Artikel

Zaman Now Haruskah Merayakan Valentine’s Day?

1

Penulis: Ustd. Nur Hidayati, S.Pd

Untuk apa bungkus kado? Hadiah Valentine. Kenapa ngasih cokelat? Hari Valentine. Buat apa beli bunga? Kasih ke doi, kan Valentine. Emang Valentine apaan sih?

Tanggal 14 Pebruari yang ditahbiskan sebagai hari kasih sayang/Hari Valentine tidak pernah jelas asal-usul cerita sejarahnya. Konon, penamaan Valentine merupakan ulang tahun kematian seorang pendeta bernama Valentino. Ada pula yang mengatakan Hari Valentine merupakan perayaan untuk menghormati sesembahan bangsa Romawi. Dan masih banyak pendapat-pendapat lainnya yang berbeda.

Herannya, banyak generasi muda yang latah menganggap Hari Valentine sebagai simbol pertunjukan perasaan cinta yang lebay. Mereka merayakan Hari Valentine dengan berbagai macam cara, ada yang saling berkirim kartu ucapan berwarna pink, ada lagi yang menuliskan kekasihnya puisi-puisi romance, sebagian juga menghadiahkan kado berisi chocolate. Sungguh jauh berbeda dari pengertian cinta yang sesungguhnya sehingga semua hanya menjadi sia-sia.

Oleh karena itu, kepada seluruh umat Islam yang dikelilingi rasa cinta dan kasih sayang seyogyanya tidak melakukan hal sia-sia hanya karena budaya dari antah barantah. Islam mengajarkan agar umatnya saling berkasih sayang, tidak peduli kapan pun, dimana pun dan kepada siapa pun. Jelas bahwa bukan hanya pada hari tertentu saja umat Islam berkasih sayang, apalagi hanya pada Hari Valentine tak bersejarah. Sungguh, tidak ada yang special dengan tanggal 14 Pebruari.

Jika ingin tahu tentang kasih sayang dan cinta yang sesungguhnya maka Islam adalah jawaban paling pas. Islam menilai ibadah pada pasangan suami istri yang saling menyayangi dan penuh cinta. Islam juga mengajarkan agar umatnya saling menyayangi antarsesama manusia, bahkan Islam juga menyuruh manusia untuk menyayangi hewan dan alam di sekitarnya. Cinta dalam Islam mencakup semua hubungan, termasuk kecintaan hamba pada pencipta-Nya.

Perbincangan tentang cinta dalam Islam begitu indah. Menurut pandangan Islam, cinta bermula dan bersemi di hati yang dibentuk oleh keyakinan (iman), bukan atas dasar nafsu belaka. Etika Islam mengatur dua insan yang sedang dilanda cinta pada sebuah ikatan suci berupa akad nikah. Melangsungkan pernikahan tercatat ibadah yang kaya akan pahala. Berbeda halnya dengan luapan hawa nafsu mengatasnamakan cinta dengan making love di Hari Valentine yang akan terus kekal mengalirkan dosa.

Tanpa harus menunggu tanggal 14 Pebruari tiba, kita sudah menerima banyak cinta. Cinta dari Tuhan, bangun kembali dari tidur dalam keadaan sehat merupakan nikmat yang luar biasa. Cinta dari orangtua dan para guru berupa untaian doa kebaikan yang istijabah. Cinta dari keluarga berbentuk support untuk memotivasi kerja. Cinta dari sesama orang sholeh dan para tetangga.

Tidak perlu menanti tanggal 14 Pebruari barulah membalas cinta mereka. Syukurilah nikmat Tuhan dalam setiap hembusan napas yang tersisa. Berbaktilah pada orangtua dan guru sekuat tenaga. Bahagiakan keluarga dengan harmoni sakinah mawaddah warahmah. Hidup rukun dengan saling menyayangi antar sesama.

Jangan biarkan cinta yang dimiliki datang dan pergi mengikuti gelombang 14 Pebruari. Hapus budaya Hari Valentine karena hari itu bukanlah hari yang spesial. Cinta yang sesungguhnya tak dapat dilambangkan hanya dengan beberapa bungkus coklat atau rangkaian tangkai-tangkai mawar. Maka dari itu, mulai hari ini tidak ada lagi perayaan Valentine’s Day pada tanggal 14 Pebruari.

*) Penulis adalah santri aktif Asrama Putri Pondok Pesantren Miftahul Ulum Bengkak

UJIAN BACA KITAB AL MIFTAH PENENTU KENAIKAN KELAS MADIN MU

Previous article

What to expect when you stay at a motel

Next article

You may also like

1 Comment

Comments are closed.

More in Artikel