Penulis: Ning Evi Ghozaly
Lokasi rumah sekarang, dulu adalah sawah. Maksa beli karena hanya ini yang harga terjangkau dan bisa dicicil. Ples, hasil istiharah bagus banget.
Butuh ratusan truk tanah untuk menimbunnya. Ditimbun, kena hujan tanah turun. Timbun lagi, turun lagi, timbun lagi. Gitu aja bolak balik sampai dua tahun, baru berani mondasi. Alhamdulillah kuat.
Lha untuk halaman belakang ini, sengaja separuh tidak ditimbun. Dipondasi pinggirnya, rencana untuk kolam. Mbarang dipikir kok muspro ya, siapa yang akan ngrawat kolam guwedi wong anak-anak udah pada mlencar.
Awal bulan Pebruari 2023 ini kami putuskan ditimbun. Seratus truk tanah masuk. Distemper, tanah turun, timbun lagi, stemper lagi. Bismillah paving mulai.
Ternyata nyaris tiap hari hujan. Pas hujan deres banget, relief batas taman longsor. Tanah mimpes, turun bleeesss. Disusul sura kretek, paving ambles, Gaes. Dengan terburu batas taman diperbaiki, tanah diurug lagi. Hujan deres lagi, ambles lagi. Nah, kesusu sih.
Kesimpulannya: kami kurang sabar. Harusnya kami memperlakukan seperti yang pertama, karena tipe tanah sama. Mestinya setelah nimbun, diem dulu biarkan tanah turun. Berulang sampai betul-betul kuat secara alami. Jika pun ada perlakuan, bisa distemper aja. Beberapa kali. Nggak bisa instan dadakan.
::
Kira-kira seperti itu proses yang harus kami jalani dalam mendidik kedua anak kami, di usianya sekarang, dalam bidang tertentu. Membiarkannya menempuh rute baru yang penuh tantangan, learning by doing. Jatuh, bangkit. Terjerembab, lalu kembali berjalan tertatih.
Kami cukup memandang dari jauh ketika alam menempanya, dengan keras penuh tekanan. Terguyur hujan, dipanggang terik. Terbentur, terpukul. Kejedug-jedug. Memar. Lelah. Berkeringat. Menangis.
::
Mungkin kami terlihat tega ya. Tapi bismillah, yakin mereka bisa melewati semua dengan baik. Toh kami tak pernah benar-benar melepasnya. Toh mereka tak pernah benar-benar sendirian. Ada Allah yang pengasih dan penyayang. Ada orang-orang baik yang dikirimNya untuk menunjukkan arah dan mengingatkan pada tujuan.
Doa terbaik selalu kami lantunkan setiap saat, kami sematkan di nadinya. Restu dan ridla yang tulus selalu kami berikan. Jika mereka butuh, kami ada untuk menyimak keluhnya dan merengkuhnya dalam pelukan. Sesaat saja, sebelum kembali mendorongnya untuk kembali berani menghadapi kenyataan. Bertanggung jawab pada pilihan hidupnya dan kembali fokus pada harapan cita-citanya.
::
Butuh waktu memang, tapi semoga tak lama. InsyaAllah mereka akan kuat, tegar. Saatnya nanti, mereka akan menjadi manusia yang baik dan tangguh. Toh Allah sudah menyiapkan sepatu yang kuat sebelum mereka menempuh perjalanan yang sulit. Bismillah.
Kuatlah, Nak. Teruslah berjalan, jangan pernah berhenti ya sayang. Allahu musta’an.
.
- Bataranila, 23 Pebruari 2023 –
📷 Bersiap membongkar paving yang ambles di halaman belakang.
Terimakasih untuk tulisan yang selalu inspiratif