Risalah Cinta Ning Evi GhozalyUncategorized

MONGGO BERDOA, TAHLIL AKBAR UNTUK PARA ULAMA, DOKTER, DAN TENAGA KESEHATAN

0

Penulis: Ning Evi Ghozaly

Sungguh saya bersedih ketika menulis ini. Kemarin ada kabar 10 sahabat di Kementrian Agama Republik Indonesia positif cov*d. Sebelumnya ratusan santri di sebuah pesantren jatuh sakit, lalu terkonfirmasi +C-19. Kabar puluhan kyai dan bunyai wafat, meski tak semua berpulang karena coro*a, tetap saja duka bertubi ini sangat menyesakkan. Pun demikian garda terdepan, para dokter dan tenaga kesehatan, satu persatu kembali.

Saat ini telah 108 dokter gugur. Sebagian adalah yang keahliannya sangat langka. Dokter bedah tulang anak atau spesialis bedah syaraf. Panjenengan tahu, semua yang wafat itu adalah orang-orang baik, peduli dan ringan menolong. Semua sahabat dan yang pernah kenal mereka telah memberi kesaksian.

Dokter Mahmud Nsbaya, SpBS (Kediri), yang wafat semalam pernah mendapat “hukuman” menyanyi dari Profesor, “Saya tidak bisa menyanyi, Prof. Saya bisa adzan”. Cerita yang saya baca dari akun dr. SasQa ini membuat perasaan saya nano-nano. Lucu, pkl 08.00 pagi ada suara adzan yang membuat heboh, tapi lalu saya kembali sedih membayangkan betapa jauhnya kini jika ada rujukan pasien cidera kepala yang harus operasi. Ngilu 😢

Saking nggak karuan perasaan ini, pernah saya matur pada seorang guru, “Saya tahu ini taqdir, semua sudah dalam kuasa Gusti Allah. Tapi kapan wabah pandemi ini berakhir, Gus. Kapan?” 😢

::

Saya tak ingin mengeluh menye-menye hanya karena sudah 7 bulan tak bisa ketemu dua anak saya akibat pandemi ini. Saya tak ingin terlihat keberatan meski ndekem saja di rumah tak keluar kecuali ada urusan penting. Sebab saya tahu, ada banyak orang yang terdampak lebih parah. Sekian banyak cerita orang yang kehilangan pekerjaan, sampai harus merelakan banyak hal. Ada yang bahkan harus berjalan kaki jauh untuk mencari uang agar tetap bisa memasak makanan untuk anak-anak di rumah.

Saya juga tak ingin memaki mereka yang sibuk dengan teori konspirasi lalu dengan gagah memilih abai pada protokol kesehatan. Biarlah. Nafsi-nafsi. Tapi lalu saya berpikir, apa yang bisa saya perbuat?

Alhamdulillah, sejak bulan Maret lalu, dr. Liliek Murtiningsih, dr. Sasqa dan lainnya mengajak saya bergerak. Bantuan pada pondok pesantren yang biasanya rutin beliau berikan berupa buku atau dana, berubah jadi masker, hand sanitizer, termogun, lampu UV, vitamin dan obat-obatan. Kami menyisir lembaga mulai yang di pelosok hingga pinggiran kota. Saya hanya penggembira, tapi bahagia bisa nderekke beliau. Sungguh, maturnuwun sanget nggih 🙏😊

::

Kemudian Ning Willa mengajak saya masuk group Panser NU. Sebuah WAG yang anggotanya tak terlalu banyak, tapi fokus pada mitigasi cov*d.

Ada banyak sosok yang selalu saya tadzimi di sana. Ada KH Abdul Gofar Rozin, M.Ed ketua Pengurus Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah NU, ada KH. Luqman Hakim AH Dimyati, panglima GAM sekaligus ketua Panser NU, Gus dr. Muhammad S Niam, FINACS., M.Kes., SpB-KBD ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Nahdlatul Ulama. Ada Yai Arifin Junaidi ketua LP. Maarif, Gus Hans, Gus Adib, Gus Shampton, Ning Alissa Wahid putri Gus Dur sekaligus pimpinan di Jaringan Gus Durian, Ning Ienas Tsuroiya, Ning Tutik N. Janah, Ning Eva Uqoili, Ning Luluk Farida, dr. Atoillah Isvandiary, dan beberapa yang lain (saya tidak berani ngetag beliau-beliau).

Sungguh bersyukur saya yang remahan rengginang ini bisa belajar banyak pada beliau semua, sekaligus niat ngalap barakah gandhulan para alim yang tawadlu. Meski nyaris tiap pagi selalu deg-degan karena sering sekali membaca kabar duka atau kabar seputar cov*d di group ini.

::

Dan akhirnya, tercetuslah rencana mengadakan tahlil akbar online. Ide dari Perhimpunan Dokter NU ini tersambut baik oleh RMI, ArsiNU (Asosiasi Rumah Sakit NU, Gerakan Ayo Mondok (GAM) dan Panser NU.

Nuwunsewu nggih. Semakin banyak yang bergabung insyaAllah semakin baik. Maka dengan tadzim kami mengundang seluruh dokter, tenaga kesehatan, para pengasuh pesantren dan seluruh masyarakat untuk berkenan mendoakan para ulama, dokter dan para tenaga kesehatan yang wafat selama masa pandemi.

InsyaAllah tahlil dipimpin oleh KH. Afifuddin Muhajir (Rais PBNU) dan doa oleh KH. Mustofa Bisri (Gus Mus). Monggo, bisa gabung lewat zoom, lewat siaran langsung di youtube TV9 atau di Channel 164 nggih.

Bismillah. Semoga semua yang berpulang mendahului kita, dicatat Allah sebagai syahid. Semoga wabah pandemi ini segera berakhir. Semoga ikhtiar ini mendapat ridla Allah. Amin.

Maturnuwun sanget 🙂

*dan saya masih ndredeg, karena kebagian tugas jadi badal Ning Alissa Wahid untuk menjadi host. Duh Gusti, mugi lancar barakah 🙏

10.09.2020.

MENGULIK PELUANG BISNIS DI MASA PANDEMI

Previous article

TERIMA KASIH UNTUK DOKTER, TENAGA KESEHATAN DAN PARA ULAMA

Next article

You may also like

Comments

Comments are closed.