Risalah Cinta Ning Evi Ghozaly

SAYA MELAKUKAN PLAGIASI

0

Penulis: Ning Evi Ghozaly

Beberapa hari ini saya menutup efbi. Nglirik WA pun hanya sesekali. Ada hal penting yang harus saya kejar. Perbaikan tugas akhir. Mengapa? Disertasi saya kegaruk turnitin. Artinya, saya dianggap melakukan plagiasi. Saya sampai shock. Kuwaget poll.

Lha, yak apa je. Sejak awal, saya sudah sangat hati-hati menulis tugas akhir ini. Setahun bukan waktu yang sebentar, nguplek buku dan laptop pagi siang sore malam. Sampai laptopnya bosen liat wajah saya. Mata kiri saya juga sempat nut-nut kelelahan. Pokok penuh hawer-hawerlah.

Saat proposal, saya memang dibantu adik bungsu saya, karena saya masih heng. Masih ragu juga antara penelitian kualitatif atau kajian pustaka. Nah, karena saya yakin tak punya waktu optimal turun lapangan, saya milih penelitian model kedua aja.

Sempat ganti judul 3 kali. Melewati proses bimbingan puluhan kali. Dicoret, ditambah, dikurang, dibuang, dipungut lagi. Duh, Gusti Allah, jian berat banget perjalanan kemarin. Tapi, ya alhamdulillah, saya dapat banyak ilmu.

Saya jadi sering menangis, bahkan berkali saya nyaris nyerah. Dengan memelas saya wadul ke anak mertua, “Sampun nggih Ab, dalem nggak kuat lagi”. Kalau sudah begitu, suami saya hanya bisa membujuk dan mengelus-elus kepala saya kayak mpus.

::

Oh ya. Sebelum ujian kualifikasi, saya sudah mulai nemu juntrungnya, meski cara nulisnya masih amburadul. Kelemahan saya sejak dulu, nggak kunjung pinter menulis dengan ketentuan EYD atau yang sekarang dikenal dengan PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia). Saya lebih suka nulis dengan bahasa tutur yang tentu banyak nabrak aturan.

Saya sempat minta tolong sahabat untuk diedit. Tapi, baru BAB I, beliau melambaikan bendera putih. Katanya, “Saya butuh waktu lama untuk menghidmati tiap paragraf dan tiap tanda baca, Ning”. Saya tahu maksudnya, mungkin beliau nggak enak mau bilang, “Ini disertasi atau cerpen sih?” Hahaha 😅🤭

Akhirnya, saya metani satu-satu. Bongkar pasang lagi, entah untuk keberapa kalinya. Sambil nahan sakit karena kepala ketiban koper pas naik kereta api. Mercing-mercing gitu, opname 4 hari. Pulang ke rumah, sendirian ngopyak disertasi. Beneran, saat itu saya merasa patah. Untuk tugas akhir, ternyata kita nggak bisa mengandalkan siapa pun. Semua orang yang awalnya menawarkan bantuan teknis, tiba-tiba menghilang seperti hantu. Cling 🙈

Sampai tibalah jadwal ujian kualifikasi. Alhamdulillah lancar. Para penguji sepakat nyoret kata pendidikan dalam judul saya. Artinya, harus bongkar lagi kan? Rapopo. Masih tahes, lakoni ajalah.

::

Menjelang ujian tertutup, saya grogi poll. Ada banyak drama yang terjadi. Sempat gulung koming pokoknya. Saya bahkan sempat masuk IGD lagi lho. Dua jam diinfus. Dan pulang dari rumah sakit, ternyata laptop dan semua kertas disembunyikan suami saya. Harus istirahat hahaha 😅🤭

Alhamdulillah dapat banyak doa. Dari saudara, dari semua pengelola Global Madani, dari para sahabat. Bahkan santri Miftahul Ulum Banyuwangi selama sepekan tiap malam mendoakan khusus. Aduh, jadi merasa dapat banyak sayang. Matur nuwun nggih.

Malam sebelum ujian tertutup, saya sempatkan membaca sekali lagi. Sambil saya bacakan shalawat tiap lembarnya. Berharap semua barakah aja 😊

Alhamdulillah ujian tertutup lancar car. Tapi ya tetep aja saya lungkrah.

::

Nah, sudah sebegitu bergelombangnya perjuangan tugas akhir ini, kok ya masih kebentur masalah turnitin.

Jadi, sebagian isi disertasi pernah saya jadikan materi saat saya mengisi seminar internasional. Sebelumnya, saya turnitinkan dulu di sebuah kampus. Lupa nyabut. Karena sejak awal sampai akhir sudah banyak perubahan, makanya plagiasinya hanya sekian persen. Tapi, tetep aja tidak memenuhi syarat melangkah lagi. Berhenti dulu.

Pekan lalu, setelah saya submit jurnal internasional sebagai syarat ujian terbuka, disertasi diturnitin lagi. Dan taraaaa, kegaruk deh. Langsung, pihak kampus Lampung menyurati kampus tempat saya turnitin dulu dan mempertanyakan apakah benar dalam karya saya ada sekian puluh persen plagiasi.

Jawabannya, gini. Betul dalam disertasi saya ada plagiasi, tapi yang diplagiat tuh atas nama saya sendiri. Satu-satunya solusi, saya harus memparafase kalimat saya sendiri dengan kalimat saya yang lain. Sebuah kembuletan yang indah, bukan?

Jadi, itulah mengapa saya sampai nutup hape. Khawatir saya tergoda nyekrol akun teman kanan kiri, koman komen, jempal jempol, jadi asyik lupa waktu. Alhamdulillah, beberapa hari nutup efbi dan WA, urusan parafase selesai. Yei 💖

::

Maka, kalau ada yang nanya, apakah saya pernah melakukan plagiasi? Iya, pernah. Kalau di dunia sosmed, malah sering. Ambil foto tanpa menyertakan sumber, nyomot komen orang, dan membagikan BC yang sudah tidak diketahui penulis aslinya. Apalagi saya lebih sering ngopas daripada ngeshare, dan pernah kancrit nulis nama penulisnya hanya di komen. Tapi, pengalaman paling amboi ya kemarin itu. Sampe heboh. Duh, saya benar-benar harus introspeksi, terus menerus.

Saya jadi ingat salah satu wasiat terakhir untuk para pembelajar dalam kitab Washōyā Al-Abā’ lil Abnā’, “Wahai anakku, hitung (hisab) lah dirimu dari segala perbuatan
sebelum dirimu dihisab oleh Rabbmu. Apabila engkau berbaring
di peraduan hendak tidur, maka perhitungkanlah apa yang telah engkau
perbuat seharian…”

Ini lho masih dihisab oleh mesin turnitin, sudah heboh tiada tara. Bagaimana dengan hisab di akhirat nanti ya?

  • Bandar Lampung, 05 Juni 2020 –
  • Keterangan foto: Penulis di depan Univ Of Sydney, Australia, 2017.

JELANG MU NORMAL, PEMDES BERIKAN BANTUAN UNTUK YPP MU

Previous article

Jelang New Normal YPP MU

Next article

You may also like

Comments

Comments are closed.