Hikmah Menelusuri Risalah Cinta Bagi Kehidupan
2 mins read

Hikmah Menelusuri Risalah Cinta Bagi Kehidupan

Penulis: Ust. Syukriyanto

Dalam kitab Daqoiq al-Akbar disebutkan, sesungguhnya Allah SWT telah menciptakan sebuah pohon yang memiliki empat cabang yang memberkati seluruh elemen alam semesta bernama Syajaroh al-Yaqin yang memiliki makna “Pohon Hidup”. Kata Hidup yang mengiringi kata pohon merupakan hakekat atau realitas dari yaqin. Yaqin itu sendiri adalah kebulatan dari rasa yang menjelmakan “Nur Muhammad”, yakni cahaya yang terpuji sebagai identitas Nur Allah yang tiada bandingannya. Nurun ‘Ala Nurin yang artinya cahaya di atas cahaya.

Nur Muhammad adalah pelita cinta yang menjadi “Risalah Cinta Ilahi” dengan memperlihatkan kandungan rahasia dzatNya yang maha sempurna maka adanya cinta merupakan tahqiq (kenyataan) dari kesaksian pribadi pada hakekat rasaNya. Dengan demikian, hal tersebut menjadi suatu risalah awal dari adanya cinta sekaligus berlaku sebagai penerjemah rahasia Uluhiyah nan paripurna. Oleh karena itu, menjadi sebuah keniscayaan bahwa Tuhan memiliki peranan penting dalam hadirnya cinta dan menjadi bagian tak terpisahkan dalam reproduksi cinta. Sebab, hakekat Tuhan dengan Nur Muhammad adalah satu jua maka Dia tampak sebagai aktor juga produser dari kehadiran cinta itu, bahkan pada tahapan utama Tuhan dilambangkan dengan cinta laksana madu dengan manisnya, ibarat matahari dengan cahayanya, atau seperti serbuk dengan sarinya.

Pantas saja jika Allah pernah berfirman “LAULAKA LAULAKA YA MUHAMMAD LAMA KHOLAQTUL KHOLQ” yang berarti “jika bukan karena engkau (Muhammad) tidaklah Aku adakan penciptaan sekalian makhluk. Keberadaan makhluk dengan berbagai macam bentuk dan beraneka ragam keunikannya merupakan percikan cahaya dari keabadian Nur Muhammad. Percikan cahaya diungkapkan melalui keringat yang menetes dari tubuh jiwa sang pelita cinta.

Dari risalah sejatinya cinta Nur Muhammad, kita dapat dapat memetik buah lezat yang padat hikmah bahwa cinta adalah hakekat dari cahaya kehidupan (Nurul Hayat) . Artinya, seseorang yang tidak memiliki cinta berarti ia tidak memiliki kehidupan karena kehidupan menjadi berarti dengan hadirnya cinta sejati. Dalam berbagai sepak terjang kehidupan, cinta menghadirkan pesona spesial sebagai awal tapak kemurnian dalam berbagai bidang perjuangan hidup. Ia menyuguhkan suplemen semangat membangun kebersamaan sembari menawarkan keindahan di setiap hembusan capaian dari awal hingga penghabisan.

Sebuah kebersamaan tidak akan bermakna tanpa dilandasi dengan aroma cinta. Namun, ketika seseorang mendapati celupan rahasia kenikmatan cinta sehingga ia lebur dalam hakekatnya maka cinta itupun akan sirna termakan derasnya kedahsyatan rasa yang tunggal. Rasa yang menenggelamkan segala atribut cinta dan meluluhlantakkan berbagai skenario keberadaannya. Contohnya, sepasang kekasih sebelum bersama dalam biduk asmara jiwa, biasanya gairah cinta kedua pasangan akan menggebu-gebu. Namun, setelah melewati kebersamaan cinta itupun hilang berganti Mawaddah Warohmah. Jadi, itulah keajaiban cinta yang penuh dengan rasa sebagai sebuah risalah yang mengetuk jiwa-jiwa terkasih untuk mencerna dan mendapatkan makna dari hakekat cinta. Sebagai kesimpulan, semua itu tidak dapat tercapai kecuali kita melakukan revolusi cinta dengan berbagai pagelarannya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *