Risalah Cinta Ning Evi Ghozaly

TEGAS

0

Penulis: Ning Evi Ghozaly

Lahir di tanah Sumatera dan kebetulan beberapa kali tinggal di lingkungan yang mirip, anak-anak kami tumbuh dengan karakter yang sangat tegas. Entah gimana, kadang saya menyaksikan mereka agak keras juga. Bahkan ada cuek bebek dan EGP-nya gitu.

Suatu hari pas mudik ke Malang, Abah saya jenggirat kaget liat anak sulung kami nunjuk-nunjuk sambil nanya, “Mbah, kamu mau es ini nggak?”

Gusti Allah…anak kicik ngamu-ngamu’in kakeknya yang sepuh. Saya spontan tutup muka, uwisin poll. Sampe ndredeg. Tapi sempet-sempetin saya menghibur diri mbatin gini, “Masih mending pake kata ganti kamu. Coba kalau nanyanya, eloe mau es ini, Mbah? Huaaa apa saya ngga nggeblag langsung.

::

Jadi gini. Setelah nikah saya ngikut misua ke Palembang. Mukim di tengah ribuan hektar kebun kelapa sawit yang penduduknya banyak orang Batak, Komering dan sebagian suku Jawa. Bisa dibayangkan ya, saya yang sejak lahir tinggal di lingkungan pesantren super alus tiba-tiba denger (sebagian) orang bicara jeduar jeder kayak teriak. Sempat schok sih haha.

Pernah saya merasa ‘dibentak’ tetangga, “Apo kamu ini ngomongnya kayak berbisik, pake panjenengan-panjenengan lagi. Ndak paham aku. Udahlah.” Trus dia nggak sengaja nyenggol pot isi tanaman kemangi. Gitu lho kirain mau nglempar saya. Dasar pikiran saya kotor dan horor.

Sliyuuut, saya mendadak jadi gombal amoh. Mirip daun sawi seger kesiram air panas mendidih. Luwemes poll. Padahal semua tetangga buwaik, ya memang logatnya aja beda.

::

Sejak itu kami bertekad kalau punya anak, harus tetap ngajarin bersikap alus. Maka kami meniru sebagian pola asuh Abah Umi yang sangat ‘menghormati’ anak-anaknya dengan memanggil tiap nama pake embel-embel Mas dan Adik atau Nak. Bismillah yakin aja, semarah-marahnya Mas Lavy dan Adik Dany kelak, masih ada rem. Nggak njambal panggil nama, nggak keucap pisuhan.

Tapiii, saya dan Abi yang selalu berkomunikasi dengan kromo inggil, memutuskan bicara dengan anak-anak pake Bahasa Indonesia. Agar bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan. Si sulung malah fasih berbahasa Lampung. Ples kalau bicara sesekali nginggris. Biasa sih sebetulnya, wajar. Tapi kalau sudah ketemu para saudara di Jawa, jadi aneh wicas wicis gitu kan. Kosa kata Jawa yang dikenal hanya dua, pangestunipun dan pangapunten. Wajib apal karena kepake pas silaturrahim lebaran haha.

Lalu kami ajak anak-anak mondok di pesantren salaf tiap liburan. Maksudnya agar paham budaya akarnya juga. Menjawab protes Budhe Buliknya mah ahaha. Tapi sealus-alusnya kami ngajarin anak-anak bersikap dan bicara di rumah, toh waktu mereka di luar bisa 12 jam sehari. Ada kalanya mereka berdebat dengan teman. Bercanda dan njendul-njendul juga. Aktif ikut bela diri semua, jadi nggak mungkin menye-menye kalem. Lelaki kan, biarin teges gagah. Kami terima aja, masih bagus kok. Yang saya syukuri, anak-anak tidak pernah membully. Tidak mau mencaci, memaki atau menyindir dengan kata pedes. Pilihan kalimatnya masih woke, sikapnya masih santun.

::

Teruuus, kebetulan mereka kuliah di Malang semua, dan tinggal di gubuk kami yang diapit pesantren. Saat itulah mereka mulai belajar alus. Pekan pertama belajar duduk kayak tasyahud awal lama sambil menunduk kalau bicara. Belajar ngapurancang dan berjalan mundur. Belajar ngesahi mensyarah kitab kuning yang tentu pake bahasa kromo. Belajar lelembut lah pokoknya. Dan taraa hanya setahun mereka berubaaah. Halus beneran.

Kalau diskusi mulai kalem. Nggak ngotat ngotot lagi saat tidak setuju. Apalagi nyolot, enggak. Bisa anteng jadi pendengar dan penyimak ngendikan orang lain. Kalau marah masih diawali narik napas panjaaang, pake nuwunsewu dulu. Kalau mau matur apa, milih kalimat yang agak masir gitu. Alhamdulillah. Dasarnya sudah ada, polesannya kena.

::

Sekarang mereka sudah dewasa. Sak karepnya mau bagaimana. Milih terus menjadi tegas monggo. Mau jadi orang kalem santun menyesuaikan kondisi, ya terserah. Ndulu papan lan empan aja. Yang pasti, semoga mereka tetap jadi orang baik. Menjadi lelaki yang sanggup memimpin dirinya sendiri sebelum memimpin orang lain. Dan…bisa mimpin emaknya ndalail atau tahlil 😅
.

📷 Ziarah makam KH.Hasyim Muzadi. Hanya Mas L, Adik D masih sakit.

MasyaAllah

LaaquwwataillaBillah

13082023

KAMU MEMANG BENAR

Previous article

You may also like

Comments

Comments are closed.