Obituari Ust. Syujak: Suka Lucu tapi Bukan Komedian
5 mins read

Obituari Ust. Syujak: Suka Lucu tapi Bukan Komedian

Penulis: Ustd. Nur Hidayati, M.Pd

Ahad, 17 Juli 2022 dini hari. Kabar duka seketika menyelimuti Miftahul Ulum. Ust. Moh.  Syujak, S.Pd.I, sang sosok panutan itu telah wafat. Meninggalkan istri dan keempat anaknya, laki-laki kelahiran Probolinggo itu berpulang untuk selamanya. Innā lillāhi wa innā ilayhi rāji’ūn.

Berita kewafatannya bagi semua orang yang mengenalnya terasa begitu tiba-tiba. Beberapa di antaranya bahkan menolak percaya bahwa kini sosok penuh humor itu telah tiada.

Ya, beliau bukan komedian, tetapi berada di dekatnya orang-orang akan dibuat gembira. Susi Susanti (guru RA Miftahul Ulum) adalah salah satu dari sekian ribu murid beliau. “Tiap kali usai kelas berat (note: pelajaran yang sulit) saya akan pura-pura ada keperluan untuk bisa masuk ke kantor.” Demikian ini dilakukan oleh Susi agar bisa bertemu dengan idolanya itu. Menurutnya, humor-humor ringan yang terlontar dapat menjernihkan pikiran kembali dan membuatnya tenang untuk lanjut belajar di jam berikutnya.

Benar, beliau telah berprofesi sebagai pendidik sejak puluhan tahun yang silam bahkan sebelum ia datang ke Yayasan Pondok Pesantren Miftahul Ulum (YPP MU) Bengkak Wongsorejo Banyuwangi. Barulah tahun 1999 M beliau dipanggil menghadap pengasuh I YPP MU, Alm. KH. Ach. Djazari Marzuqi. Karirnya sebagai guru YPP MU beliau mulai di lembaga MI Miftahul Ulum. Sebentar saja pernah menjabat sebagai Wakil Kepala Bidang Kurikulum di MI MU kemudian beliau juga diamanahi untuk mengampu mata pelajaran Biologi di tingkat tsanawiyah dan aliyah. Selanjutnya, pada tahun 2010 sampai saat ini (ketika wafat) beliau dipercaya sebagai Kepala Madrasah Aliyah Miftahul Ulum (MA MU).

Sebagai kepala madrasah, beliau juga dikenal sebagai pribadi yang sangat sabar dan selalu tenang. Ning Fauziatur Rohmi, Sekretaris Forum Komunikasi Kepala Madrasah (FKKM) MAN 1 Banyuwangi juga mengungkapkan rasa kehilangan mendalam atas meninggalnya beliau. “Beliau orang baik, suka bercanda, FKKM bakal kehilangan tawa ditinggal olehnya,” tutur Ning Rohmi.

“Beliau kalau diundang acara selametan disuruh pidato, mau nggak, ya, Mbak?” Ini pertanyaan spontan dari salah satu wali murid pada penulis beberapa tahun lalu ketika usai rapat sosialisasi program madrasah. Menurutnya, tipe dai seperti beliau sangat digemari masyarakat masa kini. Santai, tapi ngena.  

Selain humoris, beliau juga orang sangat sabar. Semua guru MA MU memberikan kesaksian serupa. “Beliau merupakan sosok uswah yang paling sabar,” kenang Ust. Muhammad Nur, S.Pd.I, murid sekaligus rekan kerja beliau di MA MU. Almarhum selalu bisa menyejukkan suasana panas di dunia kerja, tidak sekalipun menampakkan kegundahan dan kegelisahannya meskipun dalam situasi yang sangat sulit.

“Letakkan semua problem hidupmu sebelum berangkat ke madrasah,” begitulah kira-kira ungkapan yang tepat untuk menggambarkan komitmen pengabdiannya di MU. Seandainya beliau menggunakan ungkapan ini untuk memotivasi rekan-rekannya tentulah sangat pantas. Bukan lagi sekedar kata, beliau telah membuktikan ungkapan itu selama bertahun-tahun lamanya. Pantang bagi beliau untuk memohon ijin ke Madrasah dikarenakan ada kepentingan keluarga. Sebaliknya, beliau rela menunda kepentingan keluarganya demi mengabdikan diri pada Madrasah.

Ustd. Dra. Hj. Wartik, Guru Besar YPP MU mengenang beliau sebagai sosok yang sangat disiplin. “Beliau selalu hadir paling awal, sebelum guru dan staff datang. Pulangnya? Beliau selalu pulang akhir.” Diselingi sesenggukan, Ustd. Wartik menyayangkan bahwa belum ada guru, staff, ataupun karyawan YPP MU yang mampu meniru semangat pengabdian almarhum.

Urusan hadir lebih awal di pagi hari itu sebenarnya bukan perkara mudah. Pasalnya, anak bungsu beliau akan menangis (ngambul) jika ditinggal sebelum diajak bersepeda lebih dulu. So, setiap pagi buta beliau sempatkan untuk membawa bungsunya naik sepeda sebentar saja lalu pamit berangkat. Sebelum pukul 06.00 WIB beliau sudah tiba di YPP MU dengan jarak tempuh dari rumah sekitar setengah jam.

Hal sederhana yang beliau jalankan sebagai seorang ayah dan suami itulah yang membuat keluarganya ikhlas mendukung pengabdian beliau. “Semoga kami dapat meneruskan semangat pengabdian beliau,” ungkap harap Ifa Fauziyah, putri beliau. Selama beliau mengabdi di madrasah, semua urusan di rumah beliau serahkan pada Ibu Yatima, istri tercintanya. Teramat jarang beliau mendapat telepon urusan rumah terkecuali benar-benar mendesak dan sangat genting.

Jika ditanya kelemahan beliau, satu-satunya kelemahannya ialah ke-gaptek-an beliau pada dunia IT. Namun demikian, itu bukanlah hal yang selalu berdampak negatif. Ada sisi positif yang masih dapat dirasakan, seperti beliau terhindar dari terpapar berita-berita hoax. Waktu beliau menjadi sangat produktif untuk fokus mengembangkan lembaga dibanding sekedar scroll medsos yang unfaedah saja. Tak ayal, beliau dapat lebih fokus memajukan lembaga yang dipimpinnya, Madrasah Aliyah Miftahul Ulum (MA MU). Tahun 2014 beliau membuka jurusan IPA untuk pertama kalinya di MA MU. Tahun berikutnya, MA MU mampu menerbitkan majalah per semester sekali. Tahun 2017, berdiri bangunan baru untuk kantor dan ruang laboratorium komputer. Hingga kini, selalu ada progress kemajuan MA MU di bawah kepemimpinannya.

Kita, khususnya keluarga besar MU, betul-betul merasa kehilangan sosok guru berwibawa, ayah yang penyayang, dan sahabat yang baik. Semoga Allah terima segala amal baik beliau serta mengampuni segala khilaf yang pernah dilakukan. Semoga barokah masyayikh Miftahul Ulum senantiasa membersamai di alam kuburnya. Semoga kebaikan yang beliau tanam semasa di dunia, membuahkan rahmat dan kasih sayang dari-Nya. Semoga Allah juga memberi kita kekuatan untuk meneladani kebaikan-kebaikan beliau. Semoga  kepergian beliau menjadi pengobar semangat pengabdian di dada para penerusnya. Aamiin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *