Santripreneur; Pesantren di tengah Revolusi Industri 4.0 dan Bonus Demografi
Penulis: Exanta Abdiyanto
Pesantren memiliki sejarah yang cukup panjang di Indonesia bahkan sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1945. Seiring perubahan zaman, peran pesantren turut berkembang dan beradaptasi sesuai kebutuhan zaman. Mulanya hanya menjadi pusat pembelajaran keislaman hingga turut berkontribusi memberikan pendidikan formal kepada santrinya. Hal ini dilakukan agar pesantren sebagai pusat dan penjaga peradaban Islam di Indonesia tetap eksis dan mampu menciptakan santri yang dapat menyebarkan nilai-nilai keislaman kepada masyarakat di setiap zaman.
Saat ini Indonesia tengah menyambut era revolusi industri 4.0 yang telah dilakukan oleh berbagai negara di belahan dunia. Hal ini menjelaskan bahwa pada era ini peran manusia akan mulai tergantikan dengan robot berbasis Internet of Things (IoT). Singkatnya, IoTmerupakan sebuah jaringan raksasa yang dapat terhubung ke seluruh perangkat dalam sistem yang tentunya akan membuat pekerjaan semakin efisien. Oleh karena itu, tumpuan utama di era ini adalah internet.
Hal tersebut akan memudahkan manusia dalam berkomunikasi, baik dari jarak dekat maupun jauh. Oleh sebab itu, perkembangan zaman yang ditandai dengan hadirnya revolusi industri 4.0 akan memberikan dampak yang sangat luas. Mulai dari bidang ekonomi, politik, sosial hingga pendidikan. Bisa dipastikan setiap lini kehidupan di Indonesia akan berubah. Pengangguran diprediksi akan meningkat bahkan kultur kebudayaan juga terancam ditinggalkan.
Di satu sisi, Indonesia sendiri juga akan dihadapkan pada era bonus demografi. Bonus demografi adalah suatu kondisi dimana jumlah penduduk dengan usia produktif lebih banyak daripada jumlah usia non produktif. Penduduk usia produktif adalah penduduk yang berada pada kisaran usia 15-64 tahun. Kondisi tersebut diprediksi akan terjadi di Indonesia pada rentan tahun 2020-2030.
Pada dasarnya, jika kita membandingkan kedua era ini tentu akan sangat bertolak belakang. Seyogyanya, revolusi industri 4.0 tenaga manusia akan mulai tergantikan oleh mesin. Sementara bonus demografi akan membuat penduduk Indonesia semakin banyak yang membutuhkan lapangan pekerjaan. Hal ini menjadi sebuah tantangan bagi kita. Namun apabila dikelola dengan baik maka kita akan mempunyai peluang besar dalam pembangunan nasional maupun daerah, khususnya pada sektor ekonomi karena dampak terbesar dari kedua era ini adalah ekonomi masyarakat.
Pada sektor ekonomi ini, pesantren dapat mengambil dua peranan penting dalam pembangunan ekonomi. Pertama, pesantren dapat menjadi pusat perekonomian masyarakat sekitar. Semua itu dapat diaktualisasikan dengan membangun badan usaha milik pesantren secara mandiri. Usaha yang dilakukan diharapkan bisa berkembang maju hingga pesantren dapat memproduksi brand sendiri dan bisa membuka lapangan pekerjaan, sehingga mengurangi jumlah pengangguran di sekitar pesantren. Utamanya, bagi alumni pesantren yang belum memiliki pekerjaan.
Kedua, santripreneur. Hal ini merupakan konsep baru dan masih jarang diperbincangkan di khalayak umum. Santripreneur merupakan sebuah konsep yang akan membekali santri dengan ilmu pengetahuan wirausaha, motivasi wirausaha, serta pelatihan produksi industri. Harapannya, ketika sudah boyong (berhenti) dari pesantren santri bisa membuat usaha sendiri bahkan bisa membuka lapangan pekerjaan untuk mengurangi pengangguran. Oleh karena itu, sejak di pesantren santri tidak hanya dibekali pemahaman tentang ilmu agama secara mendalam. Namun, santri juga diberikan pemahaman tentang ilmu kewirausahaan dan persoalan umat pada era sekarang.
Santri diharapkan dapat memberikan kontribusi aktif dalam menciptakan win-win solutions di antara problematika yang terjadi di tengah masyarakat. Hal tersebut dapat membuktikan bahwa santri bisa berpijak di segala lini dalam tatanan kehidupan bermasyarakat. Pada akhirnya, pesantren akan terus berkembang dan menjadi oase di tengah gurun pasir. Pada zaman apapun dengan kondisi seperti apapun, santri akan menjadi ujung tombak perubahan dengan nilai tauhid yang dibawa. insyaallah. Amin
*) Alumnus MA Miftahul Ulum Tahun 2015 dan Mahasiswa Administrasi Keuangan Universitas Jember