AKHIRNYA, KETENTUAN ALLAH NYATA
Sebuah catatan untuk sahabat Firmansyah Y. Alfian Husin
Penulis: Ning Evi Ghozaly
.
Sejak tahun lalu, warga Bandar Lampung bisa melihat foto sosok rektor IBI Darmajaya ini, berkopyah dengan senyum sumringah, bertebaran di tepi-tepi jalan. Slogan Bandar Lampung Berjamaah mulai dikenal. Selalu ada beliau dengan gamis putihnya ketika ada musibah di satu tempat, kadang berjalan menyusuri gang sambil menyapa ramah warga, atau menjadi makmum di masjid mana dan mana setiap jam sholat.
Syech Firman, saya memanggilnya. Seorang sahabat di program S3 jurusan Manajemen Pendidikan Universitas Islam Negeri Radin Intan Lampung. Pada angkatan 2017 ini, saya menjadi sekeretaris kelas, dan beliau ketua kelas. Jujur, awalnya saya apriori,”Identitasnya mengerikan. Penampilannya ekstrim, pasti enggak asyiklah ini”, duga saya.
Iya, saya dari NU kultural yang meski rajin tahlilan tapi juga mau karaokean. Kadang saya terlambat masuk kelas dan sering tertidur ketika dosen menjelaskan materi. Saat jeda, saya suka ngobrol dengan teman sebelah dan sesekali selfie. Sementara beliau, selalu datang tepat waktu. Menyimak materi dengan tekun, dan terburu keluar ketika jam istirahat. Sesekali bertanya, meski pertanyaannya kadang mbulet haha.
Dan saya terkaget ketika fieldtrip ke Aceh, ternyata beliau mau turun berziarah ke makam wali. Kirain beliau mengharamkan tawasul lho. Dan pas teman-teman kumpul pun, ternyata beliau mau pegang microphone, kenceng juga nyanyi lagu ndangdut š
::
Suatu hari, saya nyletuk,”Syech, ngapain sih mau nyalon wali kota? Sudahlah, istiqomah aja di jalan dakwah dan pendidikan”.
Beliau kaget,”Kok tahu, Ning? Saya belum memberi tahu siapapun lho selain keluarga. Masih niat juga, belum tentu jadi nyalon. Tahu dari mana?”
“Lah, kan terlihat dari kuku jempol tangan kiri saya”.
Beberapa pekan setelah itu, banner dan papan iklan mulai memajang wajahnya. Dih, jadi nyalon juga.
“Saya punya keinginan baik, Ning. Jadi beginiā¦beginiā¦”.
Saya mendengar sambil menyoret-nyoret kertas. Saya sampaikan itung-itungan logisnya.
“Istikharah saja dulu, Syech”.
“Sudah kok, Ning”.
Saya mencureng. Keukeuh banget nih orang.
::
Awal Februari 2020. Untuk sebuah keperluan, saya bertemu beliau bersama kakak-kakaknya. Sebelum acara dimulai, kami menuju meja sebelah. Istikharah.
Beberapa menit, istikharah selesai. Beliau terpekur tadzim menatap Al Quran di hadapan. Isyarah yang muncul, kemudian membuatnya terisak pelan. Mengusap air mata, mengambil nafas panjang.
“Saya akan tetap maju, Ning. Berjuang semampu saya. Berharap tanpa batas. Berikhtiar mewujudkan harapan para sahabat, sebisa mungkin. Dengan sungguh-sungguh. Saya tak akan mundur, demi menjaga amanah banyak orang. Jika memang harus selesai kapan, biar taqdir yang mengusaikan. Bagaimana akhirnya nanti, biarlah ketentuan Allah yang bicara”.
Lalu beliau salim tadzim pada kakak-kakaknya. Berpelukan, erat. Hanya ada kata sayang dan support mendalam. Selebihnya, hening.
::
“Kok panjenengan nggak mau menulis tentang saya sih, Ning?”
“Saya lho selalu menulis dari sisi baik sesorang. Dan menurut saya, nggak ada yang bisa dipuji dari panjenengan, Syech”. Haha, jian mbuh kok.
Begitulah. Saya tidak hanya bersahabat dengan beliau, tapi juga dengan seluruh keluarganya. Bahkan tiap pekan, ada jadwal rutin saya bertemu putri sulungnya, mahasiswi kedokteran yang cerdas dan periang.
Maka, saya tahu persis bagaimana sikap beliau pada keluarga dan saudara. Bagaimana beliau berinteraksi dengan orang lain. Bagaimana beliau berhubungan dengan mahasiswa, dosen dan tamu. Bagaimana beliau memilih kata saat bicara, juga bagaimana cara beliau mengusaikan perbincangan.
Sayang banget jika beliau kembali ke dunia politik. Eman-eman aja. Tapi pilihan telah dijatuhkan, semua rencana dan kegitan tetap dijalankanā¦dan hanya Tuhan yang bisa menghentikan.
::
Senin, 27 Juli 2020. KPU memutuskan Syech Firman tak bisa melanjutkan proses pencalonan wali kota Bandar Lampung. Salah satu syarat dalam prosedur yang telah ditentukan, ternyata tak bisa terpenuhi hingga batas waktunya.
Seluruh tim telah berupaya maksimal. Doa telah terlantun setiap saat. Tapi ketentuan Tuhan nyata, inilah akhirnya.
Syech Firman sedih? Tentu. Pendukungnya kecewa? Pasti. Tapi cukup sebentar saja, tak boleh terpuruk lama.
“Niat dan cita-cita terbaik harus tetap diperjuangkan, dengan apapun wujudnya. Tidak bisa melalui pemerintahan, bisa lewat pendidikan dan beragam bidang. Tetap semangat”.
Pesan beliau lewat tilp. Tegar. Saya dan putri sulungnya tertawa. Lalu melanjutkan ngevlog. Apapun adanya, kita harus tetap bahagia ya Gaes.
Udah, segera selesaikan disertasi, Syech. Saya sudah lulus lho, segera nyusul ya.
.
.
- Bandar Lampung, 01 Agustus 2020 –