2 mins read

Masih Bangga Karena Nasab? Pasti Bukan Kiai Djazari Orangnya!

Oleh: Putri Nura Wati, M.Pd.

Haul telah menjadi sebuah tradisi yang sudah lazim dilaksanakan di Indonesia. Tradisi haul biasanya diperuntukkan bagi orang yang telah wafat dan bertujuan sebagai pengingat jasa ataupun pengingat akan kematian.

Dalam kegiatan haul biasanya diisi dengan berbagai kegiatan seperti, pembacaan Al Quran, pembacaan shalawat Nabi, pembacaan zikir, penyampaian biografi yang bertujuan untuk mengenang jasa dan flashback perjuangan serta kisah hidup tokoh yang diharapkan bisa menginspirasi para generasi penerus.

Peringatan haul sangat lekat dengan budaya pesantren. Seperti halnya yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Miftahul Ulum Bengkak pada hari Senin, 07 Oktober 2024 M/04 Rabiul Akhir 1446 H. Pesantren yang berusia 70 tahun tersebut memperingati haul ke-16 pendiri sekaligus pengasuh pertama, yakni Alm. KH. Ach. Djazari MQ.

Sebagai pengingat dan untuk mengenang jasa-jasa beliau dalam mensyiarkan Islam dan membangun Pesantren Miftahul Ulum seluruh asatidz, alumni, simpatisan, dan santri mengadakam peringatan haul setiap tahun. Sejatinya, hikmah haul itu sendiri adalah sebagai ibrah, yakni sebuah keteladanan yang dapat diambil dan diikuti oleh para generasi penerus.

Seperti yang disampaikan oleh Ustadz H. Tohari, S.Pd.I salah satu santri sepuh YPPMU mengisahkan bahwa Alm. KH. Ach. Djazari MQ kurang berkenan saat membicarakan tentang nasab walaupun nasab beliau bersambung langsung dengan Raden Qasim atau Sunan Drajad. Dikisahkan bahwa Alm. KH. Ach. Djazari MQ berdawuh, “edhelem Alquran tadhek becaan ya ayyuhal keturunan, tape bedena ya ayyuhalladzina aamanu.” (Di dalam Al Quran tidak ada bacaan ya ayyuhal keturunan, tetapi yang ada bacaan ya ayyuhalladzina aamanu).

Hal ini mengingatkan kita bahwa perkara nasab bukanlah hal yang begitu krusial untuk diperbandingkan atau dibanggakan. Namun, yang perlu kita kuatkan dan tingkatkan adalah keimanan seseorang kepada Allah SWT. Untuk itu, sebagai penguat keimanan kita harus selalu meneladani perjuangan beliau dalam mensyiarkan ilmu Allah dalam pengabdian terhadap pesantren.

Peringatan haul tidak hanya memberikan ibrah keteladanan, tetapi juga bermanfaat untuk memperkuat silaturrahim antar elemen pesantren. Acara haul juga bisa menjadi momentum untuk kembali berkumpul bersama para guru, alumni, simpatisan, dan seluruh santri untuk mendoakan para sesepuh yang lebih dulu wafat. Bukan hanya itu, lazimnya juga diisi dengan acara makan bersama serta diakhiri dengan ziarah dan tabur bunga.

Sungguh sangat bahagia beliau melihat para guru, alumni, simpatisan, dan seluruh santri berkumpul untuk mengenang dan melantunkan bait doa secara bersama. Karena sejatinya tidak ada yang dibutuhkan oleh manusia yang telah wafat kecuali haturan doa dari orang-orang terkasih.

Semoga barakah para orang alim tetap mengalir pada kita dan keteladanan beliau menjadi inspirasi untuk meningkatkan semangat perjuangan dalam mensyiarkan ilmu Allah SWT.(Miful/Pnw)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *