MENJADI PEREMPUAN BERDAYA
Penulis: Ning Evi Ghozaly
Hai, sahabat perempuan Indonesia. Panjenengan semua adalah orang hebaaat. Iya, semua perempuan, kereeen. Yang memutuskan menikah dan menimang buah hati, maupun yang memilih mandiri dan tidak memiliki anak. Yang melahirkan normal maupun yang caesar. Yang dengan senang hati full time menjadi ibu rumah tangga maupun yang bekerja. Yang kalau mengerjakan tugas rumah tangga sangat rapi berurutan maupun yang gedhubrakan sebisanya kayak saya. Yang kalau anak rewel bisa sabar seperti ibu peri atau yang sering teriak ngomel sambil latihan vokal. Yang bisa mengeluh pada suami secara langsung atau lewat fesbuk, maupun yang hanya bisa ndremimil berdoa dalam hati sambil prembik-prembik.
Pokoknya panjenengan semua luar biasa sa saaaa… *menggaung 😅🙊
Eits beneran lho. Apalagi yang selalu mau belajar dan terus belajar. Wong belajar juga untuk kepentingan diri sendiri kok ya. Syukur jika lalu bermanfaat luas sih.
Saya dapat ilmu ini nih dari Ning Eny Retno Yaqut, Penasehat Dharma Wanita Persatuan Kementrian Agama Republik Indonesia. Penjelasan beliau rinci, sama sekali tidak menggurui.
Menjadi Perempuan Berdaya. Bagaimana sih?
Memilih lingkungan yang baik dan membaikkan. Termasuk di sosmed nggih, Ning?
Menghargai diri sendiri dengan terus berusaha mengoptimalkan kemampuan. Apa aja lho. Bisa menulis, memasak, melukis.
Tentang melukis ini, Ning Eny jago banget. Karyanya sempat dilelang 50 juta dan disumbangkan untuk kepentingan sosial. Dijadikan tas, kaos dan kalender. Ish, caem pokoknya.
::
Pernah menyangka akan menjadi istri Mentri Agama, Ning?
Tentu tidaaaaak.
Tantangan apa saja yang dihadapi selama mendampingi si Cinta?
“Banyak. Pernah dapat kiriman foto editan Gus Men Yaqut dengan siapa kan? Sejak kejadian pembakaran bendera dulu itu, kami sudah terlatih menerima teror. Anak-anak pun sudah mulai paham…”
Saya tercekat. Saya sedang tidak ingin membahas seseorang dengan amanah besarnya. Tapi membayangkan betapa keras hujatan yang harus diterima pasangan dan buah hatinya, kok saya ngilu ya.
“Apa yang membuat panjenengan bertahan, Ning?”
“Ada orang-orang yang selalu mendampingi kami. Orang-orang luar biasa yang selalu menarik turun, jika kami terlalu ke atas. Yang selalu mengulurkan tangan mengangkat kami untuk bangkit dari keterpurukan. Membuat kami tak terbang saat dipuji dan tak tumbang ketika dibulli.”
::
Fiuh. Sejam rasanya nggak cukup. Biasanya, kami bisa ngobrol lamaaa berjam-jam, nggak bisa dipotong apapun.
“Iya, sampe pintu diketuk berkali dari luar ya, Umik. Duh kangen ngobrol lama dengan Umik,” kata beliau yang tetap hangat dan akrab. Tak berubah, tetap memanggil saya Umik. Tetap memanggil diri Simbok Emban.
“Kenalkan ini ibu ketua DWP Kemenag, Umik. Ini pengurus juga. Beliau-beliau yang selalu mensupport saya.” Selalu begitu. Perempuan tangguh yang cerdas ini selalu tawadlu dan menghargai semua orang. Ah semoga panjenengan senantiasa sehat nggih, Ning. Dimampukan kuat mendampingi suami hingga ujung amanah. Semoga selalu selamat dan bisa memberi manfaat.
::
Ikuti tayangan ini ya, Ges. Sabtu, 30 Januari 2021, pkl 16.30. Yang belum bisa menangkap siaran TV9 Nusantara bisa mengikuti dari streaming youtube. Ditunggu ya.