Risalah Cinta Ning Evi Ghozaly

APA MANFAATNYA BAGIKU

0

Penulis: Ning Evi Ghozaly

Dalam ilmu strategi pembelajaran, kita mengenal AMBAK ya. Apa manfaatnya bagiku. Setiap konsep yang kita harapkan dipahami secara mendalam, setiap teori yang kita harapkan bisa menggerakkan, akan lebih mudah diterima oleh anak jika ada penjelasan tentang apa manfaat semua itu bagi mereka.

Maka dalam setiap pelatihan untuk guru, saya selalu mengingatkan hal ini. Jelaskan pada murid kita, apa manfaat kita belajar sejarah, sebelum kita memasuki materi. Apa manfaat kita belajar matematika dan yang lain. Tentu saja harus dengan penjelasan menarik ya. Bisa dengan cerita, diselipkan fakta dan contoh.

Nah, saya terbiasa melakukan itu untuk anak-anak. Selama ini lancar jaya, apalagi jika terkait hal ilmiah. Ada Mbah Google Alhamdulillah. Aman.

::

Tapi saya sering kesandung jika menyangkut hal ibadah. Apalagi jika itu masuk amaliah bid’ah. Tidak seperti saya dulu, sekritis apapun, kalau diminta membaca ini, wirid itu atau sholat apa, saya manut. Nggak pake nanya mengapa dan untuk apa. Berbeda dengan anak kami sekarang. Huaaaa ampun 🙈

Besok hari Rabu Wekasan. Dikenal juga dengan Rabu Pungkasan. Rabu terakhir bulan Shafar, sebelum memasuki bulan Maulid atau Rabiul Awal, 26 Shafar 1441 Hijriyah. Bertepatan dengan 14 Oktober 2020.

Saya harus menyiapkan semua jawaban sebelum anak-anak melontarkan banyak pertanyaan. Termasuk jika ada pertanyaan yang tidak saya duga.

“Pada hari Rabu Wekasan ini, Allah menurunkan 320.000 bala, cobaan dan musibah. Maka ayo Nak, shadaqoh kita tambah.”

“Memperbanyak shadaqah, setuju Um. Sudah banyak ajaran tentang fadlilah shadaqah. Termasuk ngendikan Kanjeng Nabi bahwa musibah tidak bisa mendahului shadaqah. Tapi dari mana Umi tahu kalau di Rabu Wekasan, Allah menurunkan sekian ribu bala dan musibah?”

Nah, lho.

Menjadi orang tua jaman sekarang tantangannya amboi. Untung saja anak-anak kami nggak hobi nanya mana dalilnya? Itulah manfaat mengaji dan punya guru. Jadi tahu kemana mencari jawaban saat ada pertanyaan. Jadi paham pula mana pertanyaan yang tak perlu dicari jawabannya.

Saya tak bisa mendampingi anak-anak setiap saat, apalagi dengan ilmu saya yang sangat cethek ini. Maka saya sangat bersyukur dipertemukan dengan banyak guru kyai dan bunyai.

::

Hari ini saya harus mempelajari mustholah hadist lagi. Mencari ngendikan ulama pendahulu lagi. Bertanya pada guru kyai lagi.

Lalu saya kirim video penjelasan Gus Baha tentang konsep bid’ah ke group WA keluarga. Saya kirim video ngendikan Mbah Yai Maimoen Zubair tentang amaliah Rabu Wekasan. Saya kirim penjelasan para ulama, sekaligus kaifiyah amalannya.

Selanjutnya, saya kirim pesan pada tiga ustadz yang mendampingi anak-anak, “Mohon anak-anak diberi penjelasan yang gamblang nggih. Kami sangat berharap anak-anak berkenan menjani kehidupan beragama dan melakukan ibadah dengan riang gembira. Paham makna dan manfaatnya.”

Deg-degan saya menunggu jawaban Mas L dan Mas D.

“Nggih, Um. Tapi boleh tidak di masjid nggih. Kami ada jadwal zoom pagi. Setelah kuliah ya. Nanti bareng ustadz aja di rumah. Pareng, Um?”

Alhamdulillah. Maturnuwun, Gusti Allah.

“Besok mau dimasakin apa, Nak? Nanti bisa minta ke Mbak Yuli masak apa nggih, Nak?”

Inilah emak-emak. Saking senengnya, pengin ngasih hadiah. Hadiah paling pas ya makanan.

“Kami puasa, Um. Gampang kok. Apa aja yang ada.”

Makjleb. Iya, anak-anak puasa Daud. Saya malu. Sejak dulu, dalam hal nderes dan puasa, saya kalah telak dengan anak-anak. Tapi ya berhenti di malu yang kadang-kadang aja itu. Nggak pernah mulai mencoba 😅 🙈

  • Bandar Lampung, 13 Oktober 2020 –

Ikhtiar Menolak Balak

Previous article

Ma’rifatullah, Pangkal Kesempurnaan Hidup

Next article

You may also like

Comments

Comments are closed.