Selamat Hari Ibu, Wahai Bidadari Tanpa Mahkota, Tetapi Bertelapak Kaki Surga
2 mins read

Selamat Hari Ibu, Wahai Bidadari Tanpa Mahkota, Tetapi Bertelapak Kaki Surga

Oleh: Ustd. Ika Nurjannah, S.Pd.I

Kalimat di atas teruntuk para perempuan yang ada di dunia ini. Khususnya kepada ibu, bidadari yang tanpa mahkota, tetapi bertelapak kaki surga. Setiap ridlonya menjadi sebab Allah ridlo atas anak-anaknya. Begitu sebaliknya, murkanya juga menjadi murka Allah Swt.

Bagi setiap anak, ibu adalah orang yang spesial dan berharga. Kasih sayangnya sepanjang masa, tak lekang oleh waktu tak lapuk oleh hujan. Sembilan bulan mengandung berbagai keadaan menimpanya, sesak, capek, letih, atau sakit sekalipun. Semua dia lalui meski terkadang nyawanya dipertaruhkan.

Hampir dua puluh empat bulan kita minum air susunya. Belum hal lain, seperti memandikan, merawat, dan bahkan membersihkan kencing dan air besar anaknya. Semua itu beliau lakukan dengan cinta yang tulus dan murni tanpa mengharap balasan.

Lebih dari pada itu, menurut penyair masyhur Hafiz Ibrahim, “Ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya.” Hal ini terbukti bahwa dari seorang ibu lah, anak banyak belajar untuk pertama kali. Beliau yang mengajari segala hal kepada sang buah hati bahkan sejak di dalam kandungan. Mulai dari cara tengkurap, merangkak, berjalan, makan, bicara, dan masih banyak lainnya. Anak adalah prioritas sebab baginya anak adalah segalanya.

Oleh sebab itu, sebagai muslim sejati mencintai dan menyayangi ibu adalah sebuah kewajiban. Bukankah Rasulullah SAW memberi isyarat pada umatnya untuk mendahulukan ibu tiga kali lebih banyak daripada ayah dalam hal berbuat baik, penghormatan, dan memuliakan. Artinya, perlakukan ibu dengan baik, tidak boleh sedikitpun kita berbicara kasar terhadapnya. Hal ini sesuai perintah Allah SWT dalam al-Qur’an Surah al-Isro’: 23 yang menyatakan,وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا“Dan Tuhanmu telah berpesan agar kamu jangan menyembah selain Dia (Allah) dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka jangan sekali-kali kamu mengatakan kepada keduanya kata “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka kata yang mulia.”

Sudah cukup jelas kan? Apa saja yang harus dilakukan dan diperbuat dalam memperlakukan orangtua. Pertama, jangan sekali pun berdecak, “ah” atau ditafsir dengan kata-kata jelek. Berlakulah sopan dan baik terhadap ibu dan ayah.

Kedua, jangan membentak atau meninggikan suara di hadapan mereka apapun alasannya. Bicaralah dengan pelan, tetapi jelas dan mudah dimengerti.

Terakhir, ucapkanlah kata-kata mulia dalam tanda kutip menggunakan bahasa yang baik. Kalau dalam istilah madura masyhur dengan nama abhesa.

Berbakti pada ibu dan kedua orangtua memang tidak hanya sebatas pada hari ibu saja, tetapi minimal momen ini kita jadikan alarm pengingat agar lebih baik lagi. Yang kemarin pernah ada salah, mari mohon maaf dan minta ridlo pada ibu sekarang juga. Semoga esok dan seterusnya dapat menjadi anak yang lebih baik sekaligus jadi ibu atau orangtua yang penuh ridlo untuk anak-anak kita semua. Aamiin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *