Risalah Cinta Ning Evi Ghozaly

Melatih Anak Berpuasa Sejak Dini

0

Penulis: Ning Evi Ghozaly

Mohon maaf ya, Gaes. Sebetulnya judul materi ini agak krik krik nggih, karena sesungguhnya saya bukan orang tua yang berhasil melatih anak berpuasa sejak balita seperti ibu-ibu lain. Jika panjenengan sudah melatih putra putri berpuasa sejak usia 3 atau 4 tahun, saya baru mengajak kedua anak saya berpuasa setelah usia 5 tahun. Itu pun dengan menunda jam sarapan atau makan terlebih dahulu, lalu mengajak tidak makan-minum selama 4 jam saja. Pokoknya bertahap, mulai poso bedug, baru puasa seharian.Mengapa?Kondisi fisik dan psychis anak perlu diperhatikan. Kekuatan lahir dan batinnya disiapkan terlebih dulu. Mungguh saya sih. Maka memahamkan arti puasa dalam bahasa anak-anak menjadi hal penting. Bisa lewat cerita langsung, membaca buku atau menonton film. Itu dulu.Seiring dengan itu, ya memberi teladan. Kompak menciptakan suasana puasa di rumah. Anak kecil tuh ya, kalau tahu harus nahan diri dari minum, lalu liat sirup marjan merah mbranang nggletak di atas meja, yo mesti pengin tho. Wong kita aja, kalau sedang puasa liat ombyokan karet gelang jadi seperti liat mie goreng kok ya. Liat busa cuci piring ijo kuning, jadi kayak liat kue lapis. Ayo tambahin apa lagi 😅

::

Menyiapkan kegiatan yang menyenangkan, tak kalah penting. Ngajak ngaji, baca buku, nonton daaaaan bermain ya, Ibu, Bunda, Nyak, Emak. Ini masih anak-anak kan. Kodratnya ya tetap anak-anak.Saya nderek ngendikan Gus Baha mawon, “Anak-anak belum mukallaf, tidak dibebani tuntutan syar’i …,” maka melatih puasa ya harus dengan cara anak-anak. Jangan sampai karena kita paksa melakukan ibadah apa, pas gede jadi nggak suka ajaran agama. Eh beneran lho. Saya punya teman yang pernah “benci” dengan puasa karena pas TK ketahuan mokel di bawah kolong, dihajar pake kemoceng sama bapaknya. Tuh, nama teman saya ada di efbi ini tapi saya nggak berani ngetag meski sudah diijini haha.

::

Kadang kedua anak saya sahur sambil merem. Ya saya turuti, mau di atas kasur atau depan meja makan monggo. Kadang sambil saya pangku. Jam 9 pagi sudah megang perut, ya saya slimurkan. Diiming-iming buka nanti ada menu kesukaannya. Nggak pernah menu mewah sih, karena kan dulu kami miskin haha.Pkl 10.00 anak-anak sudah menyimpan makanan yang mereka suka. Mulai dari roti sisir, permen sampai babal. Tahu babal? Itu, bakal buah nangka kecil yang rasanya sepet amboi dicocol garem. Hiburan lain, luru buah kedondong yang kalau mau makan dijepitkan daun pintu. Remek buahnya, tapi jadi super manis rasanya.Kulkas pertama kami satu pintu bekas tetangga diberikan ke saya. Info penting ini haha. Pkl 11.00 anak-anak sudah buka tutup kulkas untuk mencari hawa seger dingin. Ya biarkan saja. Tapi kalau sudah lemes pucet, saya ijinkan batal. Abis itu diajak puasa lagi. Begitu saya dulu. Bagaimana dengan pengalaman panjenengan, Gaes? 😅::Hasilnya, alhamdulillah usia 7 tahun sudah nggak putus puasa. Bahkan langsung nyawal dan kemudian nantang untuk nyenin kamis. Alhamdulillah.Jenjang SMA, anak-anak saya sudah ndaud bolong-bolong. Kuliah tahun pertama ndaud full dan setelah itu puasa terus sepanjang tahun kecuali pas hari tasyrik. Tapi kalau pas saya ke Malang, pasti saya paksa anak-anak batal puasa. Kalau nggak mau, tawaran traktiran dan nonton, hangus. Kadang iman mereka goyah, kadang emaknya yang dibuat malu, “Mengapa Umi selalu maksa dalem batalin puasa? Bukannya Umi mengajarkan pada kami hidup tirakat. Mohon ijin nggih.”Nah lho, saya kan jadi pengin krukupan kardus😅::

Jadi begitu ya, Gaes. Kalau putra putri panjenengan sudah mampu berpuasa sejak keciiil, alhamdulillah. Tapi jangan sedih kalau anak balita panjenengan belum kuat puasa. Wong ya belum wajib. Yang penting ditlateni aja, sabar. Didampingi terus, dilatih bertahap. Dipahamkan makna dan manfaat puasa. Agar pas waktunya wajib puasa, nggak ngelah ngeluh ngelih.Satu hal yang pasti, kita dan anak-anak kuat puasa karena pertolongan Allah. Anak-anak terbuka hatinya untuk memahami pentingnya puasa dan menjalani dengan ringan, karena kuasa Allah. So, yang penting adalah kita terus berdoa agar anak-anak kita istiqomah ya. Semoga Allah selalu ridla. Bismillah.*Duh sakjanyah saya cerita tentang anak saya ini nggak bagus ya. Anaknya yang beribadah, emaknya yang pamer. Mohon maaf nggih.Eh iya, besok untuk umum ya. Acara online ini dipersembahkan oleh JP3M, Jamiyah Perempuan Pengasuh Pondok Pesantren dan Muballighah. Sabtu, 16 April 2022, pkl 09.30. Yang mau liat saya ndongeng, yuk merapat, Bestie. Gratis.Ini linknya nggih: meet.google.com/nqd-yzfv-ris

Kalau ada masalah, hubungi admin via 082136041793/ Ning Nia. Matur nuwun 😀

Mengenalkan Makna dan Keutamaan Ramadan, YPP Miftahul Ulum Gelar Kegiatan Pondok Ramadan

Next article

You may also like

Comments

Comments are closed.