Oleh: Ustadzah Ika Nurjannah, S.Pd.I*)
Guru bukan sekedar profesi. Sebagian mereka sudah berumah tangga, memiliki keluarga dan mempunyai banyak sekali kesibukan. Sebagian yang lain memang masih single, tetapi tentu mereka memiliki keluarga dan aktivitas yang tidak jauh berbeda. Namun demikian, mereka memprioritaskan waktu untuk mendidik generasi-generasi masa depan untuk kepentingan agama, bangsa, dan negara.
Tidak sekedar pergi-pulang dengan tangan kosong. Guru senantiasa membuat persiapan matang sebelum berangkat ke lembaga tempat tugas. Perangkat pembelajaran inipun bukan hal sederhana, biasanya mereka akan menyiapkan perangkat tersebut setidaknya malam hari sebelum diajarkan atau mungkin juga beberapa hari sebelumnya. Guru yang berangkat ke lembaga tanpa membawa perangkat pembelajaran ibarat orang ngarit lupa membawa sabit. Akan tetapi, menyiapkan perangkat tersebut tidak sesederhana menyiapkan omelet untuk sarapan.
Kemudian ada sebagian orang yang nyinyir, bukan hal istimewa lagi dong, ‘kan memang tugasnya? Benar, tetapi mari tengok kembali anak-anak mereka yang juga butuh perhatian. Keluarga yang harus disiapkan segala kebutuhannya. Tempat tinggal yang harus dijaga kebersihan dan keamanannya. Tidak lupa kegiatan sosial kemasyarakatan yang tidak boleh diacuhkan begitu saja.
Namun begitu, lihatlah semangat mereka. Semua berlomba-lomba datang ke Madrasah lebih awal untuk menyambut hadirnya para pencari ilmu. Lelahnya terbayar hanya dengan melihat anak didiknya mulai berdatangan maka yang tampak dari mereka hanya lengkungan senyum indah. Begitu, mereka belum beranjak pulang sebelum majelis ilmu mulai sepi dari riuh.
Inilah mengapa penulis menyebutnya super hero. Manusia biasa yang memiliki kemampuan luar biasa lebih dari seorang hero. Rela mengesampingkan kepentingan pribadi demi satu tujuan mulia, yakni untuk menyiapkan generasi-generasi hebat dan bermartabat di masa depan. Tidak hanya sebatas membentuk intelektual peserta didik melainkan juga karakter. Berharap semua peserta didik mereka menjadi orang yang berguna bagi agama, nusa, dan bangsa.
Membentuk intelektual dan karakter peserta didik sesuai harapan orangtua merupakan amanah terbesar sekaligus beban terberat bagi mereka sebagai guru. Tugas tersebut lebih dari tugas seorang hero, bukan hanya menyelamatkan satu atau dua jiwa saja. Akan tetapi, agama, bangsa, dan negara juga terselamatkan.
Jika seorang guru mampu dan berhasil membentuk dua hal tadi dengan baik dan sempurna maka sempurnalah agama, bangsa dan negara kita. Sebagaimana yang diintisarikan dalam kitab At-Tahliyah Wattarghib fit Tarbiyah Wattahdzib bahwasannya, “bila akhlak (karakter) suatu bangsa itu tidak baik maka negara yang luas itu akan menjadi sempit karena bangsa itu sendiri”.
Teruslah berjuang wahai para guru, walaupun terkadang hasil yang kita dapatkan tidak sama dengan yang kita impikan. Usaha dan doa akan tetap menjadi tameng mereka dalam melaksanakan semua tugas. Semoga guru-guru kita semua diberi kekuatan dan kesehatan juga kelapangan rezeki agar beliau semua bisa maksimal mendidik generasi-generasi terbaik untuk masa depan. Amin.
*) Penulis adalah alumni YPP MU dan saat ini aktif mengabdikan diri di lembaga MTs dan MADIN
Comments