GARIS HIDUP
5 mins read

GARIS HIDUP

Penulis: Ustd. Syukriyanto, S.Pd.I*

Menjalani kehidupan tidak akan selamanya berjalan mulus dan lancar. Ada onak duri uji dan sederet cobaan yang akan menghantam keteguhan hati. Allah pun berfirman:

وَلَنَبْلُونَكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَ الْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَ الْأَنْفُسِ وَ الْثمَرَاتِ, وَبَشِرِ الْصَبِرِيْنَ (ألبقرة:155)

“Dan niscaya kami akan menguji kalian dengan sesuatu dari rasa takut dan kelaparan dan kekurangan harta dan jiwa dan buah-buahan dan berilah kabar gembira pada orang-orang yang sabar” (QS. al-Baqarah: 155)

Kendati manusia tidak lepas dari ujian dan cobaan, kita tetap harus menjalani dengan sabar sebagaimana bunyi ayat tersebut di atas yang mengisyaratkan pentingnya sebuah kesabaran dalam melakoni garis hidup yang sudah ditentukan. Setiap gerak hidup makhluk sudah terpatri pada zaman azali sebagai instruksi qodha’ dan qodar ilahi yang tidak dapat dipungkiri. Semua kejadian di alam semesta ini berjalan sesuai skenario tuhan, pemilik siklus kehidupan. Kita tidak bisa memalingkan wajah jiwa kita ketika ujian ataupun cobaan akan menerpa kita. Kita tidak bisa lari dari kenyataan yang sudah ditakdirkan untuk kita. Kita hanya bisa berbuat kebaikan dengan menyalurkan kesabaran dan memancarkan jiwa tawakal kepada empunya jiwa kita, sebagai suatu bukti ketulusan dari seorang hamba yang telah diamanatkan untuk hidup memenuhi kewajiban. Sebagaimana yang tertera dalam garis-garis kehidupan sebagai sebuah ketentuan suratan takdir dari empunya qalam. Firman Allah dalam surah al-Mulk ayat 1-2 telah di jelaskan, Allah SWT berfirman:

تبرك الذي بيده الملك وهو علي كل شئ قدير

“Maha Suci Allah yang menguasai (segala) kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu,” (QS. al-Mulk 67: Ayat 1).

الذي خلق الموت والحيوة ليبلوكم ايكم احسن عملا وهو العزيز الغفور

“Yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,” (QS. al-Mulk 67: Ayat 2).

Keimanan seseorang akan terbukti setelah teruji dan Allah tidaklah membiarkan pernyataan keimanan seseorang tanpa menimpakan ujian baginya. Ketajaman sebuah pisau sesuai bahan pembuatan dan pengasahannya. Begitu pun iman kita, tidak akan mencorong cahayanya tanpa gesekan-gesekan api uji dan cobaan. Tujuan penempaan ini sebagai suatu barometer tuhan untuk membentuk jiwa keimanan yang matang, juga sebagai wadah keagungan-Nya terhadap kehidupan alam semesta. Dengan mental pribadi yang mumpuni dalam keimanan dan ketaqwaan akan berdampak pada keindahan dan karunia yang agung pada garis-garis dari sekian banyak siklus kehidupan fana ini.

Kita tidak perlu menengadahkan tangan ataupun meminta, apalagi menanti ujian sebab ujian dan cobaan adalah garis hidup yang pasti akan dilalui oleh setiap insan. Hal yang perlu kita lakukan adalah berbenah diri dan mengatupkan pori-pori keterbatasan dengan berbagai aktivitas keimanan, disertai dengan binar-binar aura insan agar mencapai niat cipta awal tuhan menciptakan kita.

Keberkahan, kemuliaan, dan keagungan akan memancar dari pribadi-pribadi yang memiliki iman sesuai dengan kehendak Allah swt. Sebagaimana terhantar dalam surah al-Anfal ayat 2-4. Allah SWT berfirman:

انما المؤمنون الذين اذا ذكر الله وجلت قلوبهم واذا تليت عليهم ايته زادتهم ايمانا وعلي ربهم يتوكلون

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal,” (QS. al-Anfal 8: Ayat 2).

الذين يقيمون الصلوة ومما رزقنهم ينفقون

“(yaitu) orang-orang yang melaksanakan sholat dan yang menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka,” (QS. al-Anfal 8: Ayat 3).

اولئك هم المؤمنون حقاَّ ُ لهم درجت عند ربهم ومغفرة ورزق كريم

“Mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka akan memperoleh derajat (tinggi) di sisi tuhannya dan ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia,” (QS. Al-Anfal 8: Ayat 4).

Iman adalah garis utama jiwa manusia menuju puncak kesempurnaan (al-Yaqin). Al-Yaqin tidak bisa diperoleh dengan bermalas-malasan. Al-Yaqin tidak akan hadir pada hati yang malas lagi serakah terhadap isi dunia . Al-Yaqin tidak akan memeluk pada hati yang lalai dari tuhannya. Al-Yaqin adalah suatu alur energi ilahi, yang dengannya hati yang pekat menjadi tersingkap, jiwa yang kerdil menjadi berharga melebihi seisi jagat raya. Ia (al-Yaqin) didapat dari kerasnya mujahadah, ia (al-Yaqin) digenggam dengan hasrat keikhlasan dalam ibadah yang sempurna.

Al-Yaqin adalah nyawa sang hidup. Barang siapa yang memperoleh al-Yaqin maka kita akan mudah menjalani kehidupan. Melalui cahaya keyakinan kita akan hidup berhias keberuntungan, kelapangan, dan kemampuan menapaki garis-garis ketentuan yang sudah ditetapkan oleh Allah, Tuhan yang menguasai pergerakan.

Namun pergeseran zaman dengan segala atribut materialisnya, sedikit demi sedikit menggoyahkan keutuhan dan keteguhan tali-tali al-Yaqin. Merobek sayap-sayap keagungan-Nya dan melunturkan organ-organ keindahan-Nya serta meluluhlantakkan kesempurnaan cahaya al-Yaqin yang pada gilirannya akan melenyapkan kaidah al-Yaqin hingga terjerumus ke lembah keputus asaan dan atheisme (terhampar di areal kemusyrikan dan kekhawatiran).

Tak jarang akibat pengolahan arus zaman ketaatan dimasa sekarang ini, tercampur adukkan antara kebenaran dan keyakinan. Waspadalah terhadap segala perubahan, agar jalur garis hidup kita sesuai dengan kehendak al-Maula Robbil Izzah, hingga akhir perjalanan di gelanggang kehidupan yang fana ini. Berhiaslah dengan al-Yaqin agar selamat dari segala uji dan tantangan kehidupan.

Iman dan taqwa adalah wadah utama untuk tumbuh dan berkembangnya jiwa al-Yaqin. Penting bagi kita untuk menjaga kualitas IMTAQ agar semua sirkulasi kehidupan yang tertuang pada garis tangan dapat dilalui dengan baik. Tidak akan ada yang mampu mengubah garis takdir kecuali atas kehendak-Nya sebagai suatu sinyal qudrat ilahi mengungguli atas segala hamba-Nya. Semoga kita senantiasa berada dalam rahmatullah di setiap garis kehidupan yang sedang dan akan kita lalui. Amiin amiin amii yaa robbal alamiin.

*) Penulis adalah guru Madrasah Diniyah Miftahul Ulum

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *