BIARKAN ANAK KITA KECEWA
4 mins read

BIARKAN ANAK KITA KECEWA

Penulis: Ning Evi Ghozaly

Pekan ini kita dikejutkan dengan berita penganiayaan berat yang dilakukan oleh Mario mahasiswa sebuah perguruan tinggi swasta, dengan korban bernama David remaja 17 tahun. Agnes, pacar Mario berpura-pura akan mengembalikan kartu pelajar agar bisa mengetahui keberadaan David. Begitu ketemu, David dipukuli dan dalam kondisi sudah lemas diminta tengkurap di tanah. Dengan kalap Mario menendang dan menginjak leher serta kepala David. Parahnya, Agnes dengan tega merekam penganiayaan itu bahkan sempat selfie dengan latar kondisi David yang terkapar tak berdaya. Hingga hari ini, David masih tak sadarkan diri. Sangat kejam.

Beragam analisa bertabur. Dari sisi hukum, pendidikan, agama. Saya membaca banyak pertanyaan yang muncul di sosmed: pendidikan seperti apa yang selama ini dialami Mario dan Agnes, hingga melakukan kebi*daban itu? Pola asuh macam apa yang mereka dapatkan hingga ringan melukai orang lain bahkan meneriakkan kalimat, “Nggak takut gue anak orang mati. Laporin aja…”

Kemarin saya ikutan menulis opini di status. Saking emosinya saya menulis dua kata terlarang, dan berakhir akun saya disetrap fesbuk selama 30 hari ke depan. Kesel sih, tapi jadi bisa mengalihkan empati dalam bentuk lain: mengajak para santri dari beberapa pesantren untuk mendoakan kesembuhan David, setidaknya sekali setiap hari. Lekas pulih ya, Nak.

::

Hari ini saya lebih kalem. Belajar dan sharing materi parenting bersama para orang tua kelas VI SD Global Madani. Apa yang bisa kita lakukan untuk menyiapkan anak menghadapi masa depan?

  1. Membangun ketangguhan.

Sesekali biarkan anak kita merasakan kecewa ya. Maka jangan semua keinginannya dituruti seketika. Ada yang perlu ditunda, ada yang harus bersyarat dan ada yang kita tolak dengan alasan kuat.

Sesekali juga, beri waktu anak kita menikmati kegagalan. Ini penting, agar anak bisa belajar mengenali dan mengungkapkan perasaannya, kemudian belajar mengelolanya dengan baik.

Ketika anak merasa terpuruk begini, terimalah kondisinya. Terima perasaannya. Jangan sampai kita mengatakan, “Halah cuma gitu aja. Begitu mah bukan masalah. Ini tidak buruk geh. Bapak ibu dulu mengalami hal lebih pahit.”

Jika diperlukan, kita bisa membantu anak tapi tidak dengan cara mengambil alih tanggung jawab mengatasi masalah. Ajak anak untuk bangkit. Pantik anak agar dapat mencari pelajaran terpenting yang didapat dari kegagalan atau peristiwa yang membuatnya kecewa.

Beberapa waktu lalu, anak kami minta ijin tilp tengah malam. Pasti sangat penting. Dan begitu hape terangkat, terdengar isak lirih tertahan, “Abi Umi, mohon dengarkan curhat dalem nggih.”

Sampai 10 menit kemudian kami menyimak semua keluhnya. Dan begitu diberi kesempatan bicara, kami sampaikan, “Nak, Umi dan Abi paham perasaan panjenengan malam ini. Apa yang sudah terjadi memang berat, dan panjenengan sudah sangat hebat bisa menghadapinya dengan baik.”

Tangisnya langsung pecah, “Terima kasih sudah memahami dalem, Umi. Seharusnya ini tidak terjadi. Tidak adil perlakuan yang dalem terima.”

Nak…banyak kenyataan dalam hidup ini yang masuk dalam kategori tidak seharusnya, tidak sepantasnya dan tidak sewajarnya. Inilah pelajaran yang luar biasa. Bersyukurlah panjenengan diberi kesempatan Allah untuk bertemu bermacam orang dengan beragam karakter di usia saat ini, jauh lebih cepat dari yang Abi Umi dapatkan dulu. Panjenengan hebat, Nak. Biaunillah, yakin bisa lulus ya.

Dan esoknya dia lebih segar dan bersemangat. Alhamdulillah.

  1. Fokus pada tujuan

Sering terjadi, anak terburu patah hatinya setelah menghadapi masalah menyakitkan. Apalagi jika kemudian mendengar kalimat menjatuhkan. Maka kita bisa mendampinginya untuk bisa berpikir jernih, mengambil hanya yang positif dan kembali fokus pada tujuan.

Tak ada cita-cita tinggi yang didapat dengan mudah sambil bersantai ria. Tak ada tujuan mulia yang ditempuh dengan lenggang kangkung. Pasti ada halangan, ada tantangan.

Hadapi, semampu yang bisa diupayakan. Jalani, sekuat yang dapat diikhtiarkan. Tentukan sikap. Jangan mudah terpengaruh provokasi dari luar atau dari pikiran buruk kita.

Fokus aja lakukan yang terbaik. Hasilnya biarkan menjadi urusan Gusti Allah. Karena,

اِنَّ اللّٰهَ يَعْلَمُ غَيْبَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ وَاللّٰهُ بَصِيْرٌۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ

“Sungguh, Allah mengetahui apa yang gaib di langit dan di bumi. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”

  • Q.S. Al Hujurat 18 –
  1. Langgengkan doa

Tidak ada satu bulu matapun yang jatuh tanpa kehendakNYA. Tak ada hal mustahil bagiNYA. Tak akan ada hati yang tergerak tanpa kehendakNYA.

Maka ayo loby Allah. Pinta terus perunjuk dan kasih sayangNYA. Bermohonlah pada pertolongan dan welas asihNYA. Agar semua masalah diberi jalan keluar, agar langkah menjadi ringan.

Dengan doa. Doa. Doa.

::

Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan anak kita. Tapi dengan ikhtiar di atas, semoga semua menjadi mudah, indah dan berkah.

  • Global Madani, 25 Pebruari 2023 –

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *