Gerakan Anak Bahagia
4 mins read

Gerakan Anak Bahagia

Penulis: Ning Evi Ghozaly

Dari semua ngendikan Menteri Pendidikan Abdul Mu’ti 2024 pekan ini, ada dua poin yang saya stabilo. Pertama, tentang gerakan kebiasaan anak Indonesia hebat dan kedua, pelatihan bagi guru Bimbingan Konseling.

Gerakan kebiasaan anak Indonesia hebat yang diberlakukan Desember 2024 tuh ternyata ini: kebiasaan bangun pagi, beribadah, berolahraga, gemar belajar, makan sehat bergizi, bermasyarakat dan tidur cepat. Matur nuwun, Prof.

Bagi sebagian anak yang telah kecanduan gadget, hobi begadang, makan tidak teratur (apapun sebabnya) nggak mau real food, aras-arasen sinau de el el ya memang gerakan ini sangat diperlukan. Sangat keren. Tapi, tapi untuk lembaga pendidikan berasrama dan pondok pesantren, program ini sudah ada sejak jaman hong lho, Prof.

Dini hari, anak-anak sudah bangun tidur. Wudlu, tahajud dan istighosah. Usai jamaah subuh, murojaah. Mandi, sarapan makanan sederhana yang sehat, diniyah, sekolah formal. Lalu jamaah dhuhur, makan, tidur siang, olah raga dan bermain, mandi, jamaah ashar, kelas bahasa, jamaah maghrib, setoran, makan malam, belajar lagi, baru masuk kamar. Istirahat beneran, tidur nggak boleh lebih pkl 22.00. Ituh.

Jadi gerakan kebiasaan anak Indonesia hebat di semua satuan pendidikan kami sudah selesai kan, Prof?

::

Repeat, begitu terus berulang sepanjang tahun. Nuwun sewu bayangkan, Prof. Betapa bosan dan menjemukan hari-hari mereka. Dibatasi tembok tinggi dan aturan sangat detail. Di saat teman seusia mereka bebas nongki dan melakukan apa saja, mereka harus belajar menahan diri dan belajar sembarang kalir. Dengan segala masalah yang mengiringi, hanya pertolongan Allah yang membuat anak-anak bertahan di pondok pesantren dan sekolah berasrama.

Tapi kami lakya harus berikhtiar agar semua seimbang nggih? Maka yang kami butuhkan adalah gerakan anak bahagia. Bahagia menjalani semua kewajiban dan aktifitas. Bahagia menepati komitmen dan tanggung jawab. Bahagia belajar menerima resiko dan konsekuensi. Bahagia menyelesaikan masalah dan mengelola emosi. Bahagia terus tumbuh dan berkembang dengan masya Allah.

Untuk itu semua harus tersistemasi dan terkelola dengan baik. Kerja sama dengan orang tua dan masyarakat menjadi mutlak dibutuhkan. Rencana kegiatan yang menyenangkan menjadi wajib. Guru sekolah formal harus terus berinovasi untuk menyuguhkan pembelajaran yang riang. Ustadz diniyah yang merangkap menjadi kakak. Musyrif yang selalu mendampingi 24 jam. Semua harus bisa berkomunikasi dengan baik, menempatkan diri dan batas dengan tepat, menjadi tempat curhat yang bijak, menjadi orang tua kedua. Bahkan sesekali kami bercosplay menjadi wasit jika ada anak yang berantem, menjadi pelawak yang menghibur, menjadi kiper andalan atau menyamar menjadi pohon jambu untuk memata-matai anak yang berniat kabur haha.

Tidak mudah, tapi insya Allah bisa. Kadang kami gagal, tapi tidak boleh putus asa kan? Tenang, kami tidak akan menuntut apa-apa pada negara kok, Prof. Toh selama ini kami bisa ‘hidup’ meski tak jarang jatuh bangun sebelum menemukan momen wow atau aha. Berulang. Biidznillah.

::

Tapi jika kami boleh berharap, mohon jangan otak-atik lagi yang bukan substansi nggih, Prof. Jangan lagi mengharuskan laporan administrasi di luar nulur, perangkat pembelajaran yang pakemnya berubah-ubah dan seabreg laa quwwata illa billah.

Salah satu yang kami syukuri, pesantren memiliki kurikulum ‘merdeka’ yang sudah diterapkan selama bertahun-tahun, berabad-abad. Dengan tirakat semua, ikhtiar yang sungguh-sungguh, alhamdulillah kurikulum ini telah terbukti hasilnya. Alumni pesantren ada yang jadi presiden, wakil presiden, menteri, gubernur dan lain-lain.

Meski pesantren kami yang ini masih sangaaat kecil dan belum memberikan sumbangsih apa-apa bagi negara, tapi insya Allah sebagian besar anak kami telah bisa menjadi imam sholat yang baik, menjadi pembicara di forum, pelukis, kaligrafer, juara bela diri, pinter IT, menjadi pemimpin di lingkungannya, menjadi yang selalu tersenyum menyapa dan tadzim ramah menebarkan salam perdamaian.

Sebagian anak yang lain masih mencari jati diri yang kadang mleyot-mleyot tak tentu arah Ngepot kanan kiri. Mencoba melawan aturan dan menantang komitmen: merokok, membully, melompat pagar, goshob barang dan makanan teman, diam-diam membawa hape dan mlipir kabur. Tak apa, Prof. Itu episode yang memang mereka pilih untuk berproses menjadi lebih baik. Tidak apa-apa kami puyeng menyisir sungai dan rental game tengah malam untuk mengajak mereka balik ke pondok pesantren.

Tapi itu ya, mohon tidak ada tuntutan baru yang memberatkan. Ayo kalau ada pelatihan apapun, kami sangat senang. Kami taati instruksi dan semua peraturan insya Allah. Mohon doakan kami ya 😃

Ppm Annida, 22.10.2024 –

📷 Foto lama. Mendampingi anak ganteng sholeh menyelesaikan konsekuensi dengan menulis esay yang mengandung hadist. Saya tanya, “Jadi kenapa kemarin melanggar aturan, Nak?”

Jawabnya amboi, “Coba-coba aja, Um. Masak setahun di sini belum pernah kegaruk dewan tahkim. Lagi pula kan jadi belajar nulis, jadi ketemu Umi, jadi dapat tambahan doa.”

Owalah. Beginilah yang kami hadapi sehari-hari, Gaes 😃

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *