Artikel

PESANTREN, BENTENG AKHLAQ?

0

Oleh: Ust. Sudawi, S.Pd.I *

Sebuah pepatah arab masyhur oleh Syaikh Musthofa Al Ghulayain menyebutkan,

 شُبَّانُ الْيَوْمِ رِجَالُ الْغَدِ أِنَّ فِي يَدِكُمْ أَمْرُ الْأُمَّةِ وَفِي اَقْدَامِكُمٍ حَيَاتُهَا.

“Pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan. Sesungguhnya di tanganmu-lah urusan bangsa dan dalam langkahmu tertanggung masa depan bangsa.”

Maqolah tersebut senada dengan syair Imam Asy-Syauqiy yang menyebutkan bahwa:

وَ اِنَّمَا اْلاُمَمُ اْلاَخْلاَقُ مَا بَقِيَتْ، فَاِنْ هُمُ ذَهَبَتْ اَخْلاَقُهُمْ  ذَهَبُوْا

“Sesungguhnya kejayaan suatu bangsa terletak pada akhlak manusianya. Jika mereka telah kehilangan akhlaknya maka hancurlah bangsanya.”

Artinya, nasib sebuah bangsa di masa mendatang tergantung kualitas generasi hari ini, dan kualitas seseorang akan ternilai baik dari akhlaknya. Memang seharusnya pembentukan akhlak mulia generasi muda menjadi perhatian semua kalangan, baik keluarga, lembaga pendidikan, maupun pemerintah. Akhlak harus dibentuk sejak dini dan berkesinambungan karena itu membutuhkan peran serta semua pihak. Secara formal, pemerintah telah membuat berbagai aturan dalam pembentukan akhlak anak bangsa, terutama para peserta didik di lembaga-lembaga pendidikan.

Salah satu kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam beberapa tahun ini ialah perbaikan kurikulum, dari kurikulum berbasis karakter hingga kurikulum 2013. Hal ini dihajatkan untuk menjawab tuntutan masyarakat yang menganggap sistem pendidikan di Indonesia lebih pada transfer kemampuan kognitif saja. Tujuan pendidikan yang sebenarnya, yakni membentuk karakter peserta didik yang belum tercapai. Lambat laun kini tujuan pendidikan ini sudah mulai bisa dirasakan.

Usaha pemerintah tersebut didukung dengan berdirinya lembaga pendidikan Islam yang semakin menjamur di Indonesia, baik dengan trade mark lembaga islam terpadu, islam unggulan, dan lain sebagainya termasuk pondok pesantren. Kehadiran lembaga-lembaga tersebut tentu sangat menggembirakan karena masyarakat semakin banyak memiliki pilihan dalam menentukan pendidikan putra putrinya. Namun, di sisi lain masih sering kita temui di masyarakat, baik orang dewasa, remaja bahkan anak-anak yang berperilaku negatif, amoral, bahkan mengarah pada perbuatan kriminal. Hal ini tentu sangat meresahkan dan menimbulkan banyak sekali pertanyaan.

Kenapa semakin banyaknya lembaga pendidikan islam, tidak berpengaruh besar terhadap perbaikan akhlak masyarakat? Lalu, apa peran lembaga pendidikan terhadap pembentukan akhlak peserta didiknya? Seberapa serius lembaga pendidikan mengintegrasikan pembentukan akhlak dalam kurikulumnya? Ternyata memang tidak mudah mengaplikasikan kurikulum baru dan tidak semua lembaga memiliki kapasitas serta kualitas yang dibutuhkan dalam membentuk karakter mulia peserta didik.

Dari sekian banyak lembaga pendidikan, pesantren dipercaya sebagai lembaga pendidikan yang mampu mengintegrasikan teori dan praktek dalam sistem kependidikannya, terutama dalam pembentukan karakter dan kemandirian santri. Salah satu pesantren yang tetap istiqomah mengawal akhlak generasi islam adalah Yayasan Pondok Pesantren Miftahul Ulum (YPP MU) dengan visinya, “Islami, Berilmu, Beramal, Berakhlaq”. YPP MU berharap bisa menghiasi kegiatan demi kegiatan sesuai dengan visinya tersebut. Bukan harapan saja, bahkan hal ini merupakan gagasan besar dan pedoman utama dalam kegiatan pendidikan pesantren.

Kandungan visi YPP MU ini, yakni mencetak generasi islam masa depan yang memiliki keilmuan mumpuni, baik sebagai pedoman dalam ibadah ritual maupun hubungan sosial kemasyarakatan, serta setiap aspek kehidupannya. Penanaman akhlaq terpuji yang diprakarsai oleh kiai, ustadz dan para pengurus pesantren melalui pembiasaan dan keteladanan. Hal ini dilakukan dalam kegiatan salat fardlu lima waktu dengan berjamaah, salat sunah rowatib, tahajud dan dluha, serta dalam kegiatan pembelajaran atau pengajian. Kegiatan-kegiatan ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam sistem pendidikan di YPP MU. Akhlaq yang baik merupakan muara pendidikan yang harus dilakukan melalui pembelajaran dan pembiasaan secara terus menerus.

Dalam pembentukan akhlak terpuji, pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam tradisional tertua di Indonesia sangat besar peranannya dan pantas dijadikan lembaga rujukan. Ini dikarenakan pesantren menerapkan pola pendidikan yang holistik yakni ta’lim (pengajaran), tarbiyah (pembelajaran), serta ta’dib (pembentukan akhlaq) selama ini. Para santri di pondok pesantren dilatih untuk memahami nilai-nilai Islam rohmatan lil ‘alamin seperti, al ‘Adalah, (adil), at Tasaamuh (toleransi), al Ikhlash (ikhlas), at Tawassuth (netral), amruhum syuro bainahum (demokrasi). Untuk memiliki nilai-nilai tersebut, santri atau pelajar tentu butuh pembelajaran dan pembiasaan melalui keteladanan serta lingkungan yang mendukung

Akhirnya, setiap usaha pondok pesantren untuk menanamkan akhlak mulia bagi para santri merupakan sumbangsih besar dalam menyiapkan generasi bangsa yang memiliki nilai-nilai toleran, demokratis, tulus dan moderat. Jadi, tidak heran jika dikatakan bahwa sebuah bangsa akan hancur jika rakyatnya eksklusif, intoleran, diskrimanatif terhadap sesama. Nasib sebuah bangsa di masa depan ditentukan oleh generasi hari ini. Jika generasi hari ini baik maka bangsa tersebut akan semakin hebat. Sebaliknya, jika generasi tidak berkualitas maka bangsa tersebut akan hancur.

*) Penulis adalah Kepala Bidang Pendidikan dan Pengajaran YPP MU, yang merupakan guru di MTs Miftahul Ulum dan MADIN Miftahul Ulum.

Keluarga dan Pengabdian

Previous article

Anjuran Islam Untuk Berakhlak Baik

Next article

You may also like

Comments

Comments are closed.

More in Artikel