RAYAKAN LEBARAN TANPA KHALWAT
2 mins read

RAYAKAN LEBARAN TANPA KHALWAT

Oleh: Ustd. Nur Hidayati, S.Pd *)

Ramadhan akan berlalu, mari berdoa semoga masih diberikan kesempatan berjumpa Ramadhan tahun depan. Ujung akhir bulan mulia ini biasa disebut lebaran. Tua atau muda, miskin atau kaya, semuanya hilir mudik bersilaturrahim pada keluarga, kerabat, sahabat, dan handai tolan.

Satu hal yang sering diabaikan dalam momen suci ini ialah fenomena ber-khalwat tanpa disadari. Niatnya bersilaturrahim, berangkat bersama berboncengan dengan lain mahram, itulah khalwat. Ada memang sebagian orang yang belum paham terhadap garis nasab mahram. Namun, juga banyak yang sudah paham tapi bersikap masa bodoh, ”alah mboh, sing penting onok koncone riyoyo (terserahlah, yang penting ada teman yang menemani berlebaran). 

Lebaran 1440 H kali ini, mari jangan merusak kesucian Idul Fitri dengan hal kecil tapi fatal. Jangan lagi ada alasan sudah bertunangan kemudian boleh berduaan. Apalagi yang hanya pacaran, tidak perlu umbar di jalanan pada saat malam takbiran atau pelesiran ke tempat wisata.

Ingat hadits tentang khalwat yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad? Terjemahnya demikian, “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka jangan sekali-kali dia bersamaan dengan seorang perempuan yang tidak bersama mahram-nya karena yang ketiganya adalah syaitan”. Apabila syaitan sudah mengiringi langkah, berbisik, dan menggoda, adakah jaminan iman kita tak akan goyah? Oleh karenanya, ber-khalwat sangat dilarang dalam agama.

Jangan menganggap enteng perkara khalwat ini. Terkadang, masyarakat awam berceloteh, asalkan tidak bersyahwat dan sudah layaknya saudara sendiri maka berduaan bukanlah masalah. Tunggu dulu, Imam Asy-Syaukani dalam kitabnya Nailul Author menjabarkan bahwa dilarangnya khalwat disebabkan kecenderungan sifat-sifat alami antara laki-laki dan perempuan untuk saling tertarik sebab naluri yang tertancap dalam dirinya masing-masing. Oleh sebab itu, syaitan menemukan sarana untuk mengobarkan syahwat yang satu pada yang lainnya sehingga terjadilah kemaksiatan. Naudzubillah.

Dosa atas perbuatan tersebut, tidak hanya mengenai kedua orang yang ber-khalwat. Bagi orangtua yang membiarkan atau bahkan mendorong sang anak ber-khalwat maka juga berdosa.

Dengan demikian, mari jangan hanguskan pahala silaturrahim sebab khalwat. Rayakanlah lebaran dengan silaturrahim sejuk dan barakah tanpa tercampur oleh dosa khalwat.

*) Penulis adalah Guru Madrasah Diniyah Miftahul Ulum Bengkak Ranting B-05 Sidogiri. Saat ini penulis masih aktif di Asrama Putri Miftahul Ulum sekaligus sedang menempuh pendidikan S-2 di IAIN Jember.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *