Penulis: Ning Wildatur Rohmah
Surabaya, Miful News – Difasilitasi oleh Pengurus Wilayah Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (PW RMI NU) Jawa Timur, Multaqo Bu Nyai Nusantara yang merupakan acara lanjutan dari Silaturrahmi Nasional (SILATNAS) Bu Nyai Nusantara berlangsung di Surabaya, 28 Desember 2019, tepatnya di Gedung Rektorat Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) lantai 1. Multaqo Bu Nyai Nusantara dihadiri oleh para ibu nyai dan juga para ning yang berasal dari berbagai pesantren se-Jawa Timur. Tak kurang 180 Bu Nyai dan para Ning dari 30 Kabupaten hadir di acara tersebut. Dua di antaranya ialah delegasi dari Yayasan Pondok Pesantren Miftahul Ulum (YPP MU) Bengkak Wongsorejo Banyuwangi, yakni Nyai Hj. Nur Mahmudah, M.Pd.I, dan Ning Wildatur Rohmah.
Acara Multaqo Bu Nyai Nusantara bertujuan untuk memperdalam kembali aqidah ahlisunnah wal jama’ah (ASWAJA) melalui para Bu Nyai. Diharapkan mereka dapat meneruskannya kepada para santri. Sebab, kini banyak aliran yang harokahnya melenceng dari ASWAJA. Selain itu, acara multaqo juga mengagendakan launching program “Kampus Mengaji” di ITS dengan tujuan untuk mencetak mahasiswa yang kokoh dan kuat aqidah ASWAJA.
Pada hari Sabtu, peserta berkumpul di gedung rektorat ITS, yakni tepat pukul 06.30 WIB untuk melakukan registrasi. Pada pukul 07.30 Bu Nyai dan para Ning melakukan sarapan bersama. Pembukaan acara sendiri berlangsung setelah sarapan, yakni pukul 09.00-11.00 WIB. Pada segment sambutan, Ning Maslahatul Ammah mewakili panita menyampaikan penegasan maksud dari acara Multaqo Bu Nyai Nusantara untuk mengkokohkan atau menguatkan aqidah ASWAJA bersama para Bu Nyai. Dilanjutkan sambutan oleh Ketua PW RMI NU Jawa Timur, Gus Zakky yang juga salah satu cucu Hadratus Syaikh K.H Hasyim Asy’ari. Acara ini dibuat untuk membangkitkan dan mengangkat para Bu Nyai agar menjadi penguat aqidah ASWAJA para penerus bangsa dan menjadikan mereka generasi terbaik. “Semoga acara ini dapat berlangsung produktif serta membawa semangat baru bagi para Bu Nyai,” ujarnya berharap. Seusai deretan sambutan, launching program kampus mengaji dilakukan oleh wakil rektor ITS dan Gus Zakky dengan menandatangani MOU Program kampus mengaji.
Pukul 11.30 WIB, acara dilanjutkan dengan mengaji bersama Bu Nyai se-Jawa Timur, yaitu kitab “al muqtatofaat li ahlil bidaayaat” oleh K.H. Drs. Marzuki Mustamar, M.Ag. sebelum memulai ngaji bersama KH Marzuki Mustamar menegaskan islam yang tidak terdapat nasionalisme atau kebangsaan di dalamnya bukanlah NU. Kemudian beliau melanjutkan dengan mengaji 2 bab terakhir dalam kitab, yaitu bab wathoniah (kebangsaan/nasionalisme) dan bab dalil-dalil penting tentang aqidah ASWAJA. Pada bab wathoniah (kebangsaan/nasionalisme) terdapat 8 poin penting. Pertama; terdapat 5 inti dalam islam, yaitu memelihara agama, memelihara aqal, memelihara keturunan, memelihara kehormatan, dan memelihara hak milik. Kedua; Indonesia merupakan tempat kita dilahirkan, belajar, mengajar, beribadah, dan tempat kita dikuburkan. Maka dari itu, harus bagi kita untuk mengamankan Indonesia karena mengamankan Indonesia berarti mengamankan Islam. Ketiga; kebijakan yang akan diambil Kepala Negara harus dilakukan demi kemaslahatan bersama (seluruh rakyat). Keempat; menjaga kemaslahatan yang sudah terwujud. Kelima; menjaga negara yang telah dirintis dari awal oleh para ulama boleh melakukan perubahan dengan menjaga yang lama. Keenam; melakukan yang mampu dilakukan. Perintah yang tidak dapat dilakukan secara bersamaan jangan ditinggalkan, tetapi dilakukan sebisanya. Ketujuh; mecintai tanah air adalah sebagian dari Iman karena tanah air merupakan perjuangan dari para Ulama. Kedelapan; mencintai tanah air harus terus dilakukan hingga diri ini meninggal. Mencintai tanah air merupakan sunnah Rosul.
Pada bab dalil-dalil penting tentang aqidah ASWAJA terdapat 41 poin di antaranya ialah dibolehkannya berdoa di kuburan, khotbah memakai tongkat, pengajian berjamaah atau rutinan, menggunakan surat pendek dengan berulang-ulang saat tarawih, sholat sunnah sebelum Jumat, keutamaan surat fatihah, rebana atau hadrah, tanda rajin wudhu adalah wajah berseri, berdoa dengan dilagukan, salaman setelah sholat berjamaah, melakukan berjamaah selain sholat fardhu, pujian atau dibaan, mengaji atau khataman untuk mayyit, dalil tentang tumpeng atau rasol, dan doa dibaca keras atau pelan.
Setelah mengaji bersama yang merupakan acara terakhir, kegiatan ditutup dengan pembacaan doa oleh KH Marzuki Mustamar. Lalu, acara dilanjutkan dengan sesi tanda tangan kitab al muqtatofaat li ahlil bidaayaat. (Miful/WDr)
Comments