:: GO, GO MAS NADIEM
Oleh: Evi Ghozaly
: Jujur, awalnya saya gamang. Saya mengenal beberapa menteri pendidikan terdahulu. Namun, tiap saya memberi masukan, ya hanya diiyain saja. Sesekali disenyumin. Tak ada tindak lanjut. Ahaha… Emang siapa saya ya di hadapan beliau? Hanya remahan rengginang. Atau paling keren, bisa saja para beliau menganggap saya setara dengan kinderjoy di depan rak kasir Indomaret ?
Nah, apalagi sekarang. Saya tak kenal Mas Nadiem, menteri pendidikan paling muda sepanjang sejarah Indonesia ini. Tak kenal sama sekali. Sempat apriori sih, mengingat latar belakang pendidikan dan segalanya tentang beliau. Yang berujung ragu… meski jika di hadapan para guru, saya justru mengajak agar semua optimis.
::
Akan tetapi, pidato Mas Nadiem pada hari guru beberapa waktu lalu membuat saya terbelalak. Tak panjang, memuji peran guru, menyemangati, dan memberi harapan.
Mata saya berbinar. Rencana menyederhanakan kewajiban administrasi agar semua guru fokus pada tugas mulia mendidik murid. Pemerataan pelayanan pendidikan, peningkatan kualitas guru dan tenaga kependidikan. Rapi disiapkan.
Satu lagi yang membuat harapan makin tumbuh, pada 4 Nopember 2019 lalu 22 organisasi dan komunitas guru diundang oleh Kementerian Pendidikan. Acara yang kemudian dikenal dengan Nadiem Mendengar itu fokus pada penyampaian solusi. Tentang pengurangan jumlah mata pelajaran di SD dan SMP, sistem SKS, pengangkatan guru berdasarkan kompetensi dan kebutuhan kurikulum, hingga sistem rekruitmen guru, pelatihan, dan penentuan sekolah tertinggal, semua dibahas hari itu.
Dari semua hal tersebut, kabar terakhir yang melegakan adalah “Ujian Nasional tahun ini menjadi yang terakhir”.
::
Hm. Memang mustahil UN dihapuskan. Sebab, bagaimanapun, kita perlu alat ukur untuk menentukan mutu kompetensi murid. Selain itu, kita butuh sistem yang berfungsi untuk memetakan kualitas pendidikan dari semua wilayah.
Maka, UN tetap dibutuhkan. Dengan catatan, hasil UN tidak dijadikan sebagai syarat kelulusan ya, dan syarat lainnya. Para ahli pendidikan terutama pakar evaluasi tentu bisa memberi masukan tentang konsepnya dan memilih format yang tepat.
Atau, mengoptimalkan hasil Ujian Berbasis Komputer juga keren kan? Tinggal memperbaiki dan menyesuaikan soalnya.
Lebih amboi lagi kalau nama UN diganti. Hindari kata ujian ya. Sebab alami sih, otak langsung tuing-tuing ketika mendengar kata ujian. Evaluasi harus, tapi bagus kan jika murid tak merasa dievaluasi? Hingga proses ini bisa dijalani anak dengan enjoy, tak ketakutan seperti melihat hantu.
::
Dalam sebuah diskusi di WA, seorang sahabat menyampaikan bahwa sebuah organisasi besar mengubah nama bagian Evaluation and Monitoring menjadi Experiential Learning and Impacts. Ya, ini demi untuk menghindari kata ujian dan evaluasi.
Pengganti UN pun bisa di-rebranding. Usul sahabat saya juga, sebisa mungkin nama kegiatan akhir ini sesuai dengan amanat Pembukaan UUD 45 dan salah satu tujuan NKRI berdiri: Mencerdaskan kehidupan bangsa.
Misal nih ya, UN SD diganti dengan CERDAS SD 2021. UN SMP 2021, diganti jadi CERDAS SMP 2020.
Nggak harus singkatan murni kan ya. CERDAS ini maksudnya adalah Capaian Belajar dan Pendidikan Nasional. Tuh, coba deh diendapkan sebentar. Kata Cerdas sebagai pengganti UN ini mengandung sebuah visi dan tujuan kan? Bisa langsung masuk ke otak pertama lagi. Mengandung optimisme paling tinggi.
“Anak-anak, bulan Mei kita akan mengikuti kegiatan Cerdas 2020 ya. Yuk bersiap menuju cerdas”. Enak kan? Nah.
::
Kemudian, bisa dilanjutkan dengan mengelola adminitrasi hasil dan penerbitan hasil UN. Kalau perlu, online. Agar tak terjadi keterlambatan; masak enam bulan setelah kelulusan ijazah belum bisa diambil? Ujiannya sudah pakai komputer, masak tetap dinas kehabisan blanko sih?
Mungkin, Mas Nadiem akan berhadapan dengan banyak “ancaman” nanti. Bimbel, percetakan, dinas pendidikan, satuan pendidikan, pembuat soal, penerbit, dan banyak pihak yang perlu dirangkul. Potensi protes diredam. Kepentingan meraih kualitas pendidikan terbaik perlu dikedepankan.
::
Ya, saya mendengar Mas Nadiem hanya mau menjadi menteri pendidikan. Inilah saatnya membuktikan bahwa kecerdasan, kearifan, keberanian dan pengalaman Mas Nadiem bermanfaat untuk perjuangan pendidikan Indonesia.
Go, Mas Nadiem. Teruslah bersemangat menyelesaikan semua masalah kita yang telah mengakar. Jangan hanya retorika ya. Jangan kecewakan kami, lagi. Bismillah.
- Bataranila, 03.12.2019 –
Keterangan foto: saya bersama murid MI Darul Faizin, sebuah sekolah cabang Yayasang Pondok Pesantren Miftahul Ulum Bengkak, Banyuwangi. Gedungnya nyaris roboh, hingga semua murid belajar nebeng di ruang TK sebelah 🙂
2 thoughts on “:: GO, GO MAS NADIEM”
Comments are closed.
Semoga Miful selalu menjadi lembaga terdepan dalam inovasi pendidikan. Bisa terus berkembang sesuai dengan kebutuhan zaman. Amin.
Aamiin…