
IBU PEMILIK SURGA
Oleh: Ustd. Nur Aisah, S.Si
“Surga di telapak kaki ibu”
Kalimat ini butuh perenungan untuk memahami makna terdalamnya. Menjadi seorang ibu merupakan keistimewaan. Sejak seorang anak belum terlahir ke dunia, ibu sudah berinteraksi dan berjasa padanya. 9 bulan lamanya di masa kandungan bukanlah waktu yang singkat. Secara umum pada masa ini berbagai hal dialami oleh calon ibu, bahkan terkadang ngidam sesuatu yang aneh atau menyiksa.
Kemudian, apakah ibu jadi kapok (jera)? Tidak. Rasa sakit saat ia mengalami kontraksi menjelang persalinan akan hilang tergantikan rasa haru dan bahagia dengan kelahiran sang buah hati ke dunia. Sedikitpun seorang ibu tak pernah mengeluh saat menemani anak tumbuh dan berkembang. Segala jeri payah dan usaha keras yang dia lakukan hanyalah untuk kebaikan anak semata. Demikianlah, dikatakan bahwa ibu adalah pahlawan. Ibu ialah guru, panutan, dan sumber ladang barokah untuk mendapat surga.
Ibu sebagai guru? Ya. Pendidikan pertama kali diterima, yakni dari keluarga dan ibu adalah keluarga yang paling dominan dalam mendidik anak. Hal apa yang diajarkan oleh ibu di masa kecil akan terus membekas hingga anak tumbuh menjadi dewasa, walaupun terkadang beberapa di antara nasihatnya diabaikan. Itupun tidak membuat seorang ibu merasa penat apalagi bosan untuk selalu mengarahkan dan melatih anak-anaknya pada kebaikan. Misalkan saja, saat lembaga pendidikan memutuskan agar siswa belajar di rumah masing-masing maka seorang ibu berperan sebagai guru secara nyata. Di tengah kesibukannya mengurus rumah tangga, ia hadir mendampingi proses belajar anak.
Begitu pula, ibu yang berhasil mendidik dan mengayomi anak-anak serta selalu menjaga keharmonisan rumah tangga akan menjadi teladan terbaik. Anak akan menjadikannya sebagai panutan pada setiap perilaku dan interaksi dalam kehidupan. Oleh karena itu, sebagai sosok yang ditiru oleh anak-anak seyogyanya seorang ibu lakukan yang terbaik dalam segala aspek.
Seorang ibu juga tak pernah lepas apalagi lupa untuk senantiasa mengharap kebaikan anak-anaknya dalam setiap bait doa yang ia rapal. Ia doakan mereka tanpa harus diminta, sejak kecil hingga dewasa. Ini merupakan bentuk kasih yang setulus-tulusnya.
Pengorbanan dan kasih sayang yang begitu besar hanya setimpal jika anak mampu membalas dengan bentuk pengabdian demi mendapat rida sang ibu. Allah pun memuliakan derajat seorang ibu dan berjanji akan mengabulkan segala munajat doanya sehingga ada yang bilang, “doa ibu itu keramat”. Mari sayangi ibu kita. Pada beliau yang masih hidup, berbaktilah. Teruntuk ia yang sudah tiada, doakanlah. Semoga kita semua mendapatkan keramat tersebut.
*) Penulis adalah guru MA Miftahul Ulum Bengkak Wongsorejo Banyuwangi.