MULANYA TERPAKSA, AKHIRNYA TERBIASA
3 mins read

MULANYA TERPAKSA, AKHIRNYA TERBIASA

Oleh: Ustd. Ismiyati, S.HI*

Saat ini siapa yang tak kenal istilah lockdown. stay at home, daring, dan semacamnya. Semenjak bulan lalu bersamaan dengan datangnya Covid-19, istilah-istilah itu menjadi sangat familiar di sekitar kita. Ya, demi mengantisipasi penyebaran Covid-19 pemerintah anjurkan masyarakat untuk mengisolasi diri. Membatasi aktivitas di sekitar rumah saja, itu yang dinamakan stay at home. Begitupun, bekerja dan belajar cukup dilakukan dari rumah dengan menggunakan jaringan online (daring). Dengan demikian, lembaga pendidikan, kantor layanan masyarakat, dan lain-lain sementara ditutup (lockdown). Semua urusan dilayani petugas via online dari rumah guna menghindari kontak fisik yang melibatkan massa (social distancing).

Bapak Nadiem Makarim selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) juga menginstruksikan bahwa selama masa pandemi Covid-19 ini pembelajaran tetap tidak boleh libur.   Semua guru dihimbau untuk terus memantau belajar siswa selama di rumah. So, proses pembelajaran hanya mungkin dilakukan via online. Tentu semua itu harus tetap dalam pantauan dan kerjasama yang erat dengan orangtua.  

Sistem belajar seperti ini menuntut para orangtua untuk lebih memperhatikan dan mendampingi anak. Mereka menjadi kunci utama keberhasilan belajar anak-anak selama di rumah karena merekalah yang ambil peran sebagai guru, sekaligus fasilitator dan motivator. Akan tetapi, ternyata tidak semua orangtua mampu mengemban amanah mulia ini.

Pekan pertama melaksanakan daring, beberapa siswa mengeluhkan kesulitan mereka karena ternyata orangtuanya belum mampu membantu memberikan penjelasan terkait materi pelajaran. Ada juga, siswa mengeluh sebab merasa bosan. Menurutnya, belajar di rumah terasa sepi berbeda dengan suasana riuh rendah teman-teman saat di sekolah. Yang paling parah, ada beberapa siswa yang putus kontak dengan pihak sekolah sebab tidak punya handphone atau paket data ngadat.

Hal ini tentu butuh solusi yang tepat agar siswa bisa belajar dengan enjoy, orangtua tetap bisa mengurus pekerjaan lain saat mendampingi anak belajar, dan yang terpenting intisari pembelajaran dapat tersampaikan secara sempurna kepada anak. Maka dari itu, dimulailah riset oleh guru pada beberapa aplikasi mengajar online yang mungkin untuk diterapkan, seperti ruang guru, google class, whatsapp group, dan lain sebagainya.

Dengan keadaan yang demikian terdapat hikmah yang patut disyukuri, yakni kemauan untuk terus meningkatkan kompetensi diri baik siswa maupun guru. Bagaimana akan menerapkan pembelajaran daring jika guru masih belum bisa mengoperasikan teknologi (IT). Tentu guru harus meng-upgrade kemampuannya demi mengimbangi proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Begitu pula, orangtua dan siswa harus paham betul bahwa selama proses pembelajaran daring tidak hanya menitikberatkan pada kemampuan kognitif saja. Akan tetapi, sikap sosial dan penanaman karakter juga harus diperhatikan. Jika demikian, barulah pembelajaran daring ini akan maksimal.

Berselang beberapa waktu berjalan, sistem pembelajaran daring mulai diterima dan dirasakan kebaikannya oleh semua pihak. Orangtua merasa tenang, anak selalu dalam jangkauan dan terhindar dari pergaulan bebas. Sikap mandiri dan tanggungjawab mulai tampak pada diri anak saat menerima pelajaran dan mengerjakan tugas. Guru juga menjadi mudah dan terbiasa mengajar via online.

Syukurlah, akhirnya pembelajaran tetap dapat berlangsung dengan baik dan terkendali. Biarpun demikian, mudah-mudahan pandemik Covid– 19 segera berakhir dan semua aktifitas kembali normal. Siswa dapat belajar sebagaimana biasa di sekolah masing-masing. Aamiin.

*) Penulis adalah guru MTs. Miftahul Ulum Bengkak Wongsorejo Banyuwangi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *