Penulis: Rahmat Hidayat, S.Pd.I*
Tahun 2020 akan terkenang sebagai tahun yang memiliki banyak cerita. Terlebih untuk kelas akhir, baik tingkat dasar (SD/MI sederajat) maupun tingkat akhir (SMA/MA/SMK sederajat). Mereka semua akan mengingat kenangan dan cerita tentang diri mereka yang lulus tanpa melalui Ujian Nasional (UN). Mereka usai sebelum waktunya dan tamat sekolah secara mendadak. Mereka mendadak menjadi alumni yang harus berpisah dengan teman-teman dan guru tanpa ada perpisahan.
Tanggapan mereka bermacam-macam menghadapi kenyataan gagalnya UN. Ada yang sedih, ada yang biasa saja dan ada pula yang senang karena mereka lulus tanpa harus melalui UN. Akan tetapi, secara psikologis mereka semua pasti kecewa dimana segalanya sudah dipersiapkan untuk menghadapi UN tetapi gagal. Selama beberapa bulan terakhir peserta didik memang terlihat sedang melakukan segala persiapan guna menyambut kehadiran UN. Ada yang melaksanakan bimbingan belajar (Bimbel) dan tambahan pelajaran sampai sore (Les).
Peserta didik di seluruh indonesia sudah siap lahir batin untuk mengikuti ujian akhir. Simulasi, try out dan gladi bersih pun sudah dilaksanakan oleh seluruh lembaga se-indonesia. Betapa terkejutnya mereka ketika ujian akhir dibatalkan, bagai disambar petir di siang bolong. Mungkin semua itu serasa tidak mungkin terjadi dengan tiba-tiba, tapi itulah kenyataannya.
Begitupun para kepala madrasah dan panitia ujian termasuk proktor dan teknisi, semuanya terlihat kecewa karena semua telah direncanakan dengan rapi dan disusun sedemikian rupa. Namun, tidak terlaksana sesuai rencana tiba-tiba hilang dan sirna begitu saja akibat pandemik covid-19. Oleh karena itu, sebut saja angkatan tahun ini ANGKATAN COVID-19. Mereka adalah angkatan pertama yang lulus tanpa melewati serangkaian ujian yang biasa dilakukan dunia pendidikan.
Siapa yang mengira semua berakhir seperti ini? Tidak ada! Siapa yang menyangka semua yang sudah dipersiapkan baik Ujian Madrasah (UM) maupun UN, ternyata harus berakhir dengan surat edaran dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan yang menyatakan semua dibatalkan. Ijazah mereka merupakan ijazah pertama yang nilainya adalah rekap nilai rapor lima semester. Kelulusan mereka juga melaui pertimbangan rata-rata nilai tersebut.
Sebagai manusia kita hanya bisa berbaik sangka dan bersyukur agar tidak berputus asa. Anggaplah ini adalah cobaan yang diberikan kepada kita agar kita semakin mendekat kepada Allah. Yakinlah, semua ini terjadi agar terlahir generasi yang lebih baik dan lebih tegar. Cobaan ini datang pada tahun ini karena tuhan tahu bahwa angkatan 2020 adalah generasi yang kuat. Tingkatkan ibadah senantiasa berdoa agar wabah ini segera berlalu.
Selamat melanjutkan perjuangan para peserta didik, tenaga pendidik dan kependidikan. Tetap semangat bekerja, belajar dan berkarya dari rumah. Semoga kita semua diberi kesuksesan, kelancaran dan barokah serta semoga kita semua bisa mengambil hikmah dari kejadian ini. Amin.
*) Penulis adalah Kabag. Humas YPP Miftahul Ulum; Guru MI Miftahul Ulum
good, team MM,…samangat mengabdi tanpa batas,
Aamiin Ya Rabbal’alamin