat ini ada banyak bukti kekuasaan dan kasih sayang Allah. Ada banyak keajaiban. Ada banyak rizki yang sering lupa engkau syukuri, Vie.

📷 Daun grimpis di halaman depan, rizkinya ulat yang warna bulunya sama persis dengan batang 😀

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *