Penulis: Ning Evi Ghozaly
Lahir tahun 1977, sejak kelas 3 Madrasah Ibtidaiyah (setingkat SD) beliau sudah masuk pesantren. Teruuus, nggak berhenti mondok.
Cak Thoriq, begitu beliau dipanggil, saat SMP sambil nyantri di Denanyar. Saat belajar di MAN I Malang, mukim di Pondok Pesantren Al Fadloli, Dinoyo Malang. Eh tetanggaan tibaknya sama saya, rek.
Nah pas kuliah di Bahasa Arab IAIN Surabaya (sekarang UIN Sunan Ampel Surabaya), Cak Thoriqul Haq mulai aktif di organisasi. Menjadi pengurus Lembaga Pers Mahasiswa dan PMII Surabaya. Bertahun kemudian, pengalaman berharga ini membuat beliau enteng menulis beberapa buku dan berjibaku di beragam program organisasi.
Melanjutkan pendidikan S2 di Malaysia. Justru di negri tetangga itu, Cak Thoriq mulai menjadi pengurus NU dan Partai Kebangkitan Bangsa. Bertemu banyak tokoh selama di luar, membuat Cak Thoriq makin bersemangat menjadi aktivis. Hingga lanjut menjadi anggota dewan PKB selama dua periode.
Memang pernah bercita-cita menjadi Bupati Lumajang ya, Cak?
“Enggak, sama sekali. Mengalir saja.”
Program apa yang panjenengan laksanakan terkait pengembangan pesantren?
Tak banyak yang bisa saya tanyakan pada Cak Thoriq, meski awalnya pengin meminta penjelasan tentang pembelaan beliau pada kasus Salim Kancil. Wong hanya 5 segmen lho, itu pun wawancaranya pkl 21.30 malam haha. Saya seger karena bangun tidur, Cak Thoriq bersemangat padahal usai menempuh perjalanan panjang dari Surabaya bertemu Kapolda Jatim. Emang beda kok, pemimpin dan rakyat kayak saya ini 😅
::
Eh itu, di belakang Cak Thoriq banyak kitab besar, ya? Saya kepo.
“Dulu waktu jadi santri, saya punya banyak waktu untuk membaca kitab tapi tak mampu beli. Sekarang bisa beli banyak kitab, tapi tak punya waktu membacanya…” Owalah 😀
Harapan Cak Thoriq pada pesantren?
“Pertahankan semua hal baik yang telah lama menjadi ruh pesantren, tapi kembangkan semua hal baru yang akan membuat pesantren makin maju.”
Terakhir, Cak. Sebutkan satu nama yang paling berjasa dalam hidup Cak Thoriq.
“Ibu….”, beliau menyebut dengan mata nanar dan nada bergetar.
Saya pun klakep. Semendal. Membayangkan jika ada yang memberikan pertanyaan yang sama, saya juga akan menyebut ibu, tapi sambil menangis.
::
Untuk panjenengan yang memiliki waktu luang, bisa menyaksikan dongeng ini pada Ahad 15 Nopember 2020 di Kiswah Interaktif TV9 ya, pkl 16.30. Atau lewat streaming youtube nggih. Nuwun.
🙏😊💖
Comments