Penulis: Ust. Rudi Hantono, S.Pd.I
Bengkak, Miful News – Momen tahun baru memang selalu dinantikan banyak orang. Pergantian tahun pastinya selalu dirayakan dengan pemandangan meriah warna-warni kembang api. Namun, tak semua orang selalu merayakan tahun baru dengan kemeriahan tersebut. Di lingkungan Yayasan Pondok Pesantren Miftahul Ulum (YPP MU), ada cara tersendiri untuk mengisi pergantian tahun 2018. Mereka isi dengan pembacaan Sholawat dan Dzikir, Ahad malam Senin (31/12/2017).
Pengasuh YPP MU, Abuya KH. Moh. Hayatul Ikhsan, M.Pd.I mengajak semua santri agar memanfaatkan waktunya untuk berdzikir dan bershalawat bersama dimalam datangnya tahun 2018. Pembacaan Sholawat dan Dzikir berlangsung khidmat di Masjid Nurul Ulum Bengkak Wongsorejo Banyuwangi. Tepat pukul 20.00 WIB. Dalam acara tersebut Pengasuh YPP MU, membuka acara dan dilanjutkan dengan pembacaan Dzikir Jama’i yang menjadi Dzikir rutin dalam setiap acara.
Setelah itu, dilanjutkan dengan Mahallul Qiyam dipandu langsung oleh Jam’iyatul Hadrah Ibnus Surur YPP MU, kemudian dilanjutkan tausyiah pengasuh YPP.MU. Dalam Tausyiahnya Pengasuh mengungkapkan bahwa tahun baru masehi ini bukan malam istimewa dan sama halnya dengan malam-malam biasanya, beda dengan tanggal 1 bulan muharram karena muharram termasuk bulan yang dimulyakan oleh Allah. Tetapi, malam ini meskipun tahun baru 2018 tidak ada keistimewaan apapun. Walaupun kita melakukan Dzikir dan Sholawat itu bukan karena kita merayakan tahun baru. Akan tetapi, kita memang dianjurkan berdzikir dan bershalawat. Begitu dalam dawuhnya.
Di bagian lain tausyiahnya, beliau juga menyampaikan kita harus punya identitas dalam setiap pekerjaan. Begitu juga kita sebagai muslim bukan hanya dengan kalimat syahadatain identitas kita sebagai muslim. Harapan agar santri harus menunjukkan kesantriannya dalam setiap hal, jangan ikut-ikutan kaum non muslim. Jadi, selamanya harus tetap baik dan bermanfaat sekalipun secara formal sudah tidak lagi berada di pesantren. “Itulah sosok santri/Islam yang sesungguhnya,” kata beliau. menegaskan
Di akhir sambutannya, Kyai berjenggot tebal itu juga menegaskan, awalnya kalender masehi itu dibuat oleh kaisar Romawi Julian pada bulan Juli, kemudian dirubah oleh pendeta Yahudi Gregorian ke bulan Januari. Setelah itu, dirubah kembali oleh Paus bahwa tanggal 1 Januari menjadi tahun baru masehi. Lalu, kenapa kalender masehi oleh Negara Indonesia itu digunakan karena waktu sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), ditetapkan bahwa semua Negara yang masuk anggota PBB untuk memakai kalender Internasional, yakni kalender masehi. Kemudian beliau berpesan agar selalu menjaga akidah dan prilaku sesuai syariat Islam. tandasnya penuh semangat. Selanjutnya, di penghujung acara, dilanjutkan do’a kemudian dipungkasi pembacaan Sholawat oleh Jam’iyatul Hadrah YPP MU(Miful/RHn)
Comments