Tantangan Dunia Pendidikan di Era yang Semakin Canggih, Ini Cara Menyikapinya
Oleh: Rosiyana*)
Perkembangan digital saat ini sudah semakin canggih sehingga lebih mudah mengakses informasi dibandingkan dulu. Banyak sekali platform yang menjadi sumber berbagai macam keilmuan. Apalagi kini hadir sistem komputer yang dirancang mampu meniru kemampuan manusia, yaitu Artificial Intelligence (AI).
AI kini sudah mulai marak digunakan dalam berbagai hal. Mulai dari pendidikan sampai keperluan pribadi dalam kehidupan sehari-hari.
Saat ini semua orang dapat dengan mudah mencari informasi dari berbagai sumber di semua platform, seperti jurnal online, website, youtube, dan masih banyak lainnya. Bagi pelajar terutama mahasiswa, hal ini memberikan banyak sekali keuntungan dalam hal memperkaya pengetahuan, mencari referensi, bahkan untuk mengembangkan bakat. Akan tetapi, jangan lupa kemudahan akses ini juga memunculkan tantangan besar terutama dalam dunia akademik. Tantangan itu tidak lain ialah tentang plagiarisme dan kemalasan berfikir. Hal ini menjadi isu yang semakin mengkhawatirkan di kalangan pendidikan.
Dengan kecanggihan teknologi saat ini, plagiarisme dan penggunaan AI yang kurang etis sering kali terjadi tanpa disadari. Apalagi jika seperti kebanyakan yang terjadi di kalangan mahasiswa baru. Banyak yang kaget dan tertekan dengan berbagai tugas serta deadline yang ketat. Demikian sangat memungkinkan tergoda mengambil jalan pintas, yaitu dengan menyalin tulisan orang lain atau mengerjakan tugas dengan meminta bantuan AI. Selain tekanan akademik, rendahnya pemahaman tentang hak cipta dan kutipan juga membuat seseorang dengan mudah melakukan kegiatan tersebut.
Kebanyakan mahasiswa tidak sepenuhnya mengerti bahwa plagiarisme dan penggunaan AI yang tidak etis bukan hanya melanggar aturan dalam pendidikan, tetapi juga etika keilmuan yang seharusnya diterapkan di dunia akademik atau dunia pendidikan. Boleh saja kita menggunakan dan memanfaatkan kecanggihan teknologi, tetapi bukan menyalin karya orang lain. Kita hanya boleh belajar, mengutip, dan juga menjadikannya referensi bukan menyalin apalagi kemudian mengklaim bahwa karya tersebut adalah karya yang kita buat sendiri.
Plagiarisme merupakan perbuatan menjiplak karya orang lain, sedangkan AI menyuruh sistem membuat suatu karya. Meski secara pengertian cukup berbeda, tetapi keduanya memiliki makna yang sama. Perbuatan tersebut akan memberikan dampak yang sangat besar karena rentan membuat kita semakin malas menggunakan kecerdasan kita sendiri. Sungguh, bagi orang yang berada dalam dunia akademik, tindakan ini bisa merusak integritas, mengurangi keterampilan berpikir kritis, dan menciptakan kebiasaan buruk dalam menyelesaikan problematik. Kita akan memiliki ketergantungan terhadap digital tanpa melibatkan pikiran kita sendiri. Artinya, hal ini dapat merusak kualitas pelajar saat ini karena akan melahirkan generasi-generasi yang hanya mengandalkan kecanggihan teknokogi saja tanpa melatih kecerdasan diri. Bangsa Indonesia butuh generasi yang lebih percaya diri dan mengandalkan dirinya sendiri.
Lembaga pendidikan yang tidak menanggapi masalah ini dengan serius akan menghadapi kesulitan dalam membangun citra positif, baik di mata publik maupun dunia pendidikan yang profesional. Untuk memerangi plagiarisme, lembaga pendidikan perlu mengedukasi pelajar tentang pentingnya kreativitas serta cara yang benar untuk mengutip sumber-sumber yang digunakan. Memberi arahan bagaimana menggunakan kecanggihan AI yang baik dan benar. Selain itu, penggunaan perangkat lunak yang dapat menjadi pendeteksi plagiarisme dan tindak kecurangan lainnya.
Terakhir, penguatan integritas akademik adalah kunci untuk memastikan bahwa mereka tidak hanya lulus dengan nilai tinggi, tetapi juga memiliki kemampuan yang baik, etika yang kuat, dan siap menghadapi tantangan dunia profesional. Ingat tujuan utama pendidikan, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya. Jadi, diperlukan cara yang tepat untuk mewujudkannya, salah satunya dengan mencetak generasi yang tidak hanya unggul, tetapi juga berintegritas.
*) Alumni YPP. Miftahul Ulum Bengkak Tahun 2023. Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.