
NYANTRI ITU NGAJI DAN NGABDI
Oleh: Ustd. Nur Hidayati*)
Ada yang berbeda antara khaddam Pondok Pesantren Miftahul Ulum (Ponpes Miful) dan kebanyakan pesantren lain. Khaddam adalah santri yang ber-khidmah (melayani) kebutuhan dhalem atau keluarga pengasuh. Masyarakat Madura sering menyebutnya “masok dhelem”.
Di Ponpes Miful sendiri tidak mengenal istilah “masok dhelem”. Semua santrinya memiliki kesempatan yang sama untuk ber-khidmah. Di sini (Ponpes Miful), jadwal piket untuk semua santri mulai piket halaman lingkungan asrama sampai di dhelem diatur oleh pengurus asrama bidang kebersihan. Namun demikian, bagi mereka yang tidak terjadwal piket di dhelem tetap terbuka kesempatan untuk membantu setelah piket wajibnya selesai. Hal ini, tentu sangatlah berbeda dari beberapa pesantren yang memiliki khaddam khusus saja.
“Biasanya untuk khaddam dhelem, kami jadwalkan santri yang sudah agak lama di pondok atau keluarga yang direkomendasi oleh pengasuh,” tutur pengurus asrama putri, Khozinatul Asroriyah. Piket di dhelem dan dapat ber-khidmah langsung pada Murobbi (baca: kiai) adalah hal istimewa bagi para santri. Sebagaimana pesan yang pernah disampaikan oleh Abuya Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki bahwa ilmu gampang dicari tapi khidmah sulit.
Selain piket harian, di Miful juga ada piket khusus hari raya yang sudah menjadi tradisi setiap tahun. Piket khusus ini dijadwal sejak sore hari pada Hari Raya Idul Fitri sampai hari ketujuh beranggotakan pengurus, ketua kamar maupun santri yang berdomisili di sekitar lingkungan Ponpes Miful.
Mirisnya, akhir-akhir ini banyak wali santri yang tidak sadar akan pentingnya ber-khidmah. Mereka beranggapan dengan adanya jadwal piket menambah beban bagi para santri dan mengganggu aktivitas belajarnya juga mengurangi jatah liburan hari raya di rumah. Tidak sedikit wali santri yang lebih setuju untuk membayar uang kebersihan untuk ongkos petugas.
Hal tersebut terjadi karena beberapa santri tidak dapat mengatur waktu sebaik mungkin sehingga tugas piket menjadi bentrokandengan kegiatan lain. Padahal, jadwal piket sudah diatur agar tidak mengganggu sekolah maupun kegiatan asrama yang lain.
Penulis sendiri adalah salah satu khaddam dhelem di Ponpes Miful. Semoga cerita berikut dapat dijadikan ibroh. Pada tahun 2008 yang silam penulis selain mendapat jadwal sebagai petugas kantin di dhelem Nyai Hj. Nur Mahmudah yang lumrah dipanggil Ummi’ Nong, juga diamanahkan untuk membuat bubur jagung (jagung muda yang sudah diiris halus kemudian di-blender lalu ditambahkan gula sedikit terus dipanaskan di panci/wajan sampai masak dan kental) untuk Alm. Kiai Sepuh, Ach. Djazari. Dua tugas tersebut waktunya bersamaan, yakni sesudah pengajian kitab subuh dan sebelum masuk sekolah formal. Alhasil, waktu belajar di sela-sela sholat malam dan sholat shubuh tergantikan untuk giliran mandi karena tidak ada waktu untuk mandi di pagi hari. Namun, ternyata semenjak tahun 2008 sampai 2011 awal penulis sering meraih peringkat kelas maupun juara di beberapa perlombaan.
Kemudian, tahun 2011 akhir ketika penulis kelas VI Madrasah Diniyah, dengan alasan untuk lebih konsentrasi belajar memilih mengundurkan diri agar tidak dijadwal piket dhelem. Tambahan jam belajar dimulai pagi, siang, sore, sampai malam. Hasilnya, tak diduga ternyata malah hanya mampu di peringkat ketiga. Saat itulah penulis sadar akan besarnya pengaruh barokah ber-khidmah.
Demikianlah khidmah yang dilakukan para santri pada akhirnya untuk kebaikan merekasendiri. Ber-khidmah tidaklah mengganggu, ber-khidmah tidaklah membuat bodoh, pandai-pandailah memanfaatkan waktu agar ber-khidmah tidak jadi beban. *) Penulis adalah santri aktif semenjak tahun 2006 di Asrama Putri Pondok Pesantren Miftahul Ulum Bengkak Wongsorejo Banyuwangi sekaligus menjabat sebagai pengurus asrama mulai masa khidmat 2010/2011 hingga saat ini.