
SELAMAT PULANG, MAS WACHID
Penulis: Ning Evi Ghozaly
Dua pekan lalu, Mas Wachid Ghozaly menghubungi saya. Beberapa hal disampaikan.
“Kapan mau bantu pondok As Salam dan sekolah baru kami, Dik? Kalau selama ini munyer terus aja, saatnya lho sekarang bantu kakak sendiri. Sekalian melatih guru-guru juga nggih”.
Saya menyanggupi, “InsyaAllah kalau wabah pandemi selesai, dalem akan sowan Malang dan ke As Salam juga, Mas”.
Lalu,
“Kapan panjenengan kersa bercerita tentang Pondok Pesantren Al Ghozaly Bandar Lampung, Dik Evi”.
“Sanes pondok pesantren, Mas Wachid. Dalem malu. Niki namung tempat mukim anak-anak”.
“Terus apa? Kos-kosan? Ada kegiatan jamaah sholat, wirid, ngaji dan yasinan kan, Dik?”
“Ada, Mas. Tapi jadwal ngaji tidak banyak. Selain nderes Al Quran dan tahsin, namung mbalah kitab kecil tipis”.
“Itu bukan hanya, Dik Evi. Dulu…kita ini anak yang paling sering berulah. Sering membuat orang tua geleng-geleng. Saat ini, salah satu yang membuat Abah dan Umik bahagia adalah ketika kita tetap berada pada jalur, dan mau ngopeni anak ngaji”.
“As Salam ini nama pemberian Abah. Al Ghozaly juga dari Abah kan, Dik Evi? Kapan-kapan, dua nama indah pemberian Abah ini, akan bersatu ya. Trus, kita mendongeng bareng lagi ya”.
Ya, kami pernah tampil berdua dalam beberapa kesempatan, dulu. Dan tahun ini, kami kembali ingin membuat jadwal bareng lagi. Salah satunya, pekan depan kami akan mengisi materi di PP. Darul Faqih, belajar bersama para santri.
::
Nuwunsewu, Mas Wachid. Saya terisak saat menulis ini. Untuk pertama kalinya, saya berani menyertakan nama saya di Ma’had Al Ghozaly. Di bawah asma As Salam. Tapi Mas, ternyata dua nama pemberian Abah ini bersatu dalam papan ucapan pelepasan panjenengan. Berpigura bunga segar, tanpa pelukan dan ucap sayang seperti setiap kita bertemu.
Selamat pulang, Mas Wachid. Sebesar apapun rasa cinta kami pada panjenengan, semoga cinta Allah selalu melebihi cinta kami nggih. Sekarang memang giliran panjenengan, tapi suatu saat kelak, saya akan menyusul panjenengan. Semoga akhir hidup saya seindah panjenengan Mas, dipanggil Allah Pengasih saat mengajar santri mengaji 😢
::
Terima kasih pada semua saudara, sahabat dan guru yang telah mendoakan Mas Wachid Ghozaly.
Sangat banyak yang hadir melepas kepergian Mas Wachid, menyalatkan hingga mendampingi pemakamannya. Sangat banyak melaksanakan shalat ghaib dan membacakan yasin tahlil. Sangat banyak yang mengucapkan dukacita dan mendoakan beliau.
Sungguh, semua sangat berarti untuk kami. Semoga ini salah satu pertanda Mas Wachid ditetapkan Allah sebagai orang baik. Semoga Allah ridla pada Mas Wachid dan memberi tempat terbaik.
Terima kasih, terima kasih. Mohon maaf kami tidak bisa menyebut nama dan membalas satu persatu. Mohon maafkan kekhilafan kami dan kesalahan Mas Wachid nggih 🙏😔🙏
Salam tadzim,
EVI GHOZALY