SAYA PUAS ANDA PUN BEBAS
Penulis: Ibnu Sulaim
Sebut saja Adib, salah satu santri Miftahul Ulum, Bengkak, yang mempunyai karakter selalu bercanda bersama teman-temannya. Ia tidak pernah bosan menyuguhi tawa terhadap teman-teman dekatnya, ada saja topik yang membuat teman-temannya terhibur.
Ketika itu, sepulang dari ujian Diniyah, Adib selesai terlebih dahulu melaksanakan ujian Tauhid. Semua teman di kelasnya tercengang mengetahui hal itu, secara keseharian santri hitam manis itu tidak pernah sama sekali memangku kitab-kitab yang dipelajarinya.
“Sudah selesai kamu, Dib?” tanya salah satu temannya. Adib hanya tersenyum, dilanjut mengumpulkan lembaran ujian di hadapan pengawasnya, Ustadz Faroz.
“Tidak perlu lama-lama, yang penting yakin. Iya, kan, Ustadz?” Ia kembali memamerkan senyuman manisnya terhadap ustadznya. Semua santri bersorak menyertai langkah Adib keluar kelas.
“Kalau belajarnya rajin, menjawab ujiannya pun akan gampang,” ujar Ustadz Faroz sembari mengawasi berjalannya ujian.
Namun, beberapa menit kemudian, santri dengan panggilan Adib itu kembali ke kelas sembari tersenyum setelah mengucapkan salam.
“Ada apa, Dib? Kok, kembali lagi,” tanya lelaki yang mengenakan seragam putih hijau itu.
“Kitab saya ketinggalan, Ustadz.” Ia langsung mengambil kitabnya yang tertata di bangku pengawas.
Kemudian, sebelum keluar kelas ia menyempatkan diri menyapa temannya yang sedang fokus mengisi ujian.
“Masalah Tauhid, kok, dipikir terlalu dalam, hati-hati murtad loh.” Ia menoleh ke Ustadz Faroz, lalu mengangguk. “Urusan Tauhid itu pasrah saja terhadap Allah, yang penting nanti setelah Sholat Ashar kita makan dari kantin. Gitu aja, kok, repot!”
Sontak seisi ruangan dipenuhi tawa, mereka terhibur dengan kata-kata Adib yang kelakuannya selalu melawak.
Alhasil, tidak lama dari itu, ruangan kelas 3 Diniyah seketika itu langsung mengumpulkan lembaran ujiannya secara bersamaan, mengakibatkan pengawasnya semringah karena tidak perlu lama-lama mengawasi ujian.
“Begini setiap hari, kan, nyaman. Urusan nilai, tenang, masih ada nilai harian yang akan meloloskan kalian,” lirih Ustadz Faroz sembari merapikan lembaran demi lembaran.