Oleh: Eva Fauziyanti, M.Sos*)
Sholawat merupakan bentuk seruan doa yang ditunjukkan kepada Rasulullah Saw. dengan maksud mendoakan atau memohonkan berkah kepada Allah Swt. Akan tetapi, pada era ini sholawat sudah berkembang mengikuti perkembangan zaman yang semakin menarik perhatian masyarakat, ada berbagai macam versi sholawat, misalnya dalam Majelis Sholawat dan Dzikir Jama’i.
Majelis Sholawat dan Dzikir Jama’i merupakan perpaduan antara dakwah, sholawat serta zikir yang dipimpin oleh Abuya KH. Moh. Hayatul Ikhsan, M.Pd.I atau lebih dikenal dengan panggilan Abuyat Hayat (Pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Ulum Bengkak). Majelis ini didirikan pada tahun 2019 silam. Dimana awal mula pendiriannya merupakan mandat dari salah seorang guru Abuya Hayat, yakni Abina KH. Ihya’ Ulumuddin yang memerintahkan beliau untuk mendirikan majelis dzikir jama’i. Abuya Hayat mendidirikan majelis ini bersama para alumni muda Miftahul Ulum yang tergabung dalam Ikatan Mahasiswa dan Alumni Muda Miftahul Ulum (IMAMU). Hal ini bertujuan untuk wadah silaturrahmi antar alumni Miftahul Ulum.
Berawal dari majelis yang terbatas itu kemudian Abuya Hayat memutuskan untuk mensyiarkan majelis dzikir jama’i ini menjadi lebih luas di kalangan masyarakat desa Bengkak. Sebagaimana pernah dilansir di topiknews.co.id, Abuya Hayat menuturkan bahwa majelis dzikir jama’i diadakan untuk lebih mengenal dan lebih dekat dengan syiar-syiar islam melalui zikir dan selawat.
Hal tersebut membuktikan bahwa Majelis Dzikir Jama’i dijadikan media dakwah oleh Abuya Hayat. Lalu, namanya mengalami perubahan di kemudian hari menjadi Majelis Sholawat dan Dzikir Jama’i. Pemberian nama ini diusulkan oleh putra beliau, Lora Moh. Kholil Ar Rosyid, S.H. Menurut Lora Kholil ditambahkan sholawat karena rangkaian acaranya biasa dimulai dengan sholawat bersama. Baru kemudian dilanjutkan tausiah singkat dan ditutup dengan pembacaan Dzikir Jama’i.
Tambahan kata sholawat dalam majelis ini menjadi daya tarik minat di kalangan masyarakat. Dari waktu ke waktu jamaah yang hadir terus bertambah setiap kali majelis ini digelar. Kini, Majelis Sholawat dan Dzikir Jama’i menjadi booming dan di kenal khalayak lebih luas. Bukan hanya di pelosok saja, tetapi majelis ini sudah berkali-kali diundanghadirkan ke kota bahkan luar pulau, seperti Bali.
Hal tersebut selaras dengan tujuan awal Abuya Hayat untuk menjadikan majelis ini sebagai sarana dakwah. Daya tarik sholawat mampu menjangkau seluruh mad’u yang tersebar di berbagai daerah mulai kaula muda sampai yang sudah usia senja tanpa melihat latar belakang dan asal-usulnya. Menurut Abuya Hayat semuanya zikir itu baik. “Banyak sekali macam bacaan zikir dan itu semua sama baik. Tidak ada zikir yang lebih unggul atau lebih rendah antara satu dengan yang lainnya,” ungkap beliau suatu ketika di majelisnya.
Keunikan dari Majelis Sholawat dan Dzikir Jama’i ini terletak pada irama zikir yang dibaca. Tidak hanya memperhatikan sisi tajwid, bacaan Dzikir Jama’i juga khas dengan lagunya. Jamaah yang sering terkantuk-kantuk ketika membaca zikir menjadi lebih semangat ketika mengikuti irama bacaannya. Hal ini sebenarnya bukan perkara baru. Zaman dahulu sudah pernah dicontohkan oleh para wali di seantero Jawa yang mensyiarkan agama Islam melalui syair dan budaya.
Di samping itu, Majelis Sholawat dan Dzikir Jama’i juga memanfaat kecanggihan teknologi, misalnya selalu menyebarkan pamflet kegiatan melalui media sosial seperti Instagram, Facebook, atau Whatshapp dan live di kanal Youtube. Dengan demikian, majelis yang rutin diadakan pada Rabu malam itu dapat diikuti oleh siapa saja serta bisa diputar ulang kapan saja dan dimana saja.
Tepat pada Jum’at malam Sabtu, tanggal 23 Desember 2022 lalu Majelis Sholawat dan Dzikir Jama’i menggelar milad yang ke-4 di lapangan Miftahul Ulum 2. Acara tersebut dihadiri oleh KH. Nasir Manshur (Jakarta), Ammina KH. Syihabuddin Syifa’ (Wakil Pengasuh Ma’had Nurul Haromain Pujan, Malang) serta beberapa tokoh masyarakat dan ratusan jamaah. Tua-muda, miskin-kaya, semua melebur dalam satu majelis berharap barokah.
Melihat antusias seluruh jamaah yang hadir pada acara tersebut dapat dikatakan bahwa majelis ini sukses menjadi media syiar yang sangat efektif untuk digunakan pada generasi masyarakat milenial ataupun masyarakat tradisional. Hal ini sesuai pernyataan salah satu jamaah Majelis Sholawat dan Dzikir Jama’i. “Saya sangat bersyukur dengan adanya majelis ini. Saya sangat berharap majelis ini terus berkomitmen melakukan acara semacam ini dengan maksud dan tujuan menciptakan persatuan dan kesatuan sesama umat Islam dan menambah cinta kasih kepada Nabi Muhammad SAW,” paparnya.
Dari ulasan di atas dapat dikatakan bahwa Majelis Sholawat dan Dzikir Jama’i ini mampu menjadi media dakwah multikultural karena tidak pernah melihat latar belakang dan asal usul jamaah. Selagi di dalam hati ada kerinduan untuk belajar mencintai Rasullah maka ia adalah saudara. Dengannya, tali persaudaraan antar jamaah semakin meluas di kalangan masyarakat Banyuwangi bahkan sekitarnya.
*) Penulis adalah Alumni Pondok Pesantren Miftahul tahun 2014
Comments