Pantaskah Aku Berhijab? Kala Tingkah Masih Jauh Dari Adab
2 mins read

Pantaskah Aku Berhijab? Kala Tingkah Masih Jauh Dari Adab

10

Oleh: Siti Roihani

Pantaskah Aku Berhijab? Satu kalimat yang terlontar dari aktris Nadya Arina yang memerankan sosok Sofi di Film Pantaskah Aku Berhijab. Karya baru ini dari sutradara Hadrah Daeng Ratu dan Cassandra Massardi sebagai penulis skenarionya. Film yang baru saja tayang di Bioskop sejak 21 November lalu ini tengah gempar dan booming di perbincangkan utamanya kaum ciwi-ciwi. Mulai dari muda-mudi bahkan sampai kalangan ibu-ibu sekalipun.

Memang diakui Film ini patut diacungi jempol, pesan-pesan yang terkandung di dalamnya mampu tersampaikan dengan baik kepada siapapun yang menontonnya. Terlebih, sosok Sofi yang terlihat sangat menguasai perannya sebagai wanita yang tengah dilanda kegalauan untuk mengenakan hijab di kala diri masih jauh dari adab. Dilema yang dirasakan sosok Sofi tak jarang juga dirasakan oleh perempuan pada umumnya. Tidak sedikit dari kita yang juga sering berpikir demikian, ingin memakai hijab. Namun, merasa diri masih belum pantas sehingga akhirnya niat baik itu urung terlaksana.

Sahabat muslimah tercinta, Allah sudah mewajibkan pengenaan hijab kepada seluruh hamba perempuannya yang sudah memasuki fase baligh tanpa terkecuali. Entah ia berasal dari anak kyai ataupun anak petani, entah yang berkulit putih ataupun sawo matang, entah yang berambut lurus nan panjang maupun yang berambut kriting hingga yang tidak menarik dipandang. Berasal dari latar belakang manapun mereka semua tak lepas dari kewajiban berhijab sebagaimana yang sudah di syariatkan oleh agama. Oleh karenanya, sudah sepatutnya kita tidak menunggu menjadi insan yang sempurna untuk mulai mengenakannya.

Hakikatnya, semua manusia tidak pernah luput dari salah dan dosa. Dan hal ini sama sekali tidak bisa dikaitkan dengan konteks kewajiban pengenaan hijab. Apakah ketika dia berhijab maka dia bisa disebut dengan Alimah dan orang yang sempurna? Dan apakah muslimah yang masih sering melakukan kemaksiatan dan mungkin masih jauh dari nilai-nilai islam lantas kewajiban hijab itu gugur darinya? Tentu saja tidak.

Hijab mungkin memang salah satu alternatif identitas religi. Akan tetapi, simbol keshalihan seorang wanita tak dapat diukur hanya karena pengenaan hijabnya saja. Melaikan juga dari akhlaq dan tingkah lakunya, serta bagaimana hubungannya dengan Allah maupun dengan sesama manusia.

Jika kalian masih ragu, maka logikanlah seperti ini, seandainya saja hijab hanya dikhususkan bagi mereka yang sempurna. Mungkin, tidak akan ada Muslimah yang mengenakannya di dunia ini. Tidak ada satupun manusia yang benar-benar bersih dan luput dari kemaksiatan. Hijab adalah syariat agama, stop berpikir hijab hanya diperuntukkan bagi mereka yang sempurna. Terkadang, memang bagi perempuan yang baru saja memulai mengenakannya seringkali dihadapkan dengan cibiran, olokan, dan ekspetasi orang lain terhadap idealnya muslimah hijab. Akan tetapi, yang patut kita ingat selalu adalah, hijab kita bukan untuk mengikuti standar orang lain, melainkan murni karena Allah Swt. So, bukankah tidak ada yang berhak menilai kita kecuali Allah? Mudah-mudahan kita semua mendapat hidayah, taufiq, dan maunahNya. Aamiin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *