YOUTUBER
Penulis: Ning Evi Ghozaly
Baru semalam aku sampai Lampung, setelah sepuluh hari ngiter Jakarta, Madura dan Malang. Alhasil ada beberapa amanah yang tertunda, dan harus segera aku tunaikan. Maka setelah keliling SD, aku segera menuju SMP. Ada dua murid dan satu guru yang harus aku temui hari ini.
Seorang murid kelas sembilan. Kata guru BK, sudah lama ingin mengucapkan terima kasih padaku. “Apakah Umy mengingatku? Umy adalah orang pertama yang aku temui di sekolah ini. Masihkah Umy mengingatku?”, susunan kalimat yang khas, selalu ngarah ejaan yang disempurnakan.
“Tentu, Nak. Namamu Mas FA kan? Apa kabar sayang”, aku menepuk pundaknya. BuMempersilakan duduk pada kursi di depanku.
“Setelah dua tahun empat bulan, hari ini aku memutuskan untuk berkata jujur pada Umy tentang beberapa hal. Bolehkah, Um”.
Aku mengangguk mantap, tentu saja sambil tersenyum.
“Yang pertama, aku dulu adalah anak ABK. Anak Berkebutuhan Khusus. Aku autis, Um. Kedua, aku korban bullying. Aku pernah didorong teman dari lantai dua, selalu disuruh membelikan kue di kantin, dimintai uang dan dicaci maki. Setiap hari. Umy tahu bagaimana rasanya menjadi aku? Sedih, dan aku menahan sedih sekian tahun, Um”.
Aku masih tersenyum. Mengangguk. Aku sangat ingat saat pertama kali bertemu jagoan ini. Sang Bunda mengantarkannya bertemu denganku. Dengan sangat cemas bercerita riwayat tumbuh kembangnya, hambatan yang dialami, traumanya dan kekhawatiran tidak bisa belajar di sekolah ini.
Hm. InsyaAllah sekolah ini selalu memanusiakan manusia, Bunda. Tak ada ujian masuk. Semua anak berhak belajar di sekolah ini. Anak ABKpun tetap diterima selama kami bisa mendampingi dengan maksimal. Jika tidak, kami akan menyarankan ada shadow teacher.
Guru-guru disini luar biasa. Selalu berusaha mendidik dengan hati, membimbing dengan sepenuh cinta. Semampu yang kami ikhtiarkan.
Aku menjelaskan semua hal yang membuatnya ragu.
::
Setelah positif diterima di sekolah ini, aku sempat mendampingi remaja ganteng ini selama beberapa kali pertemuan. Konsultasi dan terapi. Jadi jika sekarang dia memutuskan akan jujur mengatakan yang sebenarnya, ini membuatku merasa aneh dan lucu. Aku tahu persis rekomendasi dokter tumbuh kembangnya. Ya, dia autis. Tapi itu dulu lho.
Sekarang? Wah, perkembangannya sudah luar biasa. Memang, selama berbicara dia masih terus menautkan dua telapak tangannya. Memutar dan menggerakkan jarinya. Terus, tak henti.
(Ssst, aku seperti melihat diriku sendiri. Teman-teman akrab yang pernah berbicara santai denganku, pasti pernah melihat tissue aku robek-robek, jari tangan terus bergerak atau mengetuk meja. Tak henti).
Tapi sekarang, jagoan ini sudah sangat lebih baik. Dulu tiap bicara, kalimatnya tak jelas. Keringat dingin mengalir di sekujur tubuhnya. Bahkan jika membawa sapu tangan, mungkin bisa diperas. Bibirnya gemetar, tubuhnya berguncang dan kadang doyong depan belakang.
::
“Kini kalimatmu tertata, Nak. Sistematis. Pilihan katamu keren. Tatapanmu tak lagi kosong. Percaya diri. Senyummu manis. Hebat, hebat”, aku memujinya.
“Aha, aku juga makin dewasa sekarang, Um. Aku pemberani. Aku sudah berani membully orang lain”.
Aku mengernyitkan kening.
“Iya, aku tak lagi dipandang sebelah mata oleh orang lain. Aku sangat percaya diri. Aku punya akun youtube dan sudah punya banyak penggemar”.
Matanya berbinar, bersinar. Ah, akupun bahagia siang ini, Nak. Setelah sejak pagi aku merasa gelisah entah karena apa. Baperlah pokoknya. Eh…melihatmu, dunia serasa jadi penuh bunga :D🤭
::
“Jadi, aku ingin mengucapkan banyak terima kasih. Aku menjadi seperti sekarang karena Umy, guru-guru dan sekolah ini”.
Aku tersenyum lagi, mengangguk lagi.
“Selain itu, aku juga mohon Umy dan semua mensubscribe akun youtubeku ya. Bersediakah Umy menjadi penggemarku?”
Ahaha. Tawaku pecah. Owalah Le. Modusmu kok ya keren banget tho.
Aku sodorkan hape. Dia berpindah duduk di sebelahku. Membuka youtube dan menunjukkan beberapa hai gaesnya.
Baiklah, Nak. Mulai hari ini aku jadi penggemarmu ya Gaes 😀💖
- GM, 06.11.2018 –