Metamorfosa Muslimat Annahdiyin
2 mins read

Metamorfosa Muslimat Annahdiyin

Penulis: Ustd. Siti Nurfiyah, S.Pd.I*

Tahun 2015 Pengasuh ke I Yayasan Pondok Pesantren Miftahul Ulum (YPP MU), yakni Almaghfurlah KH. Ach. Djazari Marzuqi memberikan nama Al-hidayah pada sebuah mushollah sederhana. Sebuah tempat anak-anak belajar mengenal huruf hijaiyah yang terletak di sebelah barat YPP MU.

Beberapa tahun belakangan ini di mushollah tersebut berdiri sebuah majelis taklim untuk muslimat yang biasa kita sebut muslimatan. Inisiator pertama berdirinya muslimatan ini adalah Nyai Umi Nadhiroh, S.Ag (Istri dari Ketua I YPP MU). Hal ini disambut baik oleh masyarakat sekitar dan mendapat dukungan penuh dari para ibu wali santri mushollah Alhidayah. Selanjutnya, majelis taklim ini diberi nama Muslimat Annahdiyyin yang diresmikan langsung oleh pengasuh ke II YPP MU, yakni Abuya KH. Muhammad Hayatul Ikhsan, M.Pd.I.

Kali pertama diresmikan banyak yang beranggapan bahwa muslimatan ini hanya khusus bagi wali santri dan keluarga pondok pesantren saja. Namun, setelah mendapat penjelasan dari pengurus muslimatan bahwa majelis taklim ini diperuntukkan bagi umum, masyarakatpun mulai banyak yang bergabung. Maka dari itu, kami menegaskan kembali bahwa Muslimat Annahdiyyin menerima siapapun yang ingin bergabung tanpa memandang golongan atau kubu.

Antusiasme masyarakat sangat besar dalam mengikuti kegiatan tersebut. Terbukti dari semangat mereka untuk hadir pada malam selasa ba’da shalat isya yang semakin kompak. Agenda kegiatan rutin dalam majelistaklim adalah membaca surat yasin, sholawat nabi, tahlil, istighostah, dzikir jama’i dan tausiyah agama tentang kajian fikih sehari-hari yang dijadwalkan bergantian. Tema yang dibahas dalam tausiyah agama bermacam-macam salah satunya adalah tentang puasa, thoharoh, shalat, mengkafani dan memandikan mayit, dll. Kegiatan tausiyah ini diisi oleh majelis keluarga dan guru tugas di asrama putri YPP MU.

Berjalan 5 tahun sejak awal berdirinya muslimat Annahdiyyin, antusiasme masyarakat mulai goyah. Semangat para jamaah mulai kendor, hal ini sangat terlihat ketika jumlah jamaah yang hadir mulai berkurang. Mushollah yang biasanya sesak dengan para jamaah akhir-akhir ini mulai terasa longgar. Kejadian ini memantik para pengurus muslimat Annahdiyin untuk mengetahui alasan para jamaah yang tak lagi bersemangat hadir. Usut punya usut, banyak jamaah yang mengeluh dan beralasan capek, sibuk, dan berbagai macam alasan lainnya.

Perlu usaha keras dan kata yang mujarab untuk membuat mereka kembali aktif. Dibutuhkan berbagai trik untuk meyakinkan mereka. Kami memaparkan kembali bahwa acara muslimatan ini sangat besar hikmah dan manfaatnya. Salah satu manfaat menghadiri kegiatan tersebut ialah bisa mengirim surat al-Fatihah untuk para arwah leluhur yang belum tentu kita sempat melaksanakannya di rumah.

Besar harapan kami agar masyarakat sekitar mushollah Al-hidayah kembali berantusias untuk mengikuti kegiatan tersebut. Semangat yang mulai pudar semoga kembali menyelimuti hati para jamaah agar lantunan sholawat kembali bergemuruh di bumi Al-hidayah.

*)Penulis adalah Alumni Yayasan Pondok Pesantren Miftahul Ulum tahun 2006; sekaligus guru aktif di Lembaga Raudlatul Athfal Khadijah 46.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *