
Memaknai Sang Leluhur Untuk Sebuah Berkah yang Agung
Oleh: Ust. Syukriyanto, S.Pd.I
Setiap sesuatu yang diciptakan oleh Allah SWT memiliki sifat kelebihan dan kekurangan sebagai suatu ‘ibroh peringatan agar kita lebih hati-hati dan mawas diri dalam menyikapi berbagai kondisi dan lini kehidupan. Hobi dan keahlian menentukan status karakter seseorang. Keduanya berperan aktif untuk memastikan keunggulan dalam berbagai bidang. Selera menentukan ke arah mana yang lebih nyaman dan keahlian menuntun ketempat di mana ia dapat meraih puncak keberhasilan.
Hobi dan keahlian tidak terlepas dari darah leluhur yang mengalir pada denyut nadi kita. Oleh karena itu, mengenal leluhur menjadi sangat penting agar terkelupas keakuan diri.
Akhir-akhir ini bumi Nusantara dihebohkan tentang keabsahan Sayyid Ubaidillah sebagai pendahulu Bani Alawiyyin.Terjadi silang pendapat tentang hal ini, ada yang membenarkannya dengan menampilkan berbagai bukti tetapi juga ada yang tidak mengakuinya dengan menyodorkan temuan-temuan yang membatalkan keabsahan garis Bani Alawi (Ba’alawi) sebagai anak turun Rosulullah SAW.
Bagi yang tidak memahami pentingnya mengenal garis nasab, kegemparan ini hanya akan dianggap sebagai berita biasa atau bahkan menganggap hal yang tidak perlu dipelajari dan dipahami dengan arif. Kebutaan pada pemahaman tentang pentingnya mengenal garis nasab akan banyak menimbulkan hal-hal yang tidak baik. Misalnya, kurang sensitif terhadap bahasa-bahasa isyarat yang terhantar dari alam tempat kediaman para leluhur. Akibatnya, akan banyak sekali yang tidak menyadari bahwa mereka mendapatkan beberapa kemudahan dalam berbagai hal karena bantuan ilhamiyah dari leluhur mereka yang terpilih.
Mengenal keberadaan dan kebersamaan mereka terhadap kehidupan kita menjadi keharusan yang tidak boleh diabaikan karena perjalanan penting dari setiap rohani tidak terlepas dari kualitas leluhur yang menjelma menjadi bagian tak terpisah pada setiap individu. Akan tetapi, bukan hanya sekedar mengenal atau mengetahui saja tanpa pemahaman dan penghayatan karena dapat menimbulkan hal negatif pada setiap individu. Di antara hal negatif dari hanya sekedar mengetahui tanpa memahami dan menjiwai tentang nasab ialah timbulnya kesombongan dan sikap meremehkan kepada yang tidak memiliki garis nasab yang agung. Sesungguhnya, hal tersebut sangat tidak sejalan dengan trah yang dimiliki. Tidak sedikit di antara para leluhur tidak mewariskan silsilah keluarga karena khawatir akan dampak negatif tersebut.
Sementara itu, dampak dari penyembunyian nasab juga tidak bisa dianggap remeh. Adapun dampak buruk dari penyembunyian nasab ini di antaranya ialah tidak sempurnanya biografi leluhur, timbul fitnah, dan morad maridnya urutan silsilah yang hanya didengar dari lisan ke lisan.
Terlepas dari semua itu, tentu ada juga hal-hal positif dalam publisitas tentang leluhur, yaitu terbukanya eksistensi diri untuk membentuk pribadi yang lebih produktif dan mumpuni. Terutama dalam mengembangkan potensi yang dipicu dari kualitas batin para leluhur yang terpilih. Jadi, semua tergantung individu masing-masing.
Sebagai kesimpulan, kebanggaan diri karena memiliki nasab yang tinggi tetapi tidak disertai langkah mengikuti jejak-jejak spritual mereka itulah yang kufur nikmat. Begitupun sebaliknya, karena bagaimana pun sangat lah penting mengenal nasab sebagai salah satu langkah memperoleh kasyaf karena keilmuan dan keturunan butuh kejelasan untuk menemukan kepastian langkah kehidupan. Semoga Allah SWT senantiasa menjaga kita semua dari kesombongan dan hal-hal negatif dalam hidup kita. Amiin.(Miful/SKr)