Penulis: Ust. Thohari, S.Pd.I *
Sudah tidak asing lagi di pandangan kita, melihat peserta didik yang senang ketika mendengar pengumuman tentang libur atau pulang lebih awal dari jadwal biasanya. Mereka bersorak gembira, seperti lepas dari belenggu derita. Euphoria itu sangat terasa akhir-akhir ini, saat diberlakukannya SK3 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang penundaan ujian atau peralihan tempat belajar siswa dari sekolah ke rumah masing-masing. Hal ini menimbulkan polemik yang tidak bisa dianggap remeh. Banyak permasalahan yang muncul dari keputusan tersebut, seperti efektifitas belajar siswa di rumah dan cara penanggulangan pembelajaran siswa yang kurang kondusif.
Melihat situasi yang mengkhawatirkan ini, pemerintah menganjurkan kepada pihak yang memiliki interaksi khusus dengan lembaga-lembaga pendidikan agar diadakan pemantauan pembelajaran siswa di rumah. Pemantauan tersebut berupa evaluasi pembelajaran siswa di rumah, meliputi proses belajar siswa, laporan kegiatan belajar siswa, dan rekapitulasi laporan secara keseluruhan. Apapun bentuk upaya pemantauan dari para pendidik yang dimotori oleh pengawas lembaga, sangat jauh tingkat keberhasilannya jika dilihat segi optimalisasi hasil belajar siswa di rumah dan di sekolah.
Sejatinya, momentum libur panjang ini menjadi pembelajaran bagi orangtua untuk mempergunakan waktu sebaik mungkin. Para orangtua diharapkan dapat meluangkan waktu untuk membimbing putra-putri mereka. Selain itu, orangtua juga harus memantau pelaksanaan kewajiban belajar di rumah dengan baik dan benar sesuai dengan harapan pemerintah dan lembaga.
Proses pembelajaran di sekolah memang tidak bisa disamakan dengan proses pembelajaran di rumah. Akan tetapi, hal ini tidak akan menurunkan kualitas belajar peserta didik jika komunikasi antara guru dan orangtua berjalan dengan baik. Oleh karena itu, bimbingan, arahan, dan nasehat dari pihak sekolah kepada para orangtua sangatlah penting. Semua itu dapat diaktualisasikan dengan diadakan kontak khusus antara wali kelas dengan orangtua atau antara guru dengan anak didik secara langsung. Upaya ini dapat meminimalisir segenap kekurangan yang bisa terjadi dalam proses belajar siswa di rumah. Sebuah ungkapan indah mengatakan:
اَلْحَقُّ بِلَا نِظَامٍ يَغْلِبُهُ الْبَاطِلُ بِنِظَامٍ
“Kebenaran yang tidak diatur dengan baik akan dikalahkan oleh kebatilan yang diatur dengan mapan.” Oleh karena itu, upaya-upaya untuk mengoptimalisasikan program belajar di rumah haruslah sejalan dengan arahan pemerintah dan lembaga secara baik dan benar.
Di lain pihak, guru dituntut untuk tetap aktif dan kreatif memainkan perannya. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk tetap mengaktifkan peran tersebut, seperti menanyakan kabar siswa, memberi tugas belajar melalui media sosial atau via telepon selular, dan bisa juga mendatangi siswa-siswinya secara langsung. Akan tetapi, poin terakhir sangat jarang ditemukan di saat seperti sekarang. Hal ini dikarenakan adanya larangan pemerintah yang membatasi aktifitas apapun di luar rumah.
Guru harus bisa mengusahakan yang terbaik dan melaksanakan kewajiban mereka semampunya dengan harapan peserta didik terfasilitasi dan proses belajar mengajar tetap terlaksana dengan baik. Apapun hasilnya semoga Allah meridhoi, sebagaimana firman Allah dalam Q.S. an-Najm ayat 39-40:
وَ اَنْ لَيْسَ لِلْإِ نْسَانِ إِلَّا مَا سَعَى (٣٩) وَ أَنَّ سَعْيَهُ سَوْفَ يُرَى (٤۰)
”Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya (39) dan sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (40). Diperkuat dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah Abd Rohman bin Shokhr r.a. beliau berkata: Rasulullah SAW bersabda:
عن ابي هريرة عبد الرحمن بن صخر رضي الله عنه قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: مَا نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ فَاجْتَنِبُوْهُ. وَمَا امَرْتُكُمْ بِهِ فَأْتُوا مِنْهُ مَااسْتَطَعْتُمْ فَإِنَّمَا اهْلَكَ الّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ كَثْرَة مَسَائِلِهِمْ وَاخْتِلَافهمْ عَلَى اَنْبِيَائِهِمْ.رواه البخارى ومسلم.
“Sesuatu yang akan datang kepada kalian hendaklah kalian jauhi, dan apa yang aku perintahkan maka kerjakan hal itu sesuai kemampuan kalian maka sesungguhnya kehancuran orang-orang dari sebelum kalian adalah banyak bertanya dan berselisih atas Nabi-Nabi mereka.” (H.R. Bukhari Muslim)
Kesadaran dan ketulusan kita sebagai guru harus kita kembalikan kepada fitrahnya. Guru merupakan seorang tenaga pendidik yang tidak hanya sekedar mengajar. Namun, juga harus memantau perkembangan peserta didiknya. Semoga Allah memaafkan segala kekurangan yang kita miliki dan membuka kekuasaan waktu bagi kita. Aminnn.
*) Penulis adalah Kepala Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Ulum
Comments