Penulis: Ning Evi Ghozaly
#seripengasuhandipesantren1
#parentingsederhana
#doadancinta
Kemarin sore saya membaca laporan harian dari group leader Ppm Annida . Kali ini ada poin tentang hasil razia. Iya, salah satu kegiatan detektif-detektifan begini memang dilaksanakan berkala dengan jadwal yang dirahasiakan, melibatkan semua guru dan dilaksanakan sesuai SOP. Saya bersyukur dan bangga pada para pimpinan dan guru di pondok pesantren Annida. Meski saya dan Mudir H. Firmansyah Yunialfi Alfian sedang tidak ada di Lampung dalam waktu lama, tapi alhamdulillah semua berjalan sebagaimana seharusnya. Terima kasih ya.
Nah. Yang membuat saya kaget, ditemukan rokok tersembunyi dalam plafon salah satu asrama. Kok bisaaaa aja, kapan lho Nak kalian mbolongi plafon. Mungkin karena tak ada tempat tanpa CCTV ya, jadi kesulitan sembunyi. Di kelas, di lapangan, mburi depan dan dalam asrama, di selasar sampai kebun belakang full ada kamera pengintip jadinya mereka coba-coba membuat lobang kecil di plafon. Jian kreatip men tho, Nak.
Ada lagi temuan amboi, buku-buku cerita remaja dengan bumbu pornografi. Ditulis tangan, panjang bersambung, dengan bahasa populer yang runut dan visualisasi yang jelas. Katanya, buku-buku tersebut sudah beredar sampai ke hampir semua asrama . Bergantian santri lain pinjam membaca sampai lecek.
::
Saya lanjutkan membaca laporan. Sidang akan dilaksanakan secepatnya untuk kemudian ditentukan konsekuensinya, sesuai aturan dan komitmen yang telah ditandatangani tiga pihak sejak awal tahun.
Biasanya untuk kasus kecil, orang tua mendapat pemberitahuan dari guru BK sebagai bagian dewan tahkim lewat WA atau tilp. Pembelajaran (kami menghindari kata hukuman) yang harus dilaksanakan santri pelanggar pun tidak keluar dari aktifitas rutin, hanya ditambah kuantitas atau kualitasnya. Tidak berlebihan, dan sepadan dengan jenis pelanggaran. Misalnya nih, santri tidak jamaah subuh, esoknya atau lusa harus menjadi imam sholat subuh. Makan tidak habis (padahal mereka sendiri yang menentukan banyaknya nasi) dan kececeran, esoknya mereka piket memimpin ruang dapur umum. Santri bolos sekolah, konsekuensinya memberi kultum dengan tema pentingnya belajar sejak dini atau judul yang mereka buat sendiri. Intinya, ada waktu dan upaya untuk mereka menasehati diri sendiri. Konsekuensi fisik paling banter membersihkan masjid atau ruang apa gitu.
Untuk kasus bullying dan kasus besar lain, orang tua harus datang ke pondok pesantren. Kronologi, pengakuan santri sampai berita acara disampaikan transparan agar orang tua merasa semua jelas. Ada komunikasi tiga arah dan tak boleh ada yang disembunyikan.
Prinsipnya ini adalah proses mendidik, bukan menghukum. Maka tak boleh ada kekerasan, tak boleh ada yang tersakiti. Sebab itu hanya akan menimbulkan kebencian, lalu membuahkan dendam. Bisa jadi, akan terwariskan pada angkatan selanjutnya.
Mangkanya Mudir pernah sangat kecewa ketika ada satu Ust yang menampar santri. Memang sih waktu itu santri membuat kesalahan sangat mbuh, saya aja ikut gregetan haha. Tapi bukan berarti guru boleh main tangan kan ya. Wong ya begitu itu ngadepi ratusan anak lanang, macem-macem cubonya.
::
“Berapa santri yang menjadi penulis hebat itu, Ustadzah?” saya segera menghubungi kepala sekolah SMP.
Empat santri.
“Apa konsekuensinya?”
Mohon maaf Umi, karena ini kasus pertama jadi masih akan dimusyawarhkan detailnya, tapi jika menilik pakta integritas ini masuk poin pornografi dan bla bla.
“Karena belum sidang, boleh saya memberi saran?” hati-hati saya menyampaikan, jangan sampai ada kesan saya mengintervensi wewenang pimpinan.
“Mohon berkoordinasi dengan guru bahasa Indonesia ya. Buat jadwal pembinaan terhadap empat santri dan semua yang berminat, sampai mereka bisa membuat cerpen atau novel yang baik. InsyaAllah akan kita bukukan.”
Baik, Umi. Lalu apa konsekuensi dari pelanggaran yang mereka lakukan?
“Mereka anak-anak berbakat, Ustadzah. Kereeen banget bisa menulis cerita panjang sampai berhasil menarik banyak fans gitu. Padahal cul culan ngadeg dewe tuh. Bayangkan jika kita bina secara berkala dan kita dampingi terus menerus, wah bukunya bisa dibaca sampai luar pesantren ya. Kelirunya kita ini, khilafnya mereka itu…maka tugas kita semua sekarang adalah…” sampai sekian menit berikutnya, kami diskusi.
::
Benar memang tak ada yang sempurnya, pun dalam ikhtiar mendidik yang kami lakukan. Maka mohon ingatkan jika kami salah ya. Yang pasti, kami selalu berusaha mendampingi santri dengan doa dan cinta. Merangkul, bukan memukul. Menyadarkan, bukan menjerakan. Bismillah.
- Gambir, 20 September 2022 –
.
Ditulis dalam kereta api Brawijaya, sebelum sambung bis menuju Lampung. Jalan darat memang jedug-jedug, tapi asyik karena berdua dengan misua 😄
📷 Salah satu karya anak sholeh ganteng. Mulai sekarang tak perlu singidan ya, Nak.
Wash keren ning