
AKHIRNYA, KETUA PBNU TERPILIH
Penulis: Ning Evi Ghozaly
Alhamdulillah. Saya mengikuti detik-detik pembacaan hasil pemilihan ketua PBNU pada sebuah villa di atas bukit tempat keluarga Gus Yahya Cholil Staquf , keluarga Gus Yaqut Cholil Qoumas dan keluarga Gus Ulil Abshar Abdalla menginap selama di Bandar Lampung.
“Gus Yahya…,” suara dari siaran langsung youtube yang disalurkan ke sound terdengar jelas.
“Langit cerah ya,” ngendikan Gus Ulil. Santai. Tanpa gelombang.
“Gus Yahyaaaaa…,” suara youtube makin menggema. Disambut shalawat badar dari lokasi.
“Lho sudah selesai ya hitungannya?” kata Gus Yaqut.
Alhamdulillah. Semua mengucap syukur. Lega. Tak ada teriakan berlebih. Tak ada gegap gempita. Hamdalah, sholawat. Sujud syukur.
“Selamat ya Gus,” saya menyampaikan tahnia pada Gus Yaqut.
“Lho kok ke saya. Kan yang terpilih Mas Yahya.”
Saya mengambil tas. Bersiap ke bakso Sony bareng Ning Ienas dan Ning Ika.
::
Jadi begitu ya, Gaes. Hawer-hawer di luar yang menyampaikan ada kisruh dalam pemilihan ini, mbuh nyata atau tidak. Kemarin saya mendapat kiriman video dari seorang sahabat, tentang suasana ricuh di salah satu ruangan sidang. Ternyata itu hanya sebentar, abis itu tenang lagi kok. Tapi memang, dari siaran langsung TV saya tahu kalau ada sekitar 39 PCNU yang dilarang mengikuti pemilihan. Wallahu a’lam.
Saya tidak mengerti banyak proses pemilihan ketua PBNU ini. Mulai penentuan waktu dan tempat muktamar, hanya menunggu saja. Wong saya cuma kroco mumet. Ketika ada kepastian dilaksanakan di Lampung, cukup sudah. Kebahagiaan apa lagi selain tahu akan ada berkah berlimpah untuk kami. Selebihnya wallahu a’lam. Saya tidak mau membahas hal yang tidak saya pahami. Saya tidak mau membahas hal yang akan melukai orang lain, saya tidak mau membahas yang bukan bagian saya.
::
Siang ini satu persatu kontingen mulai pamit. Swab antigen lebih dulu, lalu menuju bis masing-masing atau menuju bandara. Para muktamirin tentu lega, pemilihan ketua PBNU berjalan lancar dan baik. Warga nahdliyin pasti bersyukur, hasil muktamar telah final.
Yang paling membahagiakan, para guru kyai dan kedua kandidat telah memberikan teladan yang luar biasa. Bagaimana adab ketika berbeda pendapat, bagaimana adab ketika bersanding dan bersaing, bagaimana adab ketika menerima hasil muktamar.
Dengan sangat santun Gus Yahya C. Staquf mendatangi Yai Said dan mencium tangannya. Menyampaikan kalimat dahsyat dengan tadzim, “Terima kasih pada guru saya, KH. Said Aqil Siraj. Beliau yang membukakan jalan untuk saya dan apabila ini sebuah keberhasilan maka semua adalah ‘atsar’ beliau. Semoga masih cukup umur saya untuk membalas jasa beliau kepada saya.”
Disambut KH. Said Aqil Siraj dengan ngendikan teduh, “Selamat dan saya bangga pada keberhasilan Gus Yahya, beliau adalah cicit guru ayah saya KH. Cholil Harun. Kakek buyut beliau yang mengajarkan alfiah kepada ayah saya.”
See? Adem banget kan.
::
Maka sesungguhnya, tak ada yang kalah. Kesuksesan Muktamar 34 di Lampung adalah karena kuasa Allah, sekaligus kemenangan untuk semua warga nahdyinin. Semoga ketua PBNU terpilih dan semua guru kyai selalu sehat dan kuat dalam mengemban amanah meneruskan cita-cita pendiri dan pendahulu.
Alhamdulillah. Allahumma sholli alaa sayyidina Muhammad.
.
.
– Ditulis dalam perjalanan menuju lokasi penutupan muktamar di UIN RIL yang tak sempat saya ikuti karena keburu berakhir haha, Jumat 24 Desember 2021 –
.
Saya, Ning Ienas, Gus Ulil dan Gus Menag.