Harus Dipahami Mengapa Zikir Jadi Panas
Oleh: Nur Hidayati
Sudah banyak zikir, tetapi keuangan masih kering?
Sudah banyak istighfar, tetapi hutang belum terbayar?
Seringkali para guru mulia ulama-ulama terdahulu mengijazahkan amalan berupa wirid atau zikir sebagai wasilah untuk memudahkan urusan dunia. Akan tetapi, satu hal yang perlu dipahami bahwa zikir bukan sulap yang langsung terjadi dalam sekelip mata.
Coba perhatikan, di antara semua faedah zikir yang dituliskan oleh Ibnu Qayyim! Lebih dari 70 keutamaan zikir semuanya berkaitan dengan relasi antara hamba dan Tuhannya. Zikir adalah cara terbaik untuk mendekatkan diri pada Allah dan sebaik-baiknya bekal untuk akhirat.
Adapun faedah zikir sebagai pelancar jalannya rezeki, mudah mendapatkan keturunan, bisa menyembuhkan penyakit, atau bahkan bisa membuat orang lain tunduk patuh. Hal ini memang dijelaskan oleh Ibnu Qayyim, tetapi pada urutan kesekian bukan faedah prioritas.
Sebuah contoh, suatu ketika Sayyidah Fatimah az-Zahra memohon ijin pada sang Ayah untuk memperkerjakan seorang pelayan guna membantu urusan rumah tangganya. Kemudian Rasulullah mengijazahkan wirid atau zikir, “ini lebih baik bagi kalian (sebagai peringan beban) daripada seorang khadim.” Wirid ini kemudian dikenal dengan sebutan “Wirid Fatimah”, yakni bacaan Tasbih 33x, Tahmid 33x, dan Takbir 34x dibaca menjelang tidur atau istirahat malam.
Secara kasat mata khadim atau pelayan tentu lebih meringankan sebab ia bisa membantu secara nyata semua pekerjaan fisik Sayyidah Fatimah. Akan tetapi, Rasullah bersabda bahwa wirid tersebut yang lebih meringankan. Kemudian para ulama meyakini dan menyampaikan pada generasi selanjutnya bahwa Wirid Fatimah dapat memberikan kekuatan pada seorang hamba mana kala sedang menghadapi musibah atau masalah.
Benar, kembali lagi pada faedah zikir yang dituliskan pada urutan pertama oleh Ibnu Qayyim, yakni meraih rida Allah azza wa jalla, menghilangkan rasa gelisah dan khawatir, serta membawa kebahagian dan ketenangan dalam hati.
Tidaklah heran jika kemudian ada orang mengamalkan zikir justru makin gelisah dan tidak tenang. Mungkin saja zikirnya diniatkan untuk tujuan duniawi saja. Baca zikir karena ingin begini ingin begitu, lalu tidak tercapai akhirnya jadi stres. Kemudian bilang, baca zikir itu panas. Bukan zikirnya yang panas, tetapi niat dan tujuannya yang harus ditata ulang.
Pahami, zikir tidak menjamin masalah dan musibah selesai begitu saja. Namun, dengan memperbanyak zikir dan mendekatkan diri padaNya maka seorang hamba akan lebih lapang dada dalam menerima cobaan dan ujian dariNya. Hati menjadi lebih tenang karena satu-satunya hal diharapkan hanyalah rida Allah swt.
Adapun hutang yang menjadi tanggungan tetap harus dibayar dengan mengandalkan usaha. Jika Allah sudah rida maka insya Allah semua usaha yang dilakukan akan dimudahkan olehNya.
Semoga kita semua termasuk hamba-hamba yang mendapatkan ridaNya. Aamiin.